26.1 C
Surabaya
17 June 2025, 2:45 AM WIB

Ini Skill di Masa Depan yang Harus Dipelajari Versi MKinsey, Penting untuk Pencari Kerja

METROTODAY, SURABAYA – Semakin banyak perusahaan dan industri yang mulai menggantikan tenaga kerja manusia dengan robot atau kecerdasan buatan (AI). Hal ini tentu membuat generasi muda dan pencari kerja di masa depan tidak hanya bersaing dengan manusia, namun juga robot.

Belum lagi, dunia kerja kini seolah berada di persimpangan transformasi, yang di dalamnya serba otomatisasi, kecerdasan buatan (AI), dan digitalisasi. Ke depannya, akan ada banyak pekerjaan yang hilang, namun banyak pula yang baru yang akan muncul.

Jadi, meski akan ada tantangan di dunia kerja di masa depan, tentu akan ada peluang yang terbuka juga. Hal ini bukan hanya soal skill teknis, tapi juga kemampuan adaptasi terhadap perubahan dan berkolaborasi dalam lingkungan digital.

Dalam publikasinya, McKinsey mengidentifikasi empat kategori keterampilan dasar yang akan sangat bermanfaat bagi semua orang, tanpa memandang profesi apapun, yaitu:

1. Kognitif – berpikir kritis, memecahkan masalah, komunikasi
2. Digital – mengoperasikan perangkat lunak (software), memahami teknologi
3. Interpersonal – berkolaborasi, mempengaruhi, negosiasi
4. Self leadership – adaptasi, kepercayaan diri, pengelolaan diri sendiri.

Dari keempat kategori di atas, McKinsey menyusun 13 kelompok keterampilan, yang kemudian dirinci menjadi 56 DELTA, yakni singkatan dari distinct elements of talent (elemen bakat yang berbeda).

Namun DELTA ini tak hanya berupa skill, tetapi juga meliputi attitude, seperti kemampuan menghadapi ketidakpastian (uncertainty) atau keberanian mengambil risiko.

Contoh DELTA dalam kelompok kognitif:

-“Structured problem solving”: membagi masalah kompleks menjadi bagian sederhana

-“Asking the right questions”: bertanya tepat saat analisis.

Untuk digital:

-“Software use and development”: menggunakan dan mengembangkan perangkat lunak

-“Understanding digital systems”: memahami sistem digital

Dan untuk self leadership:

-“Adaptability”

-“Coping with uncertainty”

-“Self confidence”

McKinsey melakukan survei online pada 18.000 responden dari 15 negara untuk mengukur seberapa mahir seseorang. Disini, McKinsey menetapkan tingkat keahlian yang diharapkan untuk setiap dari 56 DELTA (Desired Elements of Leadership Talent). Kemudian dibuatkan kuesioner psikometrik dan hasilnya adalah berupa score 0 hingga 100 untuk setiap DELTA yang mereka dimiliki responden.

Secara keseluruhan, peserta survei yang memiliki gelar di universitas memiliki skor kecakapan rata-rata yang lebih tinggi pada 56 DELTA, yang mana menunjukkan bahwa mereka yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi lebih siap menghadapi perubahan di tempat kerja.

Namun, untuk yang perlu diingat adalah bahwa tingkat pendidikan yang lebih tinggi tidak selalu berarti keahlian yang lebih tinggi di semua DELTA. Hubungan ini memang berlaku untuk banyak DELTA dalam kategori kognitif dan digital.

Tapi, untuk kategori kepemimpinan diri dan interpersonal, seperti kepercayaan diri (self-confidence), mengatasi ketidakpastian (coping with uncertainty), keberanian dan pengambilan risiko (courage and risk-taking), empati (empathy), melatih (coaching) dan menyelesaikan konflik (resolving conflicts) tidak ada hubungannya.

Fokusnya bukan cuma mengidentifikasi skill, tapi juga melihat hubungan antara kepiawaian DELTA dengan tiga hasil penting dalam karier:

1. Kesempatan dapat pekerjaan (employment)

– DELTA paling memberi pengaruh: adaptability, coping with uncertainty, synthesizing messages, achievement orientation.

2. Pendapatan tinggi (top-quintile income)

– Terkait erat dengan digital & kognitif: understanding digital systems, software use and development, planning, dan communication.

3. Kepuasan kerja (job satisfaction)

– Di dominasi oleh self leadership: self motivation and wellness, coping with uncertainty, self confidence, grit and persistence, dan empathy.

McKinsey menyarankan tiga langkah strategis untuk meningkatkan kemampuan DELTA untuk pemerintah, yaitu:

1. Reformasi sistem pendidikan

-Kurikulum perlu diperbarui untuk memasukkan DELTA, termasuk soft skills yang biasanya tidak terkait dengan tingkat pendidikan formal.
-Dibutuhkan penelitian lanjut, misalnya metode pengembangan dan pengukuran masing masing DELTA.
-Perlu institusi riset inovasi pendidikan untuk menguji metodologi baru dan berbagi temuan secara publik.

2. Reformasi pelatihan orang dewasa

-Karena banyak orang sudah melewati pendidikan formal, maka pelatihan seumur hidup menjadi penting terutama untuk meningkatkan keterampilan digital.
-Penyedia pelatihan perlu fokus untuk membantu orang dewasa mengelola transisi karier di tengah perubahan teknologi.

3. Kolaborasi lintas sektor

-Pemerintah, perusahaan, lembaga pendidikan, dan penyedia pelatihan harus bersinergi.
-Investasi signifikan diperlukan dalam pelatihan digital, sebagai ilustrasi, studi di Inggris menunjukkan 20% orang dewasa tidak memiliki kemampuan dasar digital, sehingga investasi pada manusia harus 4–5 kali lipat investasi teknologi agar manfaat maksimal.

Temuan McKinsey sejalan dengan laporan global lainnya, seperti World Economic Forum, yang menekankan kombinasi hard skills (digital, analitis) dan soft skills (kritikal kreatif, adaptif, sosial).

Sementara industri menunjukkan bahwa semakin banyak pekerjaan mengganti tugas rutin dengan AI, kebutuhan akan keahlian manusia, seperti pemecahan masalah kompleks, berpikir strategis, dan empati, justru meningkat.

Inti yang Perlu Dipahami:

1. Kunci sukses di masa depan bukan hanya kemampuan teknis, tapi bagaimana berpikir, beradaptasi, dan bekerja sama.

2. Pendidikan formal perlu direvitalisasi agar mampu membangun ketrampilan ini, terutama untuk soft-skill.

3. Pelatihan seumur hidup penting. Seluruh masyarakat perlu terus belajar mengembangkan keterampilan yang relevan.

4. Sinergi antar semua pihak pemerintah, bisnis, dan pendidikan adalah kunci agar transformasi teknologi tidak membuat banyak orang tertinggal.

Dengan memahami kerangka DELTA ini, diharapkan setiap individu dan pembuat kebijakan, terutama pemerintah bisa lebih siap mengarungi era kerja yang semakin digital, dinamis, dan menuntut fleksibilitas tinggi. (alk)

METROTODAY, SURABAYA – Semakin banyak perusahaan dan industri yang mulai menggantikan tenaga kerja manusia dengan robot atau kecerdasan buatan (AI). Hal ini tentu membuat generasi muda dan pencari kerja di masa depan tidak hanya bersaing dengan manusia, namun juga robot.

Belum lagi, dunia kerja kini seolah berada di persimpangan transformasi, yang di dalamnya serba otomatisasi, kecerdasan buatan (AI), dan digitalisasi. Ke depannya, akan ada banyak pekerjaan yang hilang, namun banyak pula yang baru yang akan muncul.

Jadi, meski akan ada tantangan di dunia kerja di masa depan, tentu akan ada peluang yang terbuka juga. Hal ini bukan hanya soal skill teknis, tapi juga kemampuan adaptasi terhadap perubahan dan berkolaborasi dalam lingkungan digital.

Dalam publikasinya, McKinsey mengidentifikasi empat kategori keterampilan dasar yang akan sangat bermanfaat bagi semua orang, tanpa memandang profesi apapun, yaitu:

1. Kognitif – berpikir kritis, memecahkan masalah, komunikasi
2. Digital – mengoperasikan perangkat lunak (software), memahami teknologi
3. Interpersonal – berkolaborasi, mempengaruhi, negosiasi
4. Self leadership – adaptasi, kepercayaan diri, pengelolaan diri sendiri.

Dari keempat kategori di atas, McKinsey menyusun 13 kelompok keterampilan, yang kemudian dirinci menjadi 56 DELTA, yakni singkatan dari distinct elements of talent (elemen bakat yang berbeda).

Namun DELTA ini tak hanya berupa skill, tetapi juga meliputi attitude, seperti kemampuan menghadapi ketidakpastian (uncertainty) atau keberanian mengambil risiko.

Contoh DELTA dalam kelompok kognitif:

-“Structured problem solving”: membagi masalah kompleks menjadi bagian sederhana

-“Asking the right questions”: bertanya tepat saat analisis.

Untuk digital:

-“Software use and development”: menggunakan dan mengembangkan perangkat lunak

-“Understanding digital systems”: memahami sistem digital

Dan untuk self leadership:

-“Adaptability”

-“Coping with uncertainty”

-“Self confidence”

McKinsey melakukan survei online pada 18.000 responden dari 15 negara untuk mengukur seberapa mahir seseorang. Disini, McKinsey menetapkan tingkat keahlian yang diharapkan untuk setiap dari 56 DELTA (Desired Elements of Leadership Talent). Kemudian dibuatkan kuesioner psikometrik dan hasilnya adalah berupa score 0 hingga 100 untuk setiap DELTA yang mereka dimiliki responden.

Secara keseluruhan, peserta survei yang memiliki gelar di universitas memiliki skor kecakapan rata-rata yang lebih tinggi pada 56 DELTA, yang mana menunjukkan bahwa mereka yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi lebih siap menghadapi perubahan di tempat kerja.

Namun, untuk yang perlu diingat adalah bahwa tingkat pendidikan yang lebih tinggi tidak selalu berarti keahlian yang lebih tinggi di semua DELTA. Hubungan ini memang berlaku untuk banyak DELTA dalam kategori kognitif dan digital.

Tapi, untuk kategori kepemimpinan diri dan interpersonal, seperti kepercayaan diri (self-confidence), mengatasi ketidakpastian (coping with uncertainty), keberanian dan pengambilan risiko (courage and risk-taking), empati (empathy), melatih (coaching) dan menyelesaikan konflik (resolving conflicts) tidak ada hubungannya.

Fokusnya bukan cuma mengidentifikasi skill, tapi juga melihat hubungan antara kepiawaian DELTA dengan tiga hasil penting dalam karier:

1. Kesempatan dapat pekerjaan (employment)

– DELTA paling memberi pengaruh: adaptability, coping with uncertainty, synthesizing messages, achievement orientation.

2. Pendapatan tinggi (top-quintile income)

– Terkait erat dengan digital & kognitif: understanding digital systems, software use and development, planning, dan communication.

3. Kepuasan kerja (job satisfaction)

– Di dominasi oleh self leadership: self motivation and wellness, coping with uncertainty, self confidence, grit and persistence, dan empathy.

McKinsey menyarankan tiga langkah strategis untuk meningkatkan kemampuan DELTA untuk pemerintah, yaitu:

1. Reformasi sistem pendidikan

-Kurikulum perlu diperbarui untuk memasukkan DELTA, termasuk soft skills yang biasanya tidak terkait dengan tingkat pendidikan formal.
-Dibutuhkan penelitian lanjut, misalnya metode pengembangan dan pengukuran masing masing DELTA.
-Perlu institusi riset inovasi pendidikan untuk menguji metodologi baru dan berbagi temuan secara publik.

2. Reformasi pelatihan orang dewasa

-Karena banyak orang sudah melewati pendidikan formal, maka pelatihan seumur hidup menjadi penting terutama untuk meningkatkan keterampilan digital.
-Penyedia pelatihan perlu fokus untuk membantu orang dewasa mengelola transisi karier di tengah perubahan teknologi.

3. Kolaborasi lintas sektor

-Pemerintah, perusahaan, lembaga pendidikan, dan penyedia pelatihan harus bersinergi.
-Investasi signifikan diperlukan dalam pelatihan digital, sebagai ilustrasi, studi di Inggris menunjukkan 20% orang dewasa tidak memiliki kemampuan dasar digital, sehingga investasi pada manusia harus 4–5 kali lipat investasi teknologi agar manfaat maksimal.

Temuan McKinsey sejalan dengan laporan global lainnya, seperti World Economic Forum, yang menekankan kombinasi hard skills (digital, analitis) dan soft skills (kritikal kreatif, adaptif, sosial).

Sementara industri menunjukkan bahwa semakin banyak pekerjaan mengganti tugas rutin dengan AI, kebutuhan akan keahlian manusia, seperti pemecahan masalah kompleks, berpikir strategis, dan empati, justru meningkat.

Inti yang Perlu Dipahami:

1. Kunci sukses di masa depan bukan hanya kemampuan teknis, tapi bagaimana berpikir, beradaptasi, dan bekerja sama.

2. Pendidikan formal perlu direvitalisasi agar mampu membangun ketrampilan ini, terutama untuk soft-skill.

3. Pelatihan seumur hidup penting. Seluruh masyarakat perlu terus belajar mengembangkan keterampilan yang relevan.

4. Sinergi antar semua pihak pemerintah, bisnis, dan pendidikan adalah kunci agar transformasi teknologi tidak membuat banyak orang tertinggal.

Dengan memahami kerangka DELTA ini, diharapkan setiap individu dan pembuat kebijakan, terutama pemerintah bisa lebih siap mengarungi era kerja yang semakin digital, dinamis, dan menuntut fleksibilitas tinggi. (alk)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait

/