METROTODAY, SIDOARJO – Gelombang budaya pop Korea seperti K-Pop dan K-Drama telah menjadi faktor signifikan yang meningkatkan minat belajar bahasa Korea di kalangan generasi muda Indonesia.
Budaya populer ini tidak hanya dinikmati sebagai hiburan saja, tetapi juga memicu keingintahuan tentang bahasa, lirik lagu, dialog drama, serta budaya khas Korea.
Menurut laman Telkom University Language Center, banyak pelajar yang memulai belajar bahasa Korea agar bisa memahami konten hiburan Korea tanpa subtitle.
Faktor lain adalah penggunaan media sosial dan konten K-pop sebagai sumber belajar yang efektif, termasuk melalui aplikasi, video, live streaming, dan komunitas daring yang sering membagikan terjemahan atau diskusi budaya pop Korea.
Seorang Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo , mengaku ketertarikannya pada bahasa Korea berawal dari menonton drama.
“Awalnya saya hanya ingin bisa mengerti percakapan tanpa subtitle. Lama-lama jadi tertarik belajar lebih serius, karena ternyata bahasa Korea punya struktur yang unik,” ujar Elfira, Senin (22/9).
Akses ke platform belajar bahasa asing, aplikasi daring, dan komunitas penggemar juga mempercepat proses belajar bahasa Korea. Beberapa pelajar menggunakan aplikasi seperti Duolingo, Memrise, dan aplikasi “Learn Korean” untuk belajar kosakata dan pengucapan dasar.
Komunitas daring dan kursus bahasa juga ikut tumbuh, sehingga siswa yang ingin belajar bahasa Korea memiliki opsi antara belajar mandiri atau dibimbing secara formal.
Belajar bahasa Korea dianggap membawa manfaat lebih dari sekedar pemahaman budaya. Beberapa generasi muda melihatnya sebagai nilai tambah dalam melamar pekerjaan, mendapatkan beasiswa, atau peluang kerja sama internasional.
Selain itu, belajar bahasa asing seperti Korea juga disebut meningkatkan kemampuan kognitif, seperti daya ingat dan fleksibilitas berpikir, karena pelajar perlu memahami struktur bahasa yang berbeda.
Walaupun antusiasme besar, belajar bahasa Korea tidak tanpa hambatan. Salah satu tantangan adalah perbedaan struktur bahasa, termasuk tata bahasa yang unik dan sistem penghormatan (honorifics) yang tak familiar untuk penutur bahasa Indonesia.
Kurangnya fasilitas kursus berkualitas di beberapa daerah serta kurangnya tenaga pengajar juga jadi hambatan utama.
Demam K-Pop dan K-Drama telah jelas menjadi pemicu kuat minat belajar bahasa Korea di Indonesia, menawarkan akses ke budaya, hiburan, dan peluang karier.
Namun, efektivitasnya akan lebih maksimal jika pelajar didukung fasilitas belajar yang memadai, komunitas yang aktif, serta konsistensi dalam praktik bahasa.
Untuk generasi muda yang tertarik, langkah-langkah seperti memilih kursus berkualitas, rutin berlatih berbicara, dan memanfaatkan konten asli Korea bisa membuat proses pembelajaran bahasa lebih berguna dan bermakna. (ana sofiana/red)