METROTODAY, SIDOARJO – Kementerian Agama (Kemenag) melakukan evaluasi terhadap bangunan pondok pesantren di Situbondo pasca-ambruknya atap asrama santri putri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Syekh Abdul Qodir Jaelani Ra di Desa Blimbing, Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo.
Insiden yang terjadi Rabu (29/10) ini mengakibatkan sejumlah santri terluka dan satu santriwati meninggal dunia.
Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Kemenag, Basnang Said, langsung turun tangan mengunjungi lokasi kejadian.
Kehadirannya bertujuan memberikan dukungan moril dan materiil kepada pihak pondok pesantren. Dalam kunjungannya, Basnang menyerahkan bantuan sebesar Rp 200 juta sebagai wujud kepedulian Kemenag.
“Semoga para korban diberikan kesembuhan, dan yang wafat mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT. Ini adalah musibah bersama, mari kita hadapi dengan kesabaran dan keikhlasan. Musibah ini juga menjadi ujian sekaligus pengingat bagi kita semua,” ujar Basnang Said, Jumat (31/10).

Selain meninjau kondisi asrama, Basnang Said juga menyempatkan diri mengunjungi keluarga korban meninggal dunia, Putri Hemilia Oktaviantika, di Desa Rawan, Kecamatan Besuki.
Ia menyampaikan belasungkawa mendalam dan menyerahkan bantuan uang tunai kepada keluarga yang ditinggalkan.
Kakanwil Kemenag Jatim, Akhmad Sruji Bahtiar, turut memberikan bantuan serupa serta menjenguk para santri yang masih dirawat di rumah sakit. Ia memberikan dukungan moril dan memastikan keluarga korban mendapatkan perhatian yang layak.
Peristiwa tragis ini disebabkan oleh hujan deras disertai angin kencang yang melanda wilayah Besuki. Akibatnya, 11 santri mengalami luka-luka.
Sebagian besar menjalani perawatan jalan, sementara dua santri masih dirawat intensif di RSUD Besuki.
Kemenag berkomitmen untuk terus mendampingi dan membantu proses pemulihan pondok pesantren.
Selain bantuan fisik, Kemenag juga memberikan dukungan psikososial agar kegiatan pendidikan santri dapat segera berjalan normal kembali.
“Kami akan berkoordinasi dengan pihak terkait untuk melakukan evaluasi terhadap bangunan-bangunan lain di lingkungan pondok pesantren. Tujuannya, agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang,” pungkasnya. (ahm)

