29 September 2025, 12:30 PM WIB

Demam Flash Sale, Ajang Hemat atau Perang Promo yang Bikin Kalap?

METROTODAY, SURABAYA – Fenomena flash sale kini menjadi strategi pemasaran yang semakin populer di berbagai platform e-commerce.

Program diskon besar-besaran dengan waktu terbatas ini dirancang untuk memicu rasa urgensi, sehingga konsumen tergoda membeli secepat mungkin sebelum stok habis.

Flash sale paling marak terjadi pada momen-momen tertentu seperti tanggal cantik 9.9, 10.10, 11.11, hingga festival belanja akhir tahun. Dengan desain sistem yang cepat dan promosi yang masif, flash sale berhasil menarik perhatian banyak pembeli, terutama kalangan Gen Z dan generasi milenial yang aktif berbelanja online.

Banyak orang menilai flash sale sebagai cara hemat untuk mendapatkan barang dengan harga murah. Namun, menurut sejumlah pakar, promosi ini tidak sepenuhnya menguntungkan.

Faktor psikologis seperti FOMO atau rasa takut ketinggalan sering kali membuat konsumen membeli barang yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan. Diskon besar juga kadang dipoles dengan trik visual, misalnya harga asli yang dinaikkan terlebih dahulu agar potongan terlihat lebih menggiurkan.

Meski begitu, flash sale tetap menjadi salah satu ajang yang paling ditunggu konsumen di Indonesia.

Agar tidak terjebak dalam pemborosan, calon pembeli disarankan menyiapkan daftar barang yang benar-benar dibutuhkan, menetapkan anggaran belanja, hingga memastikan kualitas produk melalui ulasan pengguna.

Disiplin menjadi kunci agar flash sale benar-benar menjadi ajang hemat, bukan perang promo yang bikin kalap. (ana sofiana/red)

METROTODAY, SURABAYA – Fenomena flash sale kini menjadi strategi pemasaran yang semakin populer di berbagai platform e-commerce.

Program diskon besar-besaran dengan waktu terbatas ini dirancang untuk memicu rasa urgensi, sehingga konsumen tergoda membeli secepat mungkin sebelum stok habis.

Flash sale paling marak terjadi pada momen-momen tertentu seperti tanggal cantik 9.9, 10.10, 11.11, hingga festival belanja akhir tahun. Dengan desain sistem yang cepat dan promosi yang masif, flash sale berhasil menarik perhatian banyak pembeli, terutama kalangan Gen Z dan generasi milenial yang aktif berbelanja online.

Banyak orang menilai flash sale sebagai cara hemat untuk mendapatkan barang dengan harga murah. Namun, menurut sejumlah pakar, promosi ini tidak sepenuhnya menguntungkan.

Faktor psikologis seperti FOMO atau rasa takut ketinggalan sering kali membuat konsumen membeli barang yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan. Diskon besar juga kadang dipoles dengan trik visual, misalnya harga asli yang dinaikkan terlebih dahulu agar potongan terlihat lebih menggiurkan.

Meski begitu, flash sale tetap menjadi salah satu ajang yang paling ditunggu konsumen di Indonesia.

Agar tidak terjebak dalam pemborosan, calon pembeli disarankan menyiapkan daftar barang yang benar-benar dibutuhkan, menetapkan anggaran belanja, hingga memastikan kualitas produk melalui ulasan pengguna.

Disiplin menjadi kunci agar flash sale benar-benar menjadi ajang hemat, bukan perang promo yang bikin kalap. (ana sofiana/red)

Artikel Terkait

Pilihan Editor

Pilihan Editor

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait

/