4 November 2025, 5:54 AM WIB

Short Attention Era: Tantangan Guru Mengajar di Tengah Budaya Skrol Cepat 

METROTODAY, SIDOARJO – Memasuki tahun 2025, fenomena budaya “skrol cepat” di media sosial menjadi tantangan nyata bagi para guru di Indonesia. Siswa kini semakin terbiasa menerima informasi singkat dan visual, sehingga sulit mempertahankan fokus dalam waktu lama selama kegiatan belajar di kelas.

Fenomena ini dikenal sebagai “Short Attention Era”, di mana rentang perhatian seseorang makin pendek akibat paparan konten digital yang cepat dan berulang.

Sejumlah studi pendidikan menyebut bahwa perhatian siswa mulai menurun drastis setelah 10 – 15 menit ceramah.

“Anak-anak sekarang cepat bosan. Jadi guru harus pintar menciptakan suasana belajar yang interaktif, misalnya lewat video pendek, kuis digital, atau diskusi singkat.” ujar Dwi Astuti, S.Pd.

Untuk menghadapi tantangan tersebut, banyak guru mulai mengubah strategi pembelajaran menjadi lebih menarik. Materi disajikan dalam bentuk visual, permainan edukatif, hingga aktivitas kelompok singkat agar siswa tetap terlibat secara aktif.

Meski era digital membawa tantangan baru, para pendidik percaya bahwa budaya skrol cepat bukan akhir dari proses belajar.

Dengan kreativitas dan pendekatan yang sesuai, kebiasaan ini justru dapat dimanfaatkan untuk menciptakan model pembelajaran yang lebih dinamis dan relevan di tahun 2025. (ana sofiana/mt)

METROTODAY, SIDOARJO – Memasuki tahun 2025, fenomena budaya “skrol cepat” di media sosial menjadi tantangan nyata bagi para guru di Indonesia. Siswa kini semakin terbiasa menerima informasi singkat dan visual, sehingga sulit mempertahankan fokus dalam waktu lama selama kegiatan belajar di kelas.

Fenomena ini dikenal sebagai “Short Attention Era”, di mana rentang perhatian seseorang makin pendek akibat paparan konten digital yang cepat dan berulang.

Sejumlah studi pendidikan menyebut bahwa perhatian siswa mulai menurun drastis setelah 10 – 15 menit ceramah.

“Anak-anak sekarang cepat bosan. Jadi guru harus pintar menciptakan suasana belajar yang interaktif, misalnya lewat video pendek, kuis digital, atau diskusi singkat.” ujar Dwi Astuti, S.Pd.

Untuk menghadapi tantangan tersebut, banyak guru mulai mengubah strategi pembelajaran menjadi lebih menarik. Materi disajikan dalam bentuk visual, permainan edukatif, hingga aktivitas kelompok singkat agar siswa tetap terlibat secara aktif.

Meski era digital membawa tantangan baru, para pendidik percaya bahwa budaya skrol cepat bukan akhir dari proses belajar.

Dengan kreativitas dan pendekatan yang sesuai, kebiasaan ini justru dapat dimanfaatkan untuk menciptakan model pembelajaran yang lebih dinamis dan relevan di tahun 2025. (ana sofiana/mt)

Artikel Terkait

Pilihan Editor

Pilihan Editor

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait

/