METROTODAY, SURABAYA – Narcissistic Personality Disorder (NPD) atau Gangguan Kepribadian Narsistik adalah salah satu jenis gangguan kepribadian yang sering disalahartikan sebagai sekadar sikap egois atau sombong.
Padahal, NPD merupakan kondisi psikologis serius yang memengaruhi cara seseorang berpikir, merasa, dan berinteraksi dengan orang lain.
Apa Itu NPD?
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi ke-5 (DSM-5) yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA), NPD ditandai oleh pola pikir grandiositas (perasaan superioritas yang berlebihan), kebutuhan akan kekaguman yang konstan, dan kurangnya empati terhadap orang lain.
Individu dengan NPD sering kali percaya bahwa mereka lebih istimewa daripada orang lain dan berhak mendapatkan perlakuan khusus.
Mereka cenderung menganggap dirinya lebih penting, memanipulasi orang lain untuk keuntungan pribadi, serta kesulitan menerima kritik. Ironisnya, di balik topeng kepercayaan diri tersebut, individu dengan NPD sering menyimpan kerentanan terhadap rasa malu, rendah diri, dan rasa tidak aman yang mendalam.
“Narsisme bukan hanya soal mencintai diri sendiri, tetapi lebih kepada kebutuhan akan validasi yang tidak pernah terpenuhi,” ujar Dr. Ramani Durvasula, seorang psikolog klinis dalam bukunya Should I Stay or Should I Go? (2015).
Gejala dan Karakteristik NPD
Ada beberapa gejala umum pada NPD meliputi:
- Rasa percaya diri yang berlebihan, bahkan tanpa bukti yang mendukung.
- Fantasi tentang kesuksesan, kekuasaan, kecantikan, atau cinta ideal yang berlebihan.
- Merasa dirinya istimewa dan hanya bisa dimengerti oleh orang-orang “setara”.
- Eksploitasi terhadap orang lain demi keuntungan pribadi.
- Kurangnya empati dan ketidakmampuan memahami perasaan orang lain.
- Iri hati terhadap orang lain, atau meyakini bahwa orang lain iri padanya.
- Sikap arogan dan merendahkan orang lain.
Gejala-gejala tersebut biasanya mulai muncul pada masa dewasa awal dan akan memengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk pekerjaan, hubungan sosial, dan keluarga.
Beberapa Penyebab NPD
Penyebab pasti NPD belum diketahui secara pasti, namun para ahli percaya bahwa kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, dan neurobiologis memainkan peran penting. Pengalaman masa kecil, seperti pengasuhan yang terlalu memanjakan atau justru terlalu keras, dapat membentuk kepribadian narsistik pada seseorang.
Studi yang dilakukan oleh Ronningstam (2005) menunjukkan bahwa banyak individu dengan NPD pernah mengalami trauma emosional atau pengabaian dalam masa kecil, yang kemudian menumbuhkan kebutuhan kompulsif untuk merasa “lebih baik dari orang lain” sebagai bentuk perlindungan diri.
Dampak NPD dalam Kehidupan
NPD dapat merusak hubungan interpersonal karena individu dengan gangguan ini cenderung sulit mempertahankan relasi yang sehat. Mereka bisa sangat menuntut, manipulatif, dan seringkali tidak mampu mengakui kesalahan mereka sendiri.
Di tempat kerja, mereka mungkin terlihat karismatik pada awalnya, namun kesulitan dalam bekerja sama dalam tim atau menerima feedback dari orang lain.
Lebih jauh lagi, orang dengan NPD rentan terhadap gangguan lain seperti depresi, kecemasan, penyalahgunaan zat, dan bahkan pikiran bunuh diri, terutama ketika harga diri mereka yang rapuh terguncang.
Apakah NPD Bisa Disembuhkan?
Tidak ada “obat” untuk NPD, namun terapi dapat membantu individu memahami dan mengelola perilaku serta emosinya. Psychodynamic therapy dan cognitive behavioral therapy (CBT) adalah dua pendekatan yang paling umum digunakan.
Terapi biasanya berfokus pada membangun rasa empati, mengembangkan hubungan yang sehat, serta mengurangi pola pikir grandiositas. Seperti terapi wicara, mengubah gaya hidup, dan mencoba terapi obat-obatan.
Namun, salah satu tantangan terbesar dalam mengobati NPD adalah minimnya kesadaran penderita terhadap gangguan yang mereka alami.
Narcissistic Personality Disorder adalah gangguan kepribadian yang kompleks dan sering disalahpahami. Meskipun mereka terlihat percaya diri dan dominan, di balik itu terdapat rasa takut akan ketidakberhargaan dan kebutuhan untuk terus divalidasi.
Pemahaman yang lebih dalam tentang NPD tidak hanya membantu kita mengenali gejalanya, tetapi juga membangun empati terhadap penderita, sekaligus menjaga batasan yang sehat dalam hubungan.
Dengan dukungan profesional dan kesadaran diri, individu dengan NPD tetap memiliki peluang untuk hidup lebih seimbang dan sehat secara emosional. (alk)