METROTODAY, SURABAYA – Pertunjukan teatrikal kolosal bersejarah Surabaya Merah Putih sukses memukau ribuan tamu undangan, masyarakat, dan wisatawan yang memadati kawasan Hotel Majapahit, Jalan Tunjungan, Minggu (21/9).
Acara yang merekonstruksi peristiwa heroik perobekan bendera Belanda menjadi Merah Putih di Hotel Yamato ini berlangsung meriah dan penuh haru.
Teatrikal kolosal yang diperankan langsung oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, seniman, serta arek-arek Surabaya ini berhasil menciptakan atmosfer Surabaya di era 1945 yang begitu hidup.
Perpaduan skenografi ludrukan khas Surabaya lawasan dengan elemen teater, tari, puisi, musik keroncong, seni instalasi, hingga parade sepeda kuno, membuat penonton seakan ikut merasakan suasana pertempuran sesungguhnya.

Pertunjukan diawali dengan pembacaan Proklamasi Daerah Surabaya oleh Residen Soedirman yang diperankan oleh Eri Cahyadi.
Adegan krusial kemudian berlanjut pada negosiasi antara Residen Soedirman dengan Mr. Ploegman, seorang pengacara pro-Belanda, yang mengibarkan bendera Belanda tanpa izin.
Ketegangan memuncak di depan Hotel Yamato (kini Hotel Majapahit) yang menjadi pemicu peristiwa perobekan bendera pada 19 September 1945, tak lama setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi menegaskan bahwa teatrikal ini adalah bagian tak terpisahkan dari sejarah bangsa. “Ini menunjukkan, jangan pernah hilang sejarah bagaimana pengorbanan seluruh masyarakat Surabaya ketika naik ke atas Hotel Yamato, merobek bendera biru menjadi merah putih,” papar Eri.
Ia berharap, semangat tersebut dapat menumbuhkan kejujuran, cinta, dan kasih sayang di Surabaya. Eri juga menambahkan pesan Residen Soedirman kepada arek-arek Surabaya agar terus menjaga kota ini, harus menjadi pengingat dan semangat.
“Melalui acara ini, maka semangat arek-arek Suroboyo terus berkobar, saling bergerak bersama untuk menjadikan Surabaya kota yang aman, nyaman, dan mensejahterakan warganya. Dengan cara apa? Caranya dengan bergotong royong,” harapnya.
Lebih jauh ia menjelaskan tentang filosofi di balik pengibaran bendera Merah Putih. Filosofi mengibarkan bendera Merah Putih adalah mengibarkan kebersamaan, gotong royong, kekeluargaan, dan merdeka dari segalanya mulai kemiskinan dan kebodohan.
Ia berharap warga Surabaya semakin bersatu, tidak hanya mengibarkan bendera secara fisik, tetapi juga di dalam hati demi kesejahteraan kota.
Setelah adegan perobekan bendera, seluruh hadirin serempak menyanyikan lagu Indonesia Raya. Acara juga dimeriahkan dengan pembacaan puisi berjudul GUGUR oleh Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Kota Surabaya, Rini Indriyani.
Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga, serta Pariwisata (Disbudporapar) Kota Surabaya, Hidayat Syah, menjelaskan bahwa pertunjukan berdurasi 90 menit ini melibatkan 1.000 pemain, terdiri dari gabungan seniman dan pelajar.
“Skenario teatrikal ini tak hanya sekadar rekonstruksi sejarah, tetapi juga panggung edukasi publik yang menyentuh emosi dan memantik kesadaran generasi muda tentang harga mempertahankan kemerdekaan,” ujar Hidayat.
Acara tahunan ini turut mengundang jajaran DPRD Kota Surabaya, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Kota Surabaya, Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD), hingga berbagai elemen masyarakat. (ahm)