METROTODAY, SIDOARJO – Fibroadenoma Mammae, atau FAM, adalah jenis tumor jinak yang paling umum tumbuh di payudara, terutama pada wanita muda. Meskipun bukan kanker, keberadaannya bisa menimbulkan kekhawatiran.
Artikel ini menyajikan penjelasan lengkap mulai dari ciri, penyebab, hingga opsi perawatan yang tepat.
Apa Itu Fibroadenoma?
Fibroadenoma terbentuk dari campuran jaringan fibrosa dan kelenjar di payudara. Bentuknya padat, kenyal, dan sering digambarkan seperti “kelereng” yang mudah digerakkan di bawah kulit. Ukurannya bervariasi, biasanya sekitar 1–3 cm, tapi bisa membesar hingga lebih dari 5 cm untuk jenis raksasa.
Siapa yang Berisiko?
Fibroadenoma paling sering ditemukan pada wanita usia 15–35 tahun, dan juga bisa muncul pada remaja serta setelah menopause meskipun jarang. Wanita dengan kulit lebih gelap juga sedikit lebih berisiko.
Faktor hormon, khususnya estrogen, diduga mempengaruhi pertumbuhan benjolan ini, terutama terkait kehamilan, terapi hormonal, atau penggunaan kontrasepsi oral.
Gejala dan Jenis Fibroadenoma
Gejala umum:
• Benjolan padat, berbentuk bulat/oval, perbatasannya jelas, tidak menimbulkan rasa sakit, dan bergerak dengan mudah saat disentuh.
• Ukurannya bisa berubah seiring hormon—meningkat menjelang haid atau kehamilan, dan mengecil setelah menopause.
Jenis-jenis:
1. Sederhana: Paling umum, tidak meningkatkan risiko kanker.
2. Kompleks: Menunjukkan fitur tambahan seperti kista atau kalsifikasi; sedikit meningkatkan risiko kanker.
3. Raksasa: Berukuran lebih dari 5 cm; bisa memencar jaringan sekitarnya.
4. Juvenil: Terjadi pada remaja berusia 10–18 tahun
5. Banyak: Lebih dari satu fibroadenoma hadir di payudara.
Diagnosis
Saat menemukan benjolan baru, segera ke dokter untuk evaluasi. Proses diagnostik biasanya meliputi:
• Pemeriksaan fisik
• Ultrasonografi (USG): Pilihan utama pada usia < 35 tahun.
• Mammogram: Umumnya pada usia ≥ 35–40 tahun.
• Biopsi jarum (core-needle): Dilakukan bila diperlukan untuk memastikan diagnosis.
Untuk penanganan, pendekatannya tergantung ukuran, jenis, dan efeknya pada pasien:
1. Pantau (watch-and-wait)
Banyak FAM kecil tidak membuat resiko signifikan. Pemeriksaan lanjutan rutin, setiap 3–6 bulan (fisik/USG), mammogram setiap 6–12 bulan, umumnya sudah cukup.
2. Operasi bedah (eksisi/lumpektomi)
Dilakukan jika benjolan besar (>2–3 cm), tumbuh cepat, nyeri, atau pasien merasa tidak nyaman.
3. Cryoablation
Teknik minimal-invasif menggunakan suhu beku (~–180 °C) untuk menghancurkan FAM dalam prosedur ambulasi.
4. Ablasi frekuensi radio (RFA)
Menggunakan energi frekuensi tinggi untuk menghancurkan jaringan tanpa bedah terbuka.
5. Vacuum-assisted excision
Menghilangkan FAM melalui jarum khusus seperti vacuum biopsy; sayatan kecil dan cepat pulih.
6. Metode lainnya
Laser ablation dan high-intensity focused ultrasound juga tersedia sebagai alternative minimal invasive.
Risiko dan Prognosis:
Fibroadenoma jenis sederhana tidak meningkatkan risiko kanker payudara. Sedangkan, yang kompleks sedikit meningkatkan risiko, tetapi tetap rendah. Relaps bisa terjadi, benjolan baru bisa muncul meski yang lama sudah diangkat.
FAM tidak dapat sepenuhnya dicegah. Namun, menjalani gaya hidup sehat (diet seimbang, olahraga, menghindari rokok/alkohol), serta rutin melakukan SADARI atau pemeriksaan klinis, dapat membantu deteksi dini dan pengelolaan yang lebih baik.
Fibroadenoma Mammae adalah benjolan jinak pada payudara yang umum terjadi pada wanita muda. Diagnosis via USG/mammogram dan biopsi sangat penting untuk memastikan jenis dan menghindari kanker.
Banyak kasus hanya perlu observasi, namun untuk FAM yang membesar, menimbulkan gejala, atau menimbulkan kekhawatiran psikologis, pilihan perawatan seperti operasi, cryoablation, atau teknik minimal invasif dapat menjadi solusi efektif. (alk)