27.2 C
Surabaya
21 July 2025, 21:45 PM WIB

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi Soroti Laporan Polisi terhadap Guru

METROTODAY, SURABAYA – Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menyoroti fenomena maraknya guru dilaporkan ke polisi oleh orang tua saat Masa Orientasi Orang Tua (MOOT) jenjang PAUD, SD, dan SMP se-Kota Surabaya, Minggu (20/7).

Dalam acara yang digelar di SMP Al-Hikmah secara daring dan luring ini, Eri menekankan pentingnya peran keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam membentuk karakter generasi muda, serta mengimbau orang tua untuk tidak gegabah dalam mengambil tindakan hukum terhadap guru.

Eri menyampaikan keprihatinannya terkait laporan polisi yang seringkali terjadi hanya karena guru mendisiplinkan anak. Ia menegaskan bahwa dialog harus menjadi prioritas utama.

“Jika seorang guru hanya memarahi atau mendisiplinkan anak, jangan buru-buru melapor ke polisi. Sebaiknya, ajaklah guru berbicara untuk memahami akar permasalahannya,” kata Eri.

Menurutnya, guru dan orang tua adalah mitra dalam mendidik anak. Oleh karena itu, membangun komunikasi yang efektif dan saling pengertian menjadi kunci.

Meskipun demikian, Wali Kota Eri tidak menafikan bahwa pelaporan ke polisi adalah tindakan yang tepat jika terjadi kekerasan fisik oleh guru.

Namun untuk permasalahan yang sifatnya disipliner atau miskomunikasi, ia sangat menganjurkan jalur dialog dan musyawarah terlebih dahulu.

“Baik guru maupun orang tua, marilah kita menjadi teladan yang baik bagi anak-anak dan hindari tindakan lapor polisi untuk perselisihan ringan. Kunci untuk menciptakan sinergi dalam mendidik adalah komunikasi dan pengertian, sehingga anak-anak dapat memandang guru sebagai bagian dari figur orang tua mereka,” ajaknya.

Lebih lanjut, Eri menjelaskan konsep MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) Ramah dengan slogan Sekolahku adalah Rumahku, Guruku adalah Orang Tuaku.

Ia menekankan relevansi filosofi ini hingga kini, sembari menekankan pentingnya menanamkan rasa hormat kepada guru dan menerapkan disiplin berbasis kasih sayang.

“Selain orang tua kandung, guru adalah pendidik utama yang bertanggung jawab mendidik dan mengajarkan ilmu. Oleh karena itu, orang tua dan guru perlu bersinergi dalam menerapkan disiplin kepada anak,” jelasnya.

Eri juga mengajak orang tua untuk berintrospeksi diri jika anak-anak terlibat dalam kegiatan negatif.

“Jika anak terjerumus ke jalan yang salah seperti geng motor, minuman keras, atau perundungan di sekolah, jangan hanya menyalahkan anak. Mari kita introspeksi diri sebagai orang tua, kekurangan atau kesalahan apa yang mungkin telah kita lakukan,” tegasnya.

Melalui kegiatan MOOT, Wali Kota Eri optimis bahwa pembentukan moral dan akhlak anak berdasarkan nilai-nilai agama serta Tujuh Praktik Baik Indonesia Hebat akan menjadi pondasi kuat yang sejalan dengan Pancasila.

Ia yakin, ini akan mewujudkan Surabaya sebagai kota yang aman dari perundungan, geng motor, dan minuman keras.

“Dengan sinergi antara orang tua dengan sekolah, diharapkan akan terbentuk karakter anak-anak Surabaya, mulai dari PAUD, SD, hingga SMP menjadi pribadi yang saleh/salihah, berkapasitas luar biasa, dan memiliki kebangsaan yang kuat,” pungkasnya. (ahm)

METROTODAY, SURABAYA – Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menyoroti fenomena maraknya guru dilaporkan ke polisi oleh orang tua saat Masa Orientasi Orang Tua (MOOT) jenjang PAUD, SD, dan SMP se-Kota Surabaya, Minggu (20/7).

Dalam acara yang digelar di SMP Al-Hikmah secara daring dan luring ini, Eri menekankan pentingnya peran keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam membentuk karakter generasi muda, serta mengimbau orang tua untuk tidak gegabah dalam mengambil tindakan hukum terhadap guru.

Eri menyampaikan keprihatinannya terkait laporan polisi yang seringkali terjadi hanya karena guru mendisiplinkan anak. Ia menegaskan bahwa dialog harus menjadi prioritas utama.

“Jika seorang guru hanya memarahi atau mendisiplinkan anak, jangan buru-buru melapor ke polisi. Sebaiknya, ajaklah guru berbicara untuk memahami akar permasalahannya,” kata Eri.

Menurutnya, guru dan orang tua adalah mitra dalam mendidik anak. Oleh karena itu, membangun komunikasi yang efektif dan saling pengertian menjadi kunci.

Meskipun demikian, Wali Kota Eri tidak menafikan bahwa pelaporan ke polisi adalah tindakan yang tepat jika terjadi kekerasan fisik oleh guru.

Namun untuk permasalahan yang sifatnya disipliner atau miskomunikasi, ia sangat menganjurkan jalur dialog dan musyawarah terlebih dahulu.

“Baik guru maupun orang tua, marilah kita menjadi teladan yang baik bagi anak-anak dan hindari tindakan lapor polisi untuk perselisihan ringan. Kunci untuk menciptakan sinergi dalam mendidik adalah komunikasi dan pengertian, sehingga anak-anak dapat memandang guru sebagai bagian dari figur orang tua mereka,” ajaknya.

Lebih lanjut, Eri menjelaskan konsep MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) Ramah dengan slogan Sekolahku adalah Rumahku, Guruku adalah Orang Tuaku.

Ia menekankan relevansi filosofi ini hingga kini, sembari menekankan pentingnya menanamkan rasa hormat kepada guru dan menerapkan disiplin berbasis kasih sayang.

“Selain orang tua kandung, guru adalah pendidik utama yang bertanggung jawab mendidik dan mengajarkan ilmu. Oleh karena itu, orang tua dan guru perlu bersinergi dalam menerapkan disiplin kepada anak,” jelasnya.

Eri juga mengajak orang tua untuk berintrospeksi diri jika anak-anak terlibat dalam kegiatan negatif.

“Jika anak terjerumus ke jalan yang salah seperti geng motor, minuman keras, atau perundungan di sekolah, jangan hanya menyalahkan anak. Mari kita introspeksi diri sebagai orang tua, kekurangan atau kesalahan apa yang mungkin telah kita lakukan,” tegasnya.

Melalui kegiatan MOOT, Wali Kota Eri optimis bahwa pembentukan moral dan akhlak anak berdasarkan nilai-nilai agama serta Tujuh Praktik Baik Indonesia Hebat akan menjadi pondasi kuat yang sejalan dengan Pancasila.

Ia yakin, ini akan mewujudkan Surabaya sebagai kota yang aman dari perundungan, geng motor, dan minuman keras.

“Dengan sinergi antara orang tua dengan sekolah, diharapkan akan terbentuk karakter anak-anak Surabaya, mulai dari PAUD, SD, hingga SMP menjadi pribadi yang saleh/salihah, berkapasitas luar biasa, dan memiliki kebangsaan yang kuat,” pungkasnya. (ahm)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait

/