Categories: Woman Files

Dengarkan Anakmu, Sebelum Dunia yang Mengajarinya!

METROTODAY, SIDOARJO – Di tengah kesibukan orang tua modern yang disibukkan dengan pekerjaan dan tekanan ekonomi, sering kali anak menjadi pihak yang paling jarang didengarkan.

Padahal di era digital seperti sekarang, anak tumbuh dengan pengaruh luar yang jauh lebih kuat daripada generasi sebelumnya.

Baik dari media sosial, teman sebaya, hingga tren dunia maya yang tak jarang membentuk cara berpikir dan bertindak mereka.

Banyak orang tua yang bekerja dari pagi hingga malam, pulang dalam kondisi lelah, dan tanpa sadar melewatkan percakapan kecil yang bermakna dengan anak.

Padahal, sekadar mendengarkan cerita sederhana tentang teman sekolah atau perasaan mereka hari itu bisa menjadi bentuk kasih sayang yang paling dibutuhkan anak.

Menurut laman Alodokter, mendengarkan anak dengan penuh perhatian dapat membantu membangun hubungan emosional yang kuat, membuat anak merasa dihargai, dan mengajarkan cara mengelola emosi dengan sehat.

“Anak yang merasa didengarkan akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih terbuka dan percaya diri,” tulis laman tersebut.

Sebagai orang tua di tahun 2025, tantangannya bukan hanya soal menyediakan kebutuhan materi, tetapi juga menghadirkan diri secara emosional.

Dunia luar kini dengan mudah “mengajari” anak berbagai hal dari nilai, gaya hidup, hingga cara bersikap sering kali tanpa filter. Maka, sebelum dunia yang membentuknya, orang tua perlu lebih dulu menanamkan nilai, empati, dan rasa aman melalui kebiasaan mendengarkan.

Menjadi tempat pulang bagi anak bukan soal punya banyak waktu, tapi tentang kehadiran yang tulus.

Lima belas menit berbicara tanpa gangguan gawai, dengan mata yang saling menatap dan telinga yang benar-benar mendengar, bisa meninggalkan jejak mendalam di hati anak.

Itulah bentuk printing emosional yang akan mereka bawa seumur hidup.

Manfaatnya bukan hanya untuk anak, tapi juga bagi orang tua. Dengan mendengarkan, orang tua bisa lebih cepat memahami perubahan suasana hati, tekanan sosial, dan kebutuhan psikologis anak di era modern.

Hubungan keluarga pun menjadi lebih hangat, dan komunikasi terbuka membantu anak lebih tangguh menghadapi tantangan dunia luar.

Karena pada akhirnya, sebelum dunia yang mengajarkan anak tentang kerasnya hidup, biarlah rumah dan orang tua menjadi tempat pertama yang mengajarkan makna cinta, tenang, dan pengertian. (ana sofiana/red)

Jay Wijayanto

Recent Posts

Kebakaran di Belakang Aspol Pawiyatan Surabaya, 3 Warung dan 13 Motor Terbakar

Tiga stand warung semi permanen di Jalan Pawiyatan, Surabaya tepatnya belakang Aspol, terbakar, Sabtu (13/12)…

20 hours ago

Profesor Tanpa Gelar

DALAM sebuah momen yang berlangsung sederhana namun sarat makna, di ruang yang hangat dan penuh kekeluargaan,…

20 hours ago

Raperda Hunian Layak di Surabaya Masih Banyak Miss Persepsi, Aturan Rumah Kos Jadi Fokus

Raperda tentang hunian yang layak, yang mencakup kebijakan perencanaan, pengelolaan, tata ruang, dan keberlanjutan hunian…

24 hours ago

PWI Pusat Terbitkan Edaran Soal Rangkap Jabatan, Perpanjangan KTA dan Donasi Kemanusiaan Bencana Sumatera

PWI Pusat menerbitkan tiga Surat Edaran (SE) untuk seluruh anggota se-Indonesia, yakni SE tentang Rangkap…

24 hours ago

Copet Beraksi di Stasiun Surabaya Gubeng Lama, KAI Daop 8 Tingkatkan Keamanan Jelang Nataru

Masyarakat dihebohkan dengan video viral aksi pencopetan di Stasiun Surabaya Gubeng Lama, beberapa waktu lalu.…

1 day ago

Tim Gabungan Unair Bantu Operasi Korban Banjir di RSUD Aceh Tamiang, Begini Langkahnya

Tim gabungan Universitas Airlangga (Unair) yang terdiri dari Fakultas Kedokteran, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Keperawatan,…

1 day ago

This website uses cookies.