26.4 C
Surabaya
7 July 2025, 23:36 PM WIB

Vogue: Dari Buletin Elit ke Ikon Global Mode dan Budaya Populer

Lebih dari 130 tahun memimpin tren, Vogue membuktikan bahwa media mode adalah kekuatan budaya yang tak tergantikan.

METROTODAY, SURABAYA – Vogue adalah majalah mode dan gaya hidup ternama dunia, didirikan di New York. Vogue terkenal sebagai ikon tren fashion global.
Pertama kali terbit pada 17 Desember 1892 sebagai buletin.

Isinya tentang gosip dan kabar sosial kalangan elit New York. Isinya mencerminkan kehidupan pesta, pergaulan kelas atas, dan selera eksklusif kota tersebut.

Namun, semuanya berubah pada tahun 1909 ketika Condé Nast mengambil alih kepemilikan. Condé Nast adalah perusahaan media global yang didirikan oleh Condé Montrose Nast, terkenal sebagai penerbit majalah bergengsi seperti Vogue, The New Yorker, dan Vanity Fair.

Di bawah arahannya, Vogue mengalami revolusi besar. Konten fiksi dihapus, berita sosial dipadukan dengan liputan mode, dan pakaian menjadi pusat perhatian majalah ini.

Sampul yang awalnya dihiasi ilustrasi dari seniman seperti George Plank dan Helen Dryden perlahan digantikan oleh karya fotografi ikonik dari nama-nama besar seperti Cecil Beaton hingga Irving Penn.

Sejak saat itu, setiap edisi Vogue bukan hanya bacaan, tapi juga karya seni yang memengaruhi selera global.

Di dekade pertama setelah akuisisi, Vogue membuktikan diri sebagai salah satu platform iklan paling kuat di dunia mode.

Pada tahun 1910, majalah ini sudah memuat lebih dari setengah juta baris iklan fesyen. Halaman-halamannya bertambah banyak, dari format kecil seperti koran menjadi puluhan halaman per edisi, bahkan mencapai ratusan halaman di pertengahan abad ke-20.

Inovasi lainnya adalah lahirnya pola jahit “Vogue Patterns” pada tahun 1899, yang memudahkan perempuan dari kota kecil menjahit pakaian ala Paris di rumah mereka sendiri. Ini menunjukkan bahwa visi Condé Nast bukan hanya soal eksklusivitas, tapi juga memberi akses lebih luas ke dunia mode.

Sepanjang abad ke-20, Vogue menjadi saksi perjalanan evolusi siluet dan gaya busana. Dari sosok independen Gibson Girl di awal 1900-an, gaya flapper dengan rok pendek dan rambut bob di tahun 1920-an, hingga tren konservatif akibat Depresi Besar.

Saat Perang Dunia II, keterbatasan bahan kain menciptakan gaya “austerity” yang serba hemat. Namun, pasca-perang, Dior memperkenalkan “New Look” dengan rok lebar dan pinggang ramping yang menegaskan kembali femininitas.

Di akhir abad ke-20, dunia mode kembali bergejolak dengan lahirnya gelombang punk dan minimalisme. Gaya berpakaian menjadi simbol pemberontakan, diwarnai sobekan, tambalan, dan eksperimen, mencerminkan amarah dan ketidakpuasan generasi muda.

Vogue tidak pernah lepas dari pengaruh sosial, ekonomi, dan budaya. Dunia film, misalnya, memperkenalkan ikon mode seperti Grace Kelly dan Marilyn Monroe ke halaman-halaman majalah ini.

Kehadiran mereka membuat gaya selebritas semakin populer. Di sisi lain, inovasi seperti kancing pengait, resleting, dan industri ready-to-wear membuka akses mode untuk lebih banyak orang, menghapus batas antara couture yang eksklusif dengan kebutuhan masyarakat luas.

Vogue juga merekam perkembangan pakaian dalam dan busana renang. Mulai dari korset S-bend khas era Edwardian, bra dengan cup yang diberi label alfabet di tahun 1930-an, hingga bikini yang sempat kontroversial tapi kemudian diterima di era “youthquake” 1960-an.

Aksesori seperti topi tinggi Edwardian, cloche yang menutupi rambut, sepatu pumps, wedges avant-garde, dan perhiasan kostum Chanel menjadi bagian tak terpisahkan dari panduan gaya Vogue sekaligus menggerakkan ekonomi mode global.

Lebih dari satu abad berlalu, Vogue terus menunjukkan kemampuannya beradaptasi dan memimpin tren. Data terbaru dari Alliance for Audited Media menunjukkan sirkulasi cetak Vogue di Amerika Serikat stabil di angka 1,2 juta eksemplar untuk semester kedua 2024.

Secara global, Vogue menjangkau 10,5 juta pembaca cetak, ditambah 15,8 juta pengguna digital tiap bulan, 81 juta pengikut di media sosial, serta 226 juta penayangan video setiap bulannya.

Di situs vogue.com sendiri, kunjungan rata-rata mencapai 17,9 juta per bulan, dengan durasi sesi hampir 8 menit, menandakan tingginya ketertarikan pada konten multimedia mereka.

Dari sisi bisnis, meski pendapatan Condé Nast sempat stagnan di tahun 2023, pertumbuhan langganan digital, e-commerce, dan acara besar seperti Met Gala membantu menyeimbangkan penurunan iklan cetak.

Pada Juni 2025, mundurnya Anna Wintour sebagai Editor-in-Chief American Vogue menjadi momen penting, meski ia tetap memegang peran strategis sebagai Chief Content Officer dan Global Editorial Director untuk menjaga kesinambungan arah dan visi editorial.

Perjalanan Vogue menunjukkan bahwa inovasi dan ketahanan adalah kunci sukses di dunia media dan mode. Dari buletin gosip kelas atas menjadi majalah mode paling berpengaruh di dunia, Vogue selalu menegaskan satu hal: media mode bukan sekadar pelengkap.

Media mode adalah kekuatan budaya yang membentuk estetika, memengaruhi masyarakat, dan menggerakkan ekonomi global.

Setiap artikel, foto, dan sampul Vogue selalu mengingatkan kita bahwa perubahan besar berawal dari keberanian—berani merombak, bereksperimen, dan menentukan narasi masa depan. (Edhy Aruman/red)

Lebih dari 130 tahun memimpin tren, Vogue membuktikan bahwa media mode adalah kekuatan budaya yang tak tergantikan.

METROTODAY, SURABAYA – Vogue adalah majalah mode dan gaya hidup ternama dunia, didirikan di New York. Vogue terkenal sebagai ikon tren fashion global.
Pertama kali terbit pada 17 Desember 1892 sebagai buletin.

Isinya tentang gosip dan kabar sosial kalangan elit New York. Isinya mencerminkan kehidupan pesta, pergaulan kelas atas, dan selera eksklusif kota tersebut.

Namun, semuanya berubah pada tahun 1909 ketika Condé Nast mengambil alih kepemilikan. Condé Nast adalah perusahaan media global yang didirikan oleh Condé Montrose Nast, terkenal sebagai penerbit majalah bergengsi seperti Vogue, The New Yorker, dan Vanity Fair.

Di bawah arahannya, Vogue mengalami revolusi besar. Konten fiksi dihapus, berita sosial dipadukan dengan liputan mode, dan pakaian menjadi pusat perhatian majalah ini.

Sampul yang awalnya dihiasi ilustrasi dari seniman seperti George Plank dan Helen Dryden perlahan digantikan oleh karya fotografi ikonik dari nama-nama besar seperti Cecil Beaton hingga Irving Penn.

Sejak saat itu, setiap edisi Vogue bukan hanya bacaan, tapi juga karya seni yang memengaruhi selera global.

Di dekade pertama setelah akuisisi, Vogue membuktikan diri sebagai salah satu platform iklan paling kuat di dunia mode.

Pada tahun 1910, majalah ini sudah memuat lebih dari setengah juta baris iklan fesyen. Halaman-halamannya bertambah banyak, dari format kecil seperti koran menjadi puluhan halaman per edisi, bahkan mencapai ratusan halaman di pertengahan abad ke-20.

Inovasi lainnya adalah lahirnya pola jahit “Vogue Patterns” pada tahun 1899, yang memudahkan perempuan dari kota kecil menjahit pakaian ala Paris di rumah mereka sendiri. Ini menunjukkan bahwa visi Condé Nast bukan hanya soal eksklusivitas, tapi juga memberi akses lebih luas ke dunia mode.

Sepanjang abad ke-20, Vogue menjadi saksi perjalanan evolusi siluet dan gaya busana. Dari sosok independen Gibson Girl di awal 1900-an, gaya flapper dengan rok pendek dan rambut bob di tahun 1920-an, hingga tren konservatif akibat Depresi Besar.

Saat Perang Dunia II, keterbatasan bahan kain menciptakan gaya “austerity” yang serba hemat. Namun, pasca-perang, Dior memperkenalkan “New Look” dengan rok lebar dan pinggang ramping yang menegaskan kembali femininitas.

Di akhir abad ke-20, dunia mode kembali bergejolak dengan lahirnya gelombang punk dan minimalisme. Gaya berpakaian menjadi simbol pemberontakan, diwarnai sobekan, tambalan, dan eksperimen, mencerminkan amarah dan ketidakpuasan generasi muda.

Vogue tidak pernah lepas dari pengaruh sosial, ekonomi, dan budaya. Dunia film, misalnya, memperkenalkan ikon mode seperti Grace Kelly dan Marilyn Monroe ke halaman-halaman majalah ini.

Kehadiran mereka membuat gaya selebritas semakin populer. Di sisi lain, inovasi seperti kancing pengait, resleting, dan industri ready-to-wear membuka akses mode untuk lebih banyak orang, menghapus batas antara couture yang eksklusif dengan kebutuhan masyarakat luas.

Vogue juga merekam perkembangan pakaian dalam dan busana renang. Mulai dari korset S-bend khas era Edwardian, bra dengan cup yang diberi label alfabet di tahun 1930-an, hingga bikini yang sempat kontroversial tapi kemudian diterima di era “youthquake” 1960-an.

Aksesori seperti topi tinggi Edwardian, cloche yang menutupi rambut, sepatu pumps, wedges avant-garde, dan perhiasan kostum Chanel menjadi bagian tak terpisahkan dari panduan gaya Vogue sekaligus menggerakkan ekonomi mode global.

Lebih dari satu abad berlalu, Vogue terus menunjukkan kemampuannya beradaptasi dan memimpin tren. Data terbaru dari Alliance for Audited Media menunjukkan sirkulasi cetak Vogue di Amerika Serikat stabil di angka 1,2 juta eksemplar untuk semester kedua 2024.

Secara global, Vogue menjangkau 10,5 juta pembaca cetak, ditambah 15,8 juta pengguna digital tiap bulan, 81 juta pengikut di media sosial, serta 226 juta penayangan video setiap bulannya.

Di situs vogue.com sendiri, kunjungan rata-rata mencapai 17,9 juta per bulan, dengan durasi sesi hampir 8 menit, menandakan tingginya ketertarikan pada konten multimedia mereka.

Dari sisi bisnis, meski pendapatan Condé Nast sempat stagnan di tahun 2023, pertumbuhan langganan digital, e-commerce, dan acara besar seperti Met Gala membantu menyeimbangkan penurunan iklan cetak.

Pada Juni 2025, mundurnya Anna Wintour sebagai Editor-in-Chief American Vogue menjadi momen penting, meski ia tetap memegang peran strategis sebagai Chief Content Officer dan Global Editorial Director untuk menjaga kesinambungan arah dan visi editorial.

Perjalanan Vogue menunjukkan bahwa inovasi dan ketahanan adalah kunci sukses di dunia media dan mode. Dari buletin gosip kelas atas menjadi majalah mode paling berpengaruh di dunia, Vogue selalu menegaskan satu hal: media mode bukan sekadar pelengkap.

Media mode adalah kekuatan budaya yang membentuk estetika, memengaruhi masyarakat, dan menggerakkan ekonomi global.

Setiap artikel, foto, dan sampul Vogue selalu mengingatkan kita bahwa perubahan besar berawal dari keberanian—berani merombak, bereksperimen, dan menentukan narasi masa depan. (Edhy Aruman/red)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait

/