METROTODAY, SURABAYA – Kemunculan bunga raksasa rafflesia hasseltii di Sumatera Barat baru-baru ini kembali menarik perhatian publik terhadap tanaman langka endemik Indonesia. Pakar Botani Universitas Airlangga (Unair), Prof. Hery Purnobasuki, memberikan penjelasan mengenai karakteristik unik dan tantangan pelestarian Rafflesia.
Prof. Hery menjelaskan bahwa Rafflesia merupakan tanaman parasit murni yang sepenuhnya bergantung pada inang. “Bunga atau tanaman Rafflesia ini merupakan tanaman parasit yang menumpang pada tanaman lain. Dan Indonesia memiliki iklim yang sangat cocok bagi pertumbuhannya,” ujarnya.
Rafflesia hanya dapat tumbuh pada jenis tanaman merambat tertentu dan tidak memiliki struktur organ daun atau kemampuan fotosintesis. Seluruh nutrisinya diperoleh dari jaringan tumbuhan inang. Lingkungan tempat Rafflesia hidup pun sangat spesifik, minim polusi, dan tidak banyak tersentuh aktivitas manusia.
Indonesia tercatat memiliki sekitar 13-14 spesies Rafflesia, dengan Rafflesia arnoldii sebagai yang paling dikenal. Prof. Hery meyakini bahwa eksplorasi yang lebih luas berpotensi mengungkap spesies baru.
Terkait kemunculan Rafflesia hasseltii, Prof. Hery meluruskan bahwa bunga tersebut telah terdeteksi sebelumnya. “Secara morfologi, pengamat dapat mengenali kuncup Rafflesia sejak awal. Warga memberi informasi, kemudian praktisi memantau hingga bunganya mekar. Jadi bukan ditemukan tiba-tiba,” tegasnya.
Proses reproduksi dan penyebaran embrio Rafflesia masih menyimpan banyak misteri. Mekanisme penyebarannya belum dapat dipastikan, meski diduga melibatkan perantara.
“Bunga jantan dan betina Rafflesia terpisah. Untuk terjadi pembuahan, pasti ada perantara. Namun bagaimana embrio masuk ke jaringan inangnya masih menjadi misteri besar,” ungkapnya.
Sebagai negara dengan keanekaragaman hayati terbesar kedua setelah Brazil, Indonesia memiliki potensi besar untuk menemukan lebih banyak spesies endemik. Namun, ancaman alih fungsi lahan membuat keberadaan tanaman langka seperti Rafflesia semakin terdesak.
“Kalau ini dianggap kekayaan, maka harus dipertahankan, bukan sekadar diumumkan. Perlu keterlibatan banyak pihak untuk melindungi habitatnya,” tegas Prof. Hery.
Ia juga menyoroti pentingnya mengembangkan teknik kultur Rafflesia untuk dikembalikan ke habitat aslinya sebagai upaya pelestarian. Selain itu, penemuan spesies baru memberi peluang bagi peneliti Indonesia untuk tercatat sebagai penemu dalam nomenklatur ilmiah. (ahm)

