30 C
Surabaya
16 June 2025, 18:53 PM WIB

Merajut Kepercayaan Diri: Crochet sebagai Bentuk Self-Healing untuk Perempuan

METROTODAY, SIDOARJO – Aktivitas sehari-hari yang bergerak cepat dan terkadang penuh tekanan, membuat kita harus menyempatkan diri untuk beristirahat sejenak.

Ada banyak hal seperti hobi yang bisa membuat kita melepas penat sejenak dari kebisingan kegiatan seperti pekerjaan dan sekolah. Salah satunya adalah crocheting.

Kini, aktivitas crochet atau merajut banyak digemari oleh perempuan muda. Aktivitas yang dulunya identik dengan nenek-nenek, kini menjadi simbol kebebasan berekspresi, mindfulness, dan bahkan self-healing bagi banyak perempuan di berbagai usia.

Crochet: Tak Hanya Sekadar Hobi

Crochet, atau dalam bahasa Indonesia disebut juga merenda merupakan teknik kerajinan tangan dengan menggunakan benang dan jarum khusus untuk menciptakan suatu kain berbentuk pola.

Crochet berbeda dengan merajut (knitting) yang menggunakan dua jarum, crochet hanya perlu satu jarum dengan ujung jarum yang melengkung (hook).

Teknik ini sebetulnya sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Di abad ke 19 di Eropa, crochet sudah menjadi aktivitas yang populer di kalangan bangsawan.

Mereka biasa menghias pakaian, taplak meja, hingga dekorasi rumah dan dianggap menjadi simbol kemewahan dan keterampilan pada masa itu.

Namun kini, maknanya lebih dari sekadar membuat kerajinan tangan. Aktivitas ini memberikan ruang bagi perempuan untuk berkreasi, memperlambat ritme atau pace dalam hidup , dan menghadirkan rasa ‘bangga’ atas pencapaian pribadi.

Berbagai Manfaat dari Crochet

Banyak praktisi kesehatan mental menyarankan aktivitas seperti crochet sebagai bentuk terapi tambahan (komplementer), berikut berbagai manfaat dari crochet:

  • Mengurangi stres dan kecemasan: Gerakan berulang saat merajut memberikan efek menenangkan, serupa dengan meditasi. Ketika melakukan crocheting, hormon dopamin dilepaskan di otak sehingga menjadi antidepresan alami untuk tubuh.
  • Meningkatkan rasa percaya diri: Melihat hasil akhir dari kerajinan crochet, baik itu berupa tas, syal, atau topi, memberikan kepuasan batin dan rasa bangga terhadap diri sendiri.
  • Mengaktifkan fokus dan mindfulness: Crochet mengharuskan kita untuk fokus pada saat pengerjaannya.Hal ini membantu kita menjauhkan pikiran dari kekhawatiran berlebihan.
  • Melatih tangan: Bagi seseorang yang mengalami masalah pada tangan, melakukan crocheting dapat menjadi salah satu bentuk latihan. Gerakannya yang lembut dapat meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan tangan, sehingga menjadi alat rehabilitasi yang sangat baik.
  • Menurunkan resiko penyakit alzheimer: Menurut sebuah penelitian dari Mayo Clinic, yang diterbitkan dalam American Journal of Psychiatry, aktivitas seperti crochet, yang membuat pikiran dan tubuh tetap sibuk adalah salah satu cara terbaik untuk menghindari gangguan kognitif ringan (MCI). Dipercaya bahwa melakukan crocheting dapat menurunkan risiko penyakit Alzheimer hingga sekitar 30-50%.
  • Bertemu Komunitas: Saat ini ada banyak perempuan yang tergabung ke dalam komunitas crochet. Selain untuk berbagi soal hobi, melalui komunitas para perempuan bisa melakukan ‘terapi sosial’ dan mendapatkan relasi yang satu frekuensi.
  • Bernilai Ekonomi: Meski banyak yang bermula dari hobi, melalui crochet ada banyak potensi bisnis di dalamnya. Kita bisa menjual karya hasil crochet atau menjual pola untuk membuat crochet.

Meski hanya berupa hobi atau identik dengan aktivitas nenek-nenek, crochet seakan telah berevolusi dari sekadar keterampilan rumah tangga menjadi alat self-healing yang kuat.

Kegiatan crocheting tidak hanya soal membuat karya yang cantik dan bisa dipakai. Lebih dari itu, dalam setiap simpul benang yang dibuat, ada kisah tentang seseorang yang berani berhenti sejenak dari hiruk pikuk dunia, ada yang ingin mendengar dirinya sendiri, dan ada juga memulihkan luka dan trauma.

Dalam dunia yang terus bergerak cepat ini, crochet seolah mengajarkan kita bahwa melakukan sesuatu dengan perlahan justru bisa menjadi cara terbaik untuk kembali menyatu dengan diri. (alk)

METROTODAY, SIDOARJO – Aktivitas sehari-hari yang bergerak cepat dan terkadang penuh tekanan, membuat kita harus menyempatkan diri untuk beristirahat sejenak.

Ada banyak hal seperti hobi yang bisa membuat kita melepas penat sejenak dari kebisingan kegiatan seperti pekerjaan dan sekolah. Salah satunya adalah crocheting.

Kini, aktivitas crochet atau merajut banyak digemari oleh perempuan muda. Aktivitas yang dulunya identik dengan nenek-nenek, kini menjadi simbol kebebasan berekspresi, mindfulness, dan bahkan self-healing bagi banyak perempuan di berbagai usia.

Crochet: Tak Hanya Sekadar Hobi

Crochet, atau dalam bahasa Indonesia disebut juga merenda merupakan teknik kerajinan tangan dengan menggunakan benang dan jarum khusus untuk menciptakan suatu kain berbentuk pola.

Crochet berbeda dengan merajut (knitting) yang menggunakan dua jarum, crochet hanya perlu satu jarum dengan ujung jarum yang melengkung (hook).

Teknik ini sebetulnya sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Di abad ke 19 di Eropa, crochet sudah menjadi aktivitas yang populer di kalangan bangsawan.

Mereka biasa menghias pakaian, taplak meja, hingga dekorasi rumah dan dianggap menjadi simbol kemewahan dan keterampilan pada masa itu.

Namun kini, maknanya lebih dari sekadar membuat kerajinan tangan. Aktivitas ini memberikan ruang bagi perempuan untuk berkreasi, memperlambat ritme atau pace dalam hidup , dan menghadirkan rasa ‘bangga’ atas pencapaian pribadi.

Berbagai Manfaat dari Crochet

Banyak praktisi kesehatan mental menyarankan aktivitas seperti crochet sebagai bentuk terapi tambahan (komplementer), berikut berbagai manfaat dari crochet:

  • Mengurangi stres dan kecemasan: Gerakan berulang saat merajut memberikan efek menenangkan, serupa dengan meditasi. Ketika melakukan crocheting, hormon dopamin dilepaskan di otak sehingga menjadi antidepresan alami untuk tubuh.
  • Meningkatkan rasa percaya diri: Melihat hasil akhir dari kerajinan crochet, baik itu berupa tas, syal, atau topi, memberikan kepuasan batin dan rasa bangga terhadap diri sendiri.
  • Mengaktifkan fokus dan mindfulness: Crochet mengharuskan kita untuk fokus pada saat pengerjaannya.Hal ini membantu kita menjauhkan pikiran dari kekhawatiran berlebihan.
  • Melatih tangan: Bagi seseorang yang mengalami masalah pada tangan, melakukan crocheting dapat menjadi salah satu bentuk latihan. Gerakannya yang lembut dapat meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan tangan, sehingga menjadi alat rehabilitasi yang sangat baik.
  • Menurunkan resiko penyakit alzheimer: Menurut sebuah penelitian dari Mayo Clinic, yang diterbitkan dalam American Journal of Psychiatry, aktivitas seperti crochet, yang membuat pikiran dan tubuh tetap sibuk adalah salah satu cara terbaik untuk menghindari gangguan kognitif ringan (MCI). Dipercaya bahwa melakukan crocheting dapat menurunkan risiko penyakit Alzheimer hingga sekitar 30-50%.
  • Bertemu Komunitas: Saat ini ada banyak perempuan yang tergabung ke dalam komunitas crochet. Selain untuk berbagi soal hobi, melalui komunitas para perempuan bisa melakukan ‘terapi sosial’ dan mendapatkan relasi yang satu frekuensi.
  • Bernilai Ekonomi: Meski banyak yang bermula dari hobi, melalui crochet ada banyak potensi bisnis di dalamnya. Kita bisa menjual karya hasil crochet atau menjual pola untuk membuat crochet.

Meski hanya berupa hobi atau identik dengan aktivitas nenek-nenek, crochet seakan telah berevolusi dari sekadar keterampilan rumah tangga menjadi alat self-healing yang kuat.

Kegiatan crocheting tidak hanya soal membuat karya yang cantik dan bisa dipakai. Lebih dari itu, dalam setiap simpul benang yang dibuat, ada kisah tentang seseorang yang berani berhenti sejenak dari hiruk pikuk dunia, ada yang ingin mendengar dirinya sendiri, dan ada juga memulihkan luka dan trauma.

Dalam dunia yang terus bergerak cepat ini, crochet seolah mengajarkan kita bahwa melakukan sesuatu dengan perlahan justru bisa menjadi cara terbaik untuk kembali menyatu dengan diri. (alk)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait

/