14 December 2025, 6:04 AM WIB

Dinkes Klaim Kasus HIV di Surabaya Turun 10 Persen, Gencarkan Edukasi dan Layanan Kesehatan di Puskesmas

METROTODAY, SURABAYA – Untuk mengatasi dan mencegah penyebaran HIV/AIDS di Surabaya Dinas Kesehatan (Dinkes) memperluas jumlah tempat tes HIV serta memperkuat peran Puskesmas sebagai pusat layanan bagi Orang dengan HIV (ODHIV).

Selain itu, kerja sama erat dengan berbagai kelompok masyarakat peduli AIDS menjadi bagian dari strategi utama yang dijalankan.

Kadinkes Surabaya, Nanik Sukristina, mengatakan bahwa saat ini terdapat 126 lokasi tes HIV yang tersebar di 63 Puskesmas, 62 rumah sakit, dan satu klinik utama.

“Kami menyediakan fasilitas ini untuk memudahkan masyarakat, terutama kelompok berisiko tinggi seperti pekerja seks, pengguna narkoba suntik, laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL), waria, serta ibu hamil dan calon pengantin,” ujarnya, Selasa (2/12).

Nanik menambahkan, Dinkes Surabaya juga menjalin kerja sama yang kuat dengan kelompok-kelompok peduli HIV, seperti Aliansi Surabaya Peduli AIDS (ASPA) dan kelompok pendamping sebaya.

“Ini bagian dari strategi kami untuk memberikan edukasi, tes kesehatan, dan pencegahan langsung di tengah masyarakat,” katanya.

Ia juga menjelaskan bahwa Puskesmas kini tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk melakukan tes HIV, tetapi juga sebagai fasilitas utama dalam pelayanan lengkap bagi ODHIV.

Mulai dari deteksi awal, pengobatan, hingga pemberian obat Antiretroviral (ARV) secara rutin, layanan ini sudah terintegrasi dengan pemeriksaan kesehatan lain seperti Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG), tes TBC, serta pemeriksaan wajib untuk calon pengantin dan ibu hamil.

Edukasi mengenai bahaya HIV dan pentingnya tes serta pengobatan juga terus digencarkan, terutama kepada kelompok calon pengantin dan ibu hamil.

Kader kesehatan dan Karang Taruna turut dibekali pengetahuan tentang bahaya HIV dan narkoba untuk memperluas jangkauan penyuluhan.

“Upaya pencegahan juga dilakukan melalui program edukasi dan penyuluhan di sekolah-sekolah dari tingkat SMP hingga SMA, agar generasi muda memahami bahaya pergaulan bebas dan penyalahgunaan narkoba yang berpotensi menularkan HIV,” jelas Nanik.

Selain itu, kolaborasi lintas sektor turut memperkuat penanggulangan AIDS di Surabaya. Dinkes bekerja sama dengan berbagai OPD, LSM, dan komunitas untuk penyebaran informasi dan pendampingan terhadap ODHIV.

“Namun, tantangan besar yang kami hadapi adalah stigma dan diskriminasi di masyarakat, serta kesulitan menjangkau kelompok berisiko tersembunyi seperti LSL,” ungkapnya.

Nanik juga menyampaikan bahwa Surabaya menjadi pusat rujukan HIV di wilayah Indonesia Timur, sehingga banyak kasus ditemukan di sini meskipun bukan warga Surabaya.

“Hingga Oktober 2025, sekitar 52,48 persen kasus baru HIV di Surabaya berasal dari warga luar kota. Meski demikian, kami bersyukur karena secara keseluruhan terjadi penurunan kasus sebesar 10,03 persen dibandingkan tahun sebelumnya,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa keberhasilan tersebut merupakan hasil kerja keras semua pihak dalam meningkatkan layanan pencegahan dan pengobatan.

“Kami tetap berkomitmen untuk menghilangkan stigma dan memastikan setiap warga, termasuk pendatang, mendapatkan akses layanan kesehatan terbaik di Surabaya,” pungkasnya. (ahm)

METROTODAY, SURABAYA – Untuk mengatasi dan mencegah penyebaran HIV/AIDS di Surabaya Dinas Kesehatan (Dinkes) memperluas jumlah tempat tes HIV serta memperkuat peran Puskesmas sebagai pusat layanan bagi Orang dengan HIV (ODHIV).

Selain itu, kerja sama erat dengan berbagai kelompok masyarakat peduli AIDS menjadi bagian dari strategi utama yang dijalankan.

Kadinkes Surabaya, Nanik Sukristina, mengatakan bahwa saat ini terdapat 126 lokasi tes HIV yang tersebar di 63 Puskesmas, 62 rumah sakit, dan satu klinik utama.

“Kami menyediakan fasilitas ini untuk memudahkan masyarakat, terutama kelompok berisiko tinggi seperti pekerja seks, pengguna narkoba suntik, laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL), waria, serta ibu hamil dan calon pengantin,” ujarnya, Selasa (2/12).

Nanik menambahkan, Dinkes Surabaya juga menjalin kerja sama yang kuat dengan kelompok-kelompok peduli HIV, seperti Aliansi Surabaya Peduli AIDS (ASPA) dan kelompok pendamping sebaya.

“Ini bagian dari strategi kami untuk memberikan edukasi, tes kesehatan, dan pencegahan langsung di tengah masyarakat,” katanya.

Ia juga menjelaskan bahwa Puskesmas kini tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk melakukan tes HIV, tetapi juga sebagai fasilitas utama dalam pelayanan lengkap bagi ODHIV.

Mulai dari deteksi awal, pengobatan, hingga pemberian obat Antiretroviral (ARV) secara rutin, layanan ini sudah terintegrasi dengan pemeriksaan kesehatan lain seperti Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG), tes TBC, serta pemeriksaan wajib untuk calon pengantin dan ibu hamil.

Edukasi mengenai bahaya HIV dan pentingnya tes serta pengobatan juga terus digencarkan, terutama kepada kelompok calon pengantin dan ibu hamil.

Kader kesehatan dan Karang Taruna turut dibekali pengetahuan tentang bahaya HIV dan narkoba untuk memperluas jangkauan penyuluhan.

“Upaya pencegahan juga dilakukan melalui program edukasi dan penyuluhan di sekolah-sekolah dari tingkat SMP hingga SMA, agar generasi muda memahami bahaya pergaulan bebas dan penyalahgunaan narkoba yang berpotensi menularkan HIV,” jelas Nanik.

Selain itu, kolaborasi lintas sektor turut memperkuat penanggulangan AIDS di Surabaya. Dinkes bekerja sama dengan berbagai OPD, LSM, dan komunitas untuk penyebaran informasi dan pendampingan terhadap ODHIV.

“Namun, tantangan besar yang kami hadapi adalah stigma dan diskriminasi di masyarakat, serta kesulitan menjangkau kelompok berisiko tersembunyi seperti LSL,” ungkapnya.

Nanik juga menyampaikan bahwa Surabaya menjadi pusat rujukan HIV di wilayah Indonesia Timur, sehingga banyak kasus ditemukan di sini meskipun bukan warga Surabaya.

“Hingga Oktober 2025, sekitar 52,48 persen kasus baru HIV di Surabaya berasal dari warga luar kota. Meski demikian, kami bersyukur karena secara keseluruhan terjadi penurunan kasus sebesar 10,03 persen dibandingkan tahun sebelumnya,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa keberhasilan tersebut merupakan hasil kerja keras semua pihak dalam meningkatkan layanan pencegahan dan pengobatan.

“Kami tetap berkomitmen untuk menghilangkan stigma dan memastikan setiap warga, termasuk pendatang, mendapatkan akses layanan kesehatan terbaik di Surabaya,” pungkasnya. (ahm)

Artikel Terkait

Pilihan Editor

Pilihan Editor

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait