METROTODAY, SIDOARJO – Memasuki tahun 2025, fenomena budaya “skrol cepat” di media sosial menjadi tantangan nyata bagi para guru di Indonesia. Siswa kini semakin terbiasa menerima informasi singkat dan visual, sehingga sulit mempertahankan fokus dalam waktu lama selama kegiatan belajar di kelas.
Fenomena ini dikenal sebagai “Short Attention Era”, di mana rentang perhatian seseorang makin pendek akibat paparan konten digital yang cepat dan berulang.
Sejumlah studi pendidikan menyebut bahwa perhatian siswa mulai menurun drastis setelah 10 – 15 menit ceramah.
“Anak-anak sekarang cepat bosan. Jadi guru harus pintar menciptakan suasana belajar yang interaktif, misalnya lewat video pendek, kuis digital, atau diskusi singkat.” ujar Dwi Astuti, S.Pd.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, banyak guru mulai mengubah strategi pembelajaran menjadi lebih menarik. Materi disajikan dalam bentuk visual, permainan edukatif, hingga aktivitas kelompok singkat agar siswa tetap terlibat secara aktif.
Meski era digital membawa tantangan baru, para pendidik percaya bahwa budaya skrol cepat bukan akhir dari proses belajar.
Dengan kreativitas dan pendekatan yang sesuai, kebiasaan ini justru dapat dimanfaatkan untuk menciptakan model pembelajaran yang lebih dinamis dan relevan di tahun 2025. (ana sofiana/mt)
Tim relawan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang terdiri dari dokter, perawat, psikolog, konselor, dan ahli…
Tiga stand warung semi permanen di Jalan Pawiyatan, Surabaya tepatnya belakang Aspol, terbakar, Sabtu (13/12)…
DALAM sebuah momen yang berlangsung sederhana namun sarat makna, di ruang yang hangat dan penuh kekeluargaan,…
Raperda tentang hunian yang layak, yang mencakup kebijakan perencanaan, pengelolaan, tata ruang, dan keberlanjutan hunian…
PWI Pusat menerbitkan tiga Surat Edaran (SE) untuk seluruh anggota se-Indonesia, yakni SE tentang Rangkap…
Masyarakat dihebohkan dengan video viral aksi pencopetan di Stasiun Surabaya Gubeng Lama, beberapa waktu lalu.…
This website uses cookies.