14 December 2025, 5:22 AM WIB

Surabaya Siaga Mikroplastik, Cak Eri Minta Warga Tegur Jika Ada yang Bakar Sampah

METROTODAY, SURABAYA – Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, mengimbau seluruh warga Kota Pahlawan untuk meningkatkan kesadaran dalam menjaga lingkungan guna mencegah bahaya hujan mikroplastik. Imbauan ini menyusul isu pencemaran udara dan air hujan oleh partikel mikroplastik yang dapat mengancam kesehatan.

Menurut Eri, fenomena hujan mikroplastik sangat berkaitan dengan masalah sampah, terutama kebiasaan membakar sampah dan penggunaan plastik berlebihan.

“Kalau hujan mikroplastik itu kan terkait dengan sampah dan lain-lainnya. Maka saya minta warga Surabaya untuk menjaga. Kalau ada tetangga membakar plastik atau sampah, ya dilarang,” tegas Eri, Minggu (23/11)

Cak Eri menekankan bahwa menjaga lingkungan saat ini adalah investasi bagi masa depan generasi penerus. Ia mengajak warga untuk berkorban demi keberlangsungan anak cucu.

“Ini dampaknya akan ke anak cucu kita. Maka bagaimana mencegah mikroplastik itu adalah ketika pembakaran sampah. Faktor-faktornya kan seperti itu, maka itu penggunaan plastik dikurangi,” jelasnya.

Wali Kota Eri juga menyoroti pentingnya peran aktif masyarakat meskipun pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Wali Kota (Perwali) yang membatasi penggunaan kantong kresek plastik.

“Kalau pemerintah itu mengeluarkan larangan penggunaan kantong plastik, tas-tas kresek plastik, kalau warga masih tetap memakai plastik ya sama saja. Untuk itu, dibutuhkan kesadaran warga. Saya berharap, warga Surabaya bisa menjaga bukan hanya untuk saat ini tapi juga untuk masa depan,” kata Wali Kota Eri.

Pihaknya mendorong warga untuk tidak ragu bertindak ketika melihat pelanggaran lingkungan di sekitar, seperti pembakaran sampah dan pemakaian kantong plastik berlebihan.

“Kalau ada yang bakar sampah, ya tegur, matikan (apinya, Red). Begitu pula, jika ada yang membawa kantong plastik, ya diingatkan. Apabila kita berani mengingatkan dan melarang, InsyaAllah anak cucu kita bisa tetap sehat di masa yang akan datang,” jelasnya.

Temuan mikroplastik di udara 18 kota di Indonesia menempatkan Surabaya di peringkat 6 dengan kontaminasi 12 partikel/90 cm2/2jam. Penelitian ini mendeteksi kontaminasi mikroplastik di air hujan.

Peneliti GrowGreen yang juga mahasiswa Unesa Surabaya, Shofiyah mengungkapkan bahwa semua lokasi penelitian tercemar mikroplastik. Lokasi yang dilakukan penelitian yakni Jalan Dharmawangsa, Ketintang, Gunung Anyar, Wonokromo, HR. Muhammad, Tanjung Perak hingga Pakis Gelora.

“Kondisi ini mengkhawatirkan dan akan jadi ancaman serius bagi kesehatan warga, maka kami mengimbau agar warga tidak mangap atau menelan air hujan karena masuknya air hujan akan meningkatkan kontaminasi mikroplastik dalam tubuh,” ujar Shofiyah.

Ia menambahkan bahwa pencemaran mikroplastik harus menjadi peringatan bagi warga Surabaya untuk tidak membakar sampah terbuka, membuang sampah ke sungai, dan mengurangi konsumsi plastik sekali pakai.

Penelitian dilakukan dengan menempatkan wadah aluminium, stainless steel, dan mangkok kaca pada ketinggian lebih dari 1,5 meter selama 1-2 jam.

“Lokasi paling tercemar adalah daerah Pakis Gelora dengan 356 partikel mikroplastik (PM)/Liter, disusul Tanjung Perak dengan 309 PM/L,” ungkapnya.

Alaika Rahmatullah, koordinator penelitian mikroplastik Kota Surabaya, menjelaskan bahwa tingginya tingkat pencemaran mikroplastik dipengaruhi oleh kondisi lingkungan.

“Semisal di Pakis Gelora menunjukkan kadar mikroplastik tinggi karena terdapat aktivitas pembakaran sampah dan lokasi yang berdekatan dengan pasar dan jalan raya,” ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa mikroplastik dalam air hujan berasal dari kegiatan pembakaran sampah plastik dan aktivitas jalan raya berupa gesekan antara ban dengan aspal. (ahm)

METROTODAY, SURABAYA – Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, mengimbau seluruh warga Kota Pahlawan untuk meningkatkan kesadaran dalam menjaga lingkungan guna mencegah bahaya hujan mikroplastik. Imbauan ini menyusul isu pencemaran udara dan air hujan oleh partikel mikroplastik yang dapat mengancam kesehatan.

Menurut Eri, fenomena hujan mikroplastik sangat berkaitan dengan masalah sampah, terutama kebiasaan membakar sampah dan penggunaan plastik berlebihan.

“Kalau hujan mikroplastik itu kan terkait dengan sampah dan lain-lainnya. Maka saya minta warga Surabaya untuk menjaga. Kalau ada tetangga membakar plastik atau sampah, ya dilarang,” tegas Eri, Minggu (23/11)

Cak Eri menekankan bahwa menjaga lingkungan saat ini adalah investasi bagi masa depan generasi penerus. Ia mengajak warga untuk berkorban demi keberlangsungan anak cucu.

“Ini dampaknya akan ke anak cucu kita. Maka bagaimana mencegah mikroplastik itu adalah ketika pembakaran sampah. Faktor-faktornya kan seperti itu, maka itu penggunaan plastik dikurangi,” jelasnya.

Wali Kota Eri juga menyoroti pentingnya peran aktif masyarakat meskipun pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Wali Kota (Perwali) yang membatasi penggunaan kantong kresek plastik.

“Kalau pemerintah itu mengeluarkan larangan penggunaan kantong plastik, tas-tas kresek plastik, kalau warga masih tetap memakai plastik ya sama saja. Untuk itu, dibutuhkan kesadaran warga. Saya berharap, warga Surabaya bisa menjaga bukan hanya untuk saat ini tapi juga untuk masa depan,” kata Wali Kota Eri.

Pihaknya mendorong warga untuk tidak ragu bertindak ketika melihat pelanggaran lingkungan di sekitar, seperti pembakaran sampah dan pemakaian kantong plastik berlebihan.

“Kalau ada yang bakar sampah, ya tegur, matikan (apinya, Red). Begitu pula, jika ada yang membawa kantong plastik, ya diingatkan. Apabila kita berani mengingatkan dan melarang, InsyaAllah anak cucu kita bisa tetap sehat di masa yang akan datang,” jelasnya.

Temuan mikroplastik di udara 18 kota di Indonesia menempatkan Surabaya di peringkat 6 dengan kontaminasi 12 partikel/90 cm2/2jam. Penelitian ini mendeteksi kontaminasi mikroplastik di air hujan.

Peneliti GrowGreen yang juga mahasiswa Unesa Surabaya, Shofiyah mengungkapkan bahwa semua lokasi penelitian tercemar mikroplastik. Lokasi yang dilakukan penelitian yakni Jalan Dharmawangsa, Ketintang, Gunung Anyar, Wonokromo, HR. Muhammad, Tanjung Perak hingga Pakis Gelora.

“Kondisi ini mengkhawatirkan dan akan jadi ancaman serius bagi kesehatan warga, maka kami mengimbau agar warga tidak mangap atau menelan air hujan karena masuknya air hujan akan meningkatkan kontaminasi mikroplastik dalam tubuh,” ujar Shofiyah.

Ia menambahkan bahwa pencemaran mikroplastik harus menjadi peringatan bagi warga Surabaya untuk tidak membakar sampah terbuka, membuang sampah ke sungai, dan mengurangi konsumsi plastik sekali pakai.

Penelitian dilakukan dengan menempatkan wadah aluminium, stainless steel, dan mangkok kaca pada ketinggian lebih dari 1,5 meter selama 1-2 jam.

“Lokasi paling tercemar adalah daerah Pakis Gelora dengan 356 partikel mikroplastik (PM)/Liter, disusul Tanjung Perak dengan 309 PM/L,” ungkapnya.

Alaika Rahmatullah, koordinator penelitian mikroplastik Kota Surabaya, menjelaskan bahwa tingginya tingkat pencemaran mikroplastik dipengaruhi oleh kondisi lingkungan.

“Semisal di Pakis Gelora menunjukkan kadar mikroplastik tinggi karena terdapat aktivitas pembakaran sampah dan lokasi yang berdekatan dengan pasar dan jalan raya,” ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa mikroplastik dalam air hujan berasal dari kegiatan pembakaran sampah plastik dan aktivitas jalan raya berupa gesekan antara ban dengan aspal. (ahm)

Artikel Terkait

Pilihan Editor

Pilihan Editor

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait