Categories: Internasional

Mikrofon Mati saat Prabowo Pidato di PBB, Kemlu Ungkap Alasan di Balik Drama

METROTODAY, JAKARTA – Momen krusial pidato Presiden Prabowo Subianto di Sidang Majelis Umum (SMU) PBB sempat diwarnai drama kecil, Selasa (23/9) WIB. Di tengah pernyataannya yang lantang, mikrofon yang digunakan Prabowo tiba-tiba mati.

Insiden ini sontak menjadi sorotan. Namun, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI segera memberikan klarifikasi bahwa tidak ada masalah teknis atau dugaan sabotase, melainkan murni soal prosedur.

Menurut Direktur Informasi dan Media Kemlu RI, Hartyo Harkomoyo, setiap delegasi diberi waktu maksimal lima menit untuk berpidato. Aturan inilah yang menjadi “penjaga waktu” otomatis di mana mikrofon akan dimatikan jika batas waktu terlampaui.

Momen mati mikrofon terjadi tepat setelah Prabowo menyampaikan komitmen Indonesia untuk menyediakan pasukan perdamaian di bawah mandat PBB, sebuah pernyataan yang disambut positif oleh audiens.

Meskipun siaran langsung terputus, Hartyo memastikan bahwa suara Prabowo tetap terdengar jelas di dalam aula, sehingga para delegasi masih bisa mendengarkan pidatonya secara utuh.

Insiden serupa ternyata juga dialami oleh Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. Pihak Direktorat Komunikasi Turki mengungkapkan alasan yang sama. Erdogan melampaui batas waktu karena sempat berhenti untuk menerima tepuk tangan dari hadirin. Kejadian ini membuktikan bahwa aturan lima menit tersebut berlaku sama bagi semua pemimpin.

Konferensi tingkat tinggi yang dipimpin oleh Prancis dan Arab Saudi ini mengumpulkan 33 pemimpin delegasi untuk menyampaikan pandangan mereka mengenai penyelesaian masalah Palestina dan solusi dua negara.

Pidato Prabowo yang berhasil mencuri perhatian dan mendapatkan aplaus, meskipun diwarnai insiden mikrofon, memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain kunci yang berkomitmen pada perdamaian dunia.

Pada akhirnya, meskipun mikrofon mati, pesan dari pidato Prabowo tetap tersampaikan dengan jelas dan mendapatkan respons positif. Hal ini menunjukkan bahwa substansi dan keberanian dalam berdiplomasi lebih penting dari sebatas teknis yang ada. (red)

Jay Wijayanto

Recent Posts

Kebakaran di Belakang Aspol Pawiyatan Surabaya, 3 Warung dan 13 Motor Terbakar

Tiga stand warung semi permanen di Jalan Pawiyatan, Surabaya tepatnya belakang Aspol, terbakar, Sabtu (13/12)…

16 hours ago

Profesor Tanpa Gelar

DALAM sebuah momen yang berlangsung sederhana namun sarat makna, di ruang yang hangat dan penuh kekeluargaan,…

17 hours ago

Raperda Hunian Layak di Surabaya Masih Banyak Miss Persepsi, Aturan Rumah Kos Jadi Fokus

Raperda tentang hunian yang layak, yang mencakup kebijakan perencanaan, pengelolaan, tata ruang, dan keberlanjutan hunian…

20 hours ago

PWI Pusat Terbitkan Edaran Soal Rangkap Jabatan, Perpanjangan KTA dan Donasi Kemanusiaan Bencana Sumatera

PWI Pusat menerbitkan tiga Surat Edaran (SE) untuk seluruh anggota se-Indonesia, yakni SE tentang Rangkap…

21 hours ago

Copet Beraksi di Stasiun Surabaya Gubeng Lama, KAI Daop 8 Tingkatkan Keamanan Jelang Nataru

Masyarakat dihebohkan dengan video viral aksi pencopetan di Stasiun Surabaya Gubeng Lama, beberapa waktu lalu.…

23 hours ago

Tim Gabungan Unair Bantu Operasi Korban Banjir di RSUD Aceh Tamiang, Begini Langkahnya

Tim gabungan Universitas Airlangga (Unair) yang terdiri dari Fakultas Kedokteran, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Keperawatan,…

1 day ago

This website uses cookies.