METROTODAY, SIDOARJO – Di balik geliat pembangunan dan modernitas yang tidak dapat dielakkan, Sidoarjo menyimpan jejak spiritual yang kuat. Sidoarjo tetap menampilkan wajah khas sebagai kota yang religius. Wajah yang tumbuh dari akar sejarah, budaya, dan tradisi masyarakatnya.
Identitas tersebut tecermin pada banyaknya pondok pesantren, sekolah Islam, hingga tradisi-tradisi seperti haul aulia dan ziarah ke makam para wali yang tetap terjaga. Puluhan bahkan ratusan makam aulia berada di Sidoarjo, sehingga kota ini layak disebut Bumi Aulia.
Itulah ikhtisar buku Sidoarjo Bumi Aulia yang diluncurkan di Pendopo Delta Wibawa, Sidoarjo, pada Senin (22/12/2025) sore. Buku tersebut mengulas jejak sejarah religius daerah dengan menampilkan sejumlah situs dan makam-makam aulia.

Salah satu yang diangkat adalah Pondok Pesantren Siwalanpanji atau Pondok Al Hamdaniyah yang berdiri sejak tahun 1787. Pesantren tersebut dikenal telah melahirkan banyak tokoh ulama nasional. Ada pula situs MBO (Markas Berkas Oelama) yang menjadi saksi perjuangan kemerdekaan.
Teladan dari para aulia karamah-karamahnya juga ditampilkan. Di antaranya dari sosok KH Ali Mas’ud atau Mbah Ud, Mbah Ibrahim Al Jaelani Bungurasih, Sayyid Hasan Madinah, hingga K.H Sahlan Tholib.
Pemrakarsa buku Sidoarjo Bumi Aulia adalah Ketua DPRD Sidoarjo Abdillah Nasih. Ia kemudian dibantu dua jurnalis senior, Mohammad Subhan dan Fathur Roziq, serta tim dari metrotoday.id menelurkan buku setebal 269 tersebut.
Abdillah Nasih menuturkan, buku Sidoarjo Bumi Aulia digagas untuk menghadirkan sisi lain dari branding Kabupaten Sidoarjo. Selama ini Sidoarjo dikenal dengan sektor perikanan, industri, dan kuliner dengan sebutan Kota Udang, Kota UMKM, maupun Kota Delta. Padahal, ada sisi lain yang tidak kalah kuat dimiliki Sidoarjo.
”Sidoarjo memiliki sejarah keagamaan yang sangat kuat. Banyak situs dan makam aulia yang tersebar hampir di seluruh desa,” ujarnya. Cak Nasih, sapaan karibnya, ingin Sidoarjo juga dikenal sebagai Bumi Aulia.

Menurut dia, sejarah dan situs aulia tersebut menjadi potensi besar bagi Sidoarjo apabila dikelola dengan tepat. Destinasi wisata religi yang berkembang dapat berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi kreatif masyarakat.
”Selain kekuatan kerohanian, juga bisa menjadi wisata religi dan edukasi sehingga dapat menumbuhkan semangat dan meningkatkan perekonomian masyarakat,” papar ketua DPC PKB Sidoarjo itu.
Cak Nasih berharap kehadiran buku Sidoarjo Bumi Aulia dapat memperkuat literasi sejarah di Sidoarjo, khususnya bagi generasi muda agar mengenal besarnya peran para ulama dan aulia.

M. Subhan selaku penulis mengaku sangat tertarik saat diajak oleh Cak Nasih menggarap buku Sidoarjo Bumi Aulia. Bersama Cak Nasih dan Fathur Roziq, dirinya kemudian merumuskan materinya.
”Hampir setiap desa memiliki makam aulia. Inilah yang kami tulis agar masyarakat luas tahu bahwa Sidoarjo layak disebut sebagai Kota Aulia,” ujar Subhan. Dia berharap buku Sidoarjo Bumi Aulia bisa menjadi referensi dan pengetahuan bagi seluruh lapisan masyarakat, terutama anak-anak muda. (red)

