GARDA DEPAN: Siswa di Surabaya saat ini dilibatkan memfasilitasi korban bullying yang dialami sesama siswa. (Foto: istimewa)
METROTODAY, SURABAYA – Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya mengambil langkah serius dalam memberantas bullying atau perundungan yang merusak psikologis anak.
Tidak lagi hanya sebatas sosialisasi, Kota Surabaya kini bersiap mencetak siswa pilihan untuk menjadi fasilitator dan agen perubahan langsung di lingkungan sekolah mereka.
Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya, Yusuf Masruh, mengungkapkan bahwa langkah terobosan ini akan dimulai dalam waktu dekat.
“Setelah Ujian Tengah Semester (UTS) dan menjelang liburan, kami berencana mengumpulkan perwakilan siswa seperti pengurus OSIS, Organisasi Pelajar Surabaya (Orpes), dan tim pemantau,” jelas Yusuf, Minggu (15/11).
Ratusan siswa terpilih ini akan dibekali secara intensif agar dapat menjadi fasilitator di sekolah masing-masing.
“Materi utamanya mencakup perilaku digital yang sehat, pentingnya toleransi, gotong royong, dan pemahaman mendalam tentang 10 prinsip hak anak,” tambahnya.
Yusuf menekankan bahwa perang melawan bullying tidak bisa hanya dibebankan kepada guru Bimbingan dan Konseling (BK).
Dispendik Surabaya telah menginstruksikan seluruh jajaran sekolah untuk meningkatkan pengawasan dan empati.
mi menekankan pentingnya membangun empati pada seluruh elemen guru, bukan hanya guru BK,” tegasnya.
Guru diminta untuk lebih proaktif dan peka terhadap perubahan psikologis siswa. Jika terdeteksi perubahan perilaku, guru bisa segera mendekati siswa tersebut.
“Guru tidak hanya mengajar. Mereka harus proaktif mendekati anak yang menunjukkan perubahan perilaku, seperti tiba-tiba menjadi pendiam atau tertutup. Ini bisa jadi indikasi masalah yang perlu segera ditangani,” paparnya.
Di tingkat sekolah, Tim Penanganan dan Pencegahan Kekerasan (TPPK) akan memfasilitasi komunikasi yang lebih cair antar-siswa, salah satunya melalui kegiatan saling mencurahkan isi hati atau curhat.
“Kami yakin metode curhat antar teman sebaya ini jauh lebih efektif dalam mendeteksi dan menyelesaikan masalah lebih cepat,” ujarnya.
Pemkot Surabaya juga menyadari bahwa ancaman bullying tidak hanya terjadi di dunia nyata, tetapi juga merambah ke dunia maya atau cyberbullying.
Dispendik bersinergi dengan Dinas Komunikasi dan Informatika (Dinkominfo) untuk mengatasi isu-isu terkait dunia maya.
“Pelarangan total (akses internet) itu tidak realistis, tapi pendekatan yang lebih humanis adalah pendampingan, agar anak-anak paham kapan waktu yang tepat dan konten apa yang aman,” terangnya.
Jika insiden bullying terlanjur terjadi, penanganan kasus dan pemulihan korban akan disinergikan dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3AP2KB) yang memiliki konselor ahli.
“Sinergi ini, termasuk kerja sama dengan instansi lintas sektor seperti Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Densus, diharapkan dapat memberikan perlindungan terbaik bagi anak-anak,” pungkasnya. (ahm)
Tim relawan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang terdiri dari dokter, perawat, psikolog, konselor, dan ahli…
Tiga stand warung semi permanen di Jalan Pawiyatan, Surabaya tepatnya belakang Aspol, terbakar, Sabtu (13/12)…
DALAM sebuah momen yang berlangsung sederhana namun sarat makna, di ruang yang hangat dan penuh kekeluargaan,…
Raperda tentang hunian yang layak, yang mencakup kebijakan perencanaan, pengelolaan, tata ruang, dan keberlanjutan hunian…
PWI Pusat menerbitkan tiga Surat Edaran (SE) untuk seluruh anggota se-Indonesia, yakni SE tentang Rangkap…
Masyarakat dihebohkan dengan video viral aksi pencopetan di Stasiun Surabaya Gubeng Lama, beberapa waktu lalu.…
This website uses cookies.