Pasca Temuan 15 Siswa SMP ‘Ngobat’ di Jalan Kunti
METROTODAY, SURABAYA – Komisi D DPRD Kota Surabaya menggelar rapat koordinasi terkait perlindungan anak dan keluarga dari bahaya narkoba. Rapat ini dipicu oleh temuan 15 siswa SMP di kawasan Jalan Kunti yang terindikasi narkoba.
Ketua Komisi D DPRD Kota Surabaya, Akmarawita Kadir, mengatakan rapat koordinasi ini bertujuan untuk penguatan Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN) terhadap siswa SMP yang terindikasi narkoba.
“Jadi kita lakukan koordinasi penguatan untuk tim P4GN Kota Surabaya,” kata Akmarawita, Rabu (26/11).
Menurut legislator dari Partai Golkar ini, rapat koordinasi ini penting untuk pencegahan dan penanganan agar tidak ada lagi siswa yang terindikasi narkoba.
Ia menambahkan, jika dilakukan skrining di seluruh SD dan SMP, kemungkinan jumlah siswa yang terindikasi bisa bertambah.
“Dan kebetulan ketua harian P4GN Kota Surabaya itu Bakesbangpol,” ungkapnya.
Untuk itu, ia meminta Bakesbangpol dan BNN Kota Surabaya untuk membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam pencegahan dan penanganan narkoba, khususnya bagi anak-anak dan keluarga di Kota Surabaya.
Terkait sosialisasi P4GN, ia menilai sudah cukup masif, namun hanya didengarkan dan tidak bisa menjamin efektivitasnya. Oleh karena itu, perlu ada tindakan nyata.
“Tadi masukan dari Bakesbangpol, sosialisasi dengan kegiatan seperti seni budaya dan lain sebagainya itu perlu dimasukkan,”tuturnya.
Ia menambahkan, sosialisasi P4GN tidak hanya melalui pendidikan yang dirasa kurang mengena, tetapi perlu ada kreativitas dan program-program yang nyata, termasuk skrining rutin yang dilakukan secara acak baik di wilayah status merah, kuning, maupun hijau.
Sementara itu, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kota Surabaya, Tunjung Iswandar, menyampaikan bahwa selama ini Bakesbangpol Kota Surabaya bekerja sama dengan BNNK Surabaya.
“Mohon maaf kegiatannya masih kurang masif,” ujar Tunjung.
Menurutnya, hal ini disebabkan oleh kendala anggaran yang terbatas. Namun, pihaknya tetap melakukan sosialisasi melalui kampung Pancasila.
“Meskipun belum semuanya, tetapi kami berusaha sekuat tenaga penyuluhan setiap hari bersama BNN Kota Surabaya,” ungkap Tunjung.
Meski demikian, pihaknya berkoordinasi dengan Kombes Pol. Heru Prasetyo, Kepala BNN Kota Surabaya, dalam menyikapi kejadian akhir-akhir ini.
“Terutama yang bapak sampaikan tadi (siswa SMP), memang harus ada penanganan yang tepat dan yang ditangani apanya dulu,” ujarnya.
BNN Kota Surabaya yang membidangi hal ini, menurutnya, akan memberikan masukan metode seperti apa dan sasaran ke mana dahulu sehingga harapannya tidak hanya sosialisasi.
“Kalau hanya sosialisasi saja, saya rasa tidak didengar juga, nanti habis direhab 3 bulan, datang lagi dengan kondisi yang sama,” ungkap Tunjung.
Menurutnya, sosialisasi melalui local wisdom seperti mengadakan wayang kulit dan mengundang tokoh agama untuk menyampaikan pesan-pesan kepada generasi muda bisa lebih mengena.
Dalam peredaran narkoba, ia mengaku melihat bukan suatu hal yang kecil hingga menggunakan uang yang dirasa cukup banyak.
“Bahkan miris lagi, eceran pun dijual, boleh utang bahkan gratis, akhirnya banyak yang melakukan tindak pidana,” beber Tunjung.
Sementara itu, Kepala BNN Kota Surabaya, Kombes Pol. Heru Prasetyo, menambahkan bahwa pihaknya dalam rapat menekankan bahwa basic utama pencegahan dan peredaran gelap narkotika adalah keluarga.
“Dan juga kami sampaikan dalam forum rapat ini bahwa kami BNN punya program aksi nasional dimulai dari anak yang disingkat Ananda, anak dan keluarga itu bukti basic utama dalam pencegahan dan peredaran narkotika,” kata Kombespol Heru Prasetyo.
Menanggapi 15 siswa SMP positif narkoba usai menjalani tes urine secara acak yang dilakukan oleh BNNP Jawa Timur, ia menyatakan tidak membantah, namun pihaknya ingin meluruskan bahwa kegiatan hari Jumat, 7 November lalu, bukan pemeriksaan atau tes urine, melainkan skrining.
“Jika berbicara skrining, menurut ia parameternya bukan positif atau negatif karena itu mendasari pengakuan. Dan yang di-skrining bukan narkotika saja, tetapi perilaku merokok, penggunaan alkohol dan zat, dan zat itu banyak, ada pil koplo, ada lem, itu zat adiktif,” terangnya.
Ia kembali meluruskan bahwa pada hari Jumat, 7 November lalu, adalah kegiatan skrining, bukan pemeriksaan urine. “Jadi rujukannya adalah bukan positif atau negatif,” pungkasnya. (ahm)

