Ilustrasi crochetting. (Foto: https://lindleygeneral)
METROTODAY, SIDOARJO – Aktivitas sehari-hari yang bergerak cepat dan terkadang penuh tekanan, membuat kita harus menyempatkan diri untuk beristirahat sejenak.
Ada banyak hal seperti hobi yang bisa membuat kita melepas penat sejenak dari kebisingan kegiatan seperti pekerjaan dan sekolah. Salah satunya adalah crocheting.
Kini, aktivitas crochet atau merajut banyak digemari oleh perempuan muda. Aktivitas yang dulunya identik dengan nenek-nenek, kini menjadi simbol kebebasan berekspresi, mindfulness, dan bahkan self-healing bagi banyak perempuan di berbagai usia.
Crochet: Tak Hanya Sekadar Hobi
Crochet, atau dalam bahasa Indonesia disebut juga merenda merupakan teknik kerajinan tangan dengan menggunakan benang dan jarum khusus untuk menciptakan suatu kain berbentuk pola.
Crochet berbeda dengan merajut (knitting) yang menggunakan dua jarum, crochet hanya perlu satu jarum dengan ujung jarum yang melengkung (hook).
Teknik ini sebetulnya sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Di abad ke 19 di Eropa, crochet sudah menjadi aktivitas yang populer di kalangan bangsawan.
Mereka biasa menghias pakaian, taplak meja, hingga dekorasi rumah dan dianggap menjadi simbol kemewahan dan keterampilan pada masa itu.
Namun kini, maknanya lebih dari sekadar membuat kerajinan tangan. Aktivitas ini memberikan ruang bagi perempuan untuk berkreasi, memperlambat ritme atau pace dalam hidup , dan menghadirkan rasa ‘bangga’ atas pencapaian pribadi.
Berbagai Manfaat dari Crochet
Banyak praktisi kesehatan mental menyarankan aktivitas seperti crochet sebagai bentuk terapi tambahan (komplementer), berikut berbagai manfaat dari crochet:
Meski hanya berupa hobi atau identik dengan aktivitas nenek-nenek, crochet seakan telah berevolusi dari sekadar keterampilan rumah tangga menjadi alat self-healing yang kuat.
Kegiatan crocheting tidak hanya soal membuat karya yang cantik dan bisa dipakai. Lebih dari itu, dalam setiap simpul benang yang dibuat, ada kisah tentang seseorang yang berani berhenti sejenak dari hiruk pikuk dunia, ada yang ingin mendengar dirinya sendiri, dan ada juga memulihkan luka dan trauma.
Dalam dunia yang terus bergerak cepat ini, crochet seolah mengajarkan kita bahwa melakukan sesuatu dengan perlahan justru bisa menjadi cara terbaik untuk kembali menyatu dengan diri. (alk)
Tim relawan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang terdiri dari dokter, perawat, psikolog, konselor, dan ahli…
Tiga stand warung semi permanen di Jalan Pawiyatan, Surabaya tepatnya belakang Aspol, terbakar, Sabtu (13/12)…
DALAM sebuah momen yang berlangsung sederhana namun sarat makna, di ruang yang hangat dan penuh kekeluargaan,…
Raperda tentang hunian yang layak, yang mencakup kebijakan perencanaan, pengelolaan, tata ruang, dan keberlanjutan hunian…
PWI Pusat menerbitkan tiga Surat Edaran (SE) untuk seluruh anggota se-Indonesia, yakni SE tentang Rangkap…
Masyarakat dihebohkan dengan video viral aksi pencopetan di Stasiun Surabaya Gubeng Lama, beberapa waktu lalu.…
This website uses cookies.