1 October 2025, 9:42 AM WIB

Imbas Pendapatan Berkurang Rp 730 M, Pemkot Surabaya Siapkan Inovasi dan Skema Pembiayaan Jangka Panjang

METROTODAY, SURABAYA – Anggaran pendapatan Surabaya di tahun 2026 bakal berkurang hingga Rp 730 miliar. Hal itu merupakan imbas dari pengurangan dana transfer pusat ke daerah.

Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya pun menghadapi tantangan untuk memastikan pembangunan tetap berjalan.

Pemkot Surabaya tertantang untuk melakukan berbagai inovasi untuk menutup kekurangan anggaran tersebut. Salah satu upayanya dengan mempercepat agenda pembangunan fisik.

Pemkot yakin dengan realisasi proyek strategis bisa menyumbang pendapatan lebih besar dan mampu menutupi kebutuhan dari dana transfer yang berkurang.

Wali Kota Eri Cahyadi menjelaskan salah satu strategi yang ditempuh pemkot adalah skema pembiayaan jangka panjang.

Menurutnya, pembangunan yang dikerjakan lebih awal pada 2026 akan lebih efisien dibandingkan bila dilakukan bertahap hingga 2029.

“Ketika ada pekerjaan yang di tahun sampai dengan 2029, kami bandingkan dengan kita kerjakan di tahun 2026, tapi kita bandingkan dengan setelah itu kita cicil, kita bandingkan dengan yang dikerjakan di tahun 2026, 2027, 2028, 2029, maka ini selisihnya Rp 50 miliar,’’ ucap Eri.

‘’Lebih murah yang kita kerjakan di tahun 2026 dengan dicicil, itu yang pertama,” paparnya.

Selain efisiensi, Wali Kota Eri menilai pembangunan infrastruktur juga akan mendorong kenaikan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).

Dia mencontohkan wilayah Wiyung, Gunung Sari, dan Banyu Urip yang akan terdampak positif ketika proyek jalan selesai.

“Ketika 2026 sudah dikerjakan, maka secara otomatis ketika ada pekerjaan jalan seperti Wiyung, diversi Gunungsari, di Banyu Urip, maka NJOP-nya akan naik. Maka di situ tahun 2028 ada lonjakan sekitar Rp 500 miliar untuk perubahan NJOP, untuk lokasi-lokasi yang sudah menjadi besar,” katanya.

Selain itu, Wali Kota Eri mengungkap bahwa Pemkot Surabaya juga menyiapkan strategi lain dengan mengoptimalkan aset daerah.

“Kita juga akan melakukan penyewaan aset. Aset kita kita bagi pada yang digunakan untuk padat karya, untuk kepentingan masyarakat, tapi juga harus ada yang kita sewakan. Agar apa? Agar ada pemasukan. Rp 730 miliar ini juga bukan hal yang kecil,” tegasnya.

Di sisi lain, Wali Kota Eri juga menyinggung soal penerimaan dari opsen pajak yang dinilainya belum memberikan dampak signifikan meski persentasenya naik.

“Seperti juga opsen (pajak) kan juga ada rumusan sendiri. Jadi meskipun kita ini diberikan 66 persen, sejatinya tidak jauh dari 30 persen. Kalau dihitung cuma 35 persen, karena ada lagi peraturan yang mengatur bagaimana untuk pemerataan. Sehingga walaupun 66 persen, dapatnya seperti tahun kemarin hanya naik Rp 200 miliar. Sehingga ini yang harus kita tutup,” jelasnya.

Dengan perhitungan tersebut, Pemkot Surabaya memperkirakan pendapatan 2026 berkurang hingga Rp 1 triliun. Namun, Wali Kota Eri memastikan berbagai program prioritas, terutama pada sektor pendidikan, tetap berjalan.

“Meskipun kita ada potongan, insya Allah di tahun depan, anggaran untuk pendidikan, untuk beasiswa Pemuda Tangguh Surabaya, khusus untuk keluarga yang memang kita utamakan untuk keluarga miskin dan pra-miskin, satu rumah, anaknya saya ambil satu, saya kuliahkan sampai lulus. Yang SMA, maka kita ambil satu, maka kita berikan bantuan Rp3,5 juta setahun,” terangnya. (*)

METROTODAY, SURABAYA – Anggaran pendapatan Surabaya di tahun 2026 bakal berkurang hingga Rp 730 miliar. Hal itu merupakan imbas dari pengurangan dana transfer pusat ke daerah.

Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya pun menghadapi tantangan untuk memastikan pembangunan tetap berjalan.

Pemkot Surabaya tertantang untuk melakukan berbagai inovasi untuk menutup kekurangan anggaran tersebut. Salah satu upayanya dengan mempercepat agenda pembangunan fisik.

Pemkot yakin dengan realisasi proyek strategis bisa menyumbang pendapatan lebih besar dan mampu menutupi kebutuhan dari dana transfer yang berkurang.

Wali Kota Eri Cahyadi menjelaskan salah satu strategi yang ditempuh pemkot adalah skema pembiayaan jangka panjang.

Menurutnya, pembangunan yang dikerjakan lebih awal pada 2026 akan lebih efisien dibandingkan bila dilakukan bertahap hingga 2029.

“Ketika ada pekerjaan yang di tahun sampai dengan 2029, kami bandingkan dengan kita kerjakan di tahun 2026, tapi kita bandingkan dengan setelah itu kita cicil, kita bandingkan dengan yang dikerjakan di tahun 2026, 2027, 2028, 2029, maka ini selisihnya Rp 50 miliar,’’ ucap Eri.

‘’Lebih murah yang kita kerjakan di tahun 2026 dengan dicicil, itu yang pertama,” paparnya.

Selain efisiensi, Wali Kota Eri menilai pembangunan infrastruktur juga akan mendorong kenaikan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).

Dia mencontohkan wilayah Wiyung, Gunung Sari, dan Banyu Urip yang akan terdampak positif ketika proyek jalan selesai.

“Ketika 2026 sudah dikerjakan, maka secara otomatis ketika ada pekerjaan jalan seperti Wiyung, diversi Gunungsari, di Banyu Urip, maka NJOP-nya akan naik. Maka di situ tahun 2028 ada lonjakan sekitar Rp 500 miliar untuk perubahan NJOP, untuk lokasi-lokasi yang sudah menjadi besar,” katanya.

Selain itu, Wali Kota Eri mengungkap bahwa Pemkot Surabaya juga menyiapkan strategi lain dengan mengoptimalkan aset daerah.

“Kita juga akan melakukan penyewaan aset. Aset kita kita bagi pada yang digunakan untuk padat karya, untuk kepentingan masyarakat, tapi juga harus ada yang kita sewakan. Agar apa? Agar ada pemasukan. Rp 730 miliar ini juga bukan hal yang kecil,” tegasnya.

Di sisi lain, Wali Kota Eri juga menyinggung soal penerimaan dari opsen pajak yang dinilainya belum memberikan dampak signifikan meski persentasenya naik.

“Seperti juga opsen (pajak) kan juga ada rumusan sendiri. Jadi meskipun kita ini diberikan 66 persen, sejatinya tidak jauh dari 30 persen. Kalau dihitung cuma 35 persen, karena ada lagi peraturan yang mengatur bagaimana untuk pemerataan. Sehingga walaupun 66 persen, dapatnya seperti tahun kemarin hanya naik Rp 200 miliar. Sehingga ini yang harus kita tutup,” jelasnya.

Dengan perhitungan tersebut, Pemkot Surabaya memperkirakan pendapatan 2026 berkurang hingga Rp 1 triliun. Namun, Wali Kota Eri memastikan berbagai program prioritas, terutama pada sektor pendidikan, tetap berjalan.

“Meskipun kita ada potongan, insya Allah di tahun depan, anggaran untuk pendidikan, untuk beasiswa Pemuda Tangguh Surabaya, khusus untuk keluarga yang memang kita utamakan untuk keluarga miskin dan pra-miskin, satu rumah, anaknya saya ambil satu, saya kuliahkan sampai lulus. Yang SMA, maka kita ambil satu, maka kita berikan bantuan Rp3,5 juta setahun,” terangnya. (*)

Artikel Terkait

Pilihan Editor

Pilihan Editor

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait

/