Categories: Surabaya

Kemeriahan Karnaval Budaya Jadi Penutup Manis Rangkaian Munas VII APEKSI 2025 di Surabaya

METROTODAY, SURABAYA – Puncak kemeriahan Musyawarah Nasional (Munas) ke-VII Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) yang diselenggarakan bersama Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya adalah Karnaval Budaya yang berlangsung pada Jumat (9/5) malam.

Mengusung tema ‘Light Culture Parade’, para peserta karnaval tidak hanya memamerkan pakaian adat, tetapi juga menampilkan keberagaman seni dan budaya dari kota asal mereka.

Sebagai tuan rumah, Kota Pahlawan tak ketinggalan memeriahkan karnaval dalam rangkaian Munas ke-VII APEKSI ini dengan menampilkan budaya khasnya, yaitu Manten Pegon.

Setelah penampilan Kota Surabaya, giliran delegasi dari berbagai kota lain seperti Palembang, Batu, Balikpapan, Banjarmasin, Tangerang Selatan, dan banyak kota lainnya unjuk kebolehan.

Mengawali acara, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyampaikan bahwa Karnaval Budaya ini menjadi bukti keanekaragaman suku, ras, dan agama yang dimiliki Indonesia di setiap wilayahnya.

“Melalui karnaval ini, kita mempererat tali silaturahmi dan persaudaraan dari berbagai suku dan daerah. Inilah wujud komitmen kami untuk menjaga seluruh warga, dari manapun mereka berasal, karena seluruh Indonesia adalah NKRI yang tak ternilai harganya,” ujar Eri.

Lebih lanjut, Eri menjelaskan bahwa keanekaragaman budaya Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan sektor pariwisata dan kebudayaan nasional.

Ia menekankan bahwa APEKSI dapat menjadi wadah untuk menyatukan keberagaman budaya dan pariwisata dari seluruh Indonesia.

“Dengan budaya, kita dipersatukan, dengan wisata, kita satu saudara. Inilah esensi penting dalam APEKSI yang dipersatukan oleh budaya, APEKSI dipersatukan oleh wisata, APEKSI dipersatukan oleh hati,” katanya.

Walikota Surabaya, yang kembali terpilih sebagai Ketua Dewan APEKSI untuk periode 2025–2030, berharap APEKSI dapat memperkuat persatuan budaya Indonesia melalui kolaborasi antar kota demi menjaga kerukunan dan silaturahmi di setiap daerah.

“Semoga karnaval ini semakin mempererat tali persaudaraan dan rasa saling menjaga sebagai keluarga besar di kota kita. Apabila ada warga asli Surabaya yang tinggal di tempat Bapak dan Ibu sekalian dan memiliki karakter yang mungkin terlihat keras, saya mohon maaf karena meskipun bicaranya tegas, hatinya lembut,” pungkasnya. (*)

Jay Wijayanto

Recent Posts

Gubernur Aceh Mualem Terima Tim Relawan Unesa: Bantuan Kesehatan, Psikososial, dan Beasiswa Korban Banjir

Tim relawan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang terdiri dari dokter, perawat, psikolog, konselor, dan ahli…

14 minutes ago

Kebakaran di Belakang Aspol Pawiyatan Surabaya, 3 Warung dan 13 Motor Terbakar

Tiga stand warung semi permanen di Jalan Pawiyatan, Surabaya tepatnya belakang Aspol, terbakar, Sabtu (13/12)…

1 day ago

Profesor Tanpa Gelar

DALAM sebuah momen yang berlangsung sederhana namun sarat makna, di ruang yang hangat dan penuh kekeluargaan,…

1 day ago

Raperda Hunian Layak di Surabaya Masih Banyak Miss Persepsi, Aturan Rumah Kos Jadi Fokus

Raperda tentang hunian yang layak, yang mencakup kebijakan perencanaan, pengelolaan, tata ruang, dan keberlanjutan hunian…

1 day ago

PWI Pusat Terbitkan Edaran Soal Rangkap Jabatan, Perpanjangan KTA dan Donasi Kemanusiaan Bencana Sumatera

PWI Pusat menerbitkan tiga Surat Edaran (SE) untuk seluruh anggota se-Indonesia, yakni SE tentang Rangkap…

1 day ago

Copet Beraksi di Stasiun Surabaya Gubeng Lama, KAI Daop 8 Tingkatkan Keamanan Jelang Nataru

Masyarakat dihebohkan dengan video viral aksi pencopetan di Stasiun Surabaya Gubeng Lama, beberapa waktu lalu.…

1 day ago

This website uses cookies.