14 December 2025, 5:29 AM WIB

Peluncuran COMMITS: Kompas Baru Transformasi Perguruan Tinggi

METROTODAY, SURABAYA – Delapan dekade perjalanan pendidikan tinggi di Indonesia menunjukkan banyak capaian. Antara lain publikasi ilmiah meningkat, jejaring global menguat, dan peringkat dunia yang terus membaik.

Namun pertanyaan lanjutan semakin penting. Apa yang telah diubah dan siapa yang merasakan manfaatnya? Apakah inovasi kampus berdampak pada UMKM, masyarakat sekitar, atau penyelesaian persoalan bangsa?

Pertanyaan-pertanyaan itu yang akhirnya melatari kelahiran Commitment to Impactful Transformation in Society (COMMITS). Sebuah kerangka penilaian baru yang menempatkan dampak sosial sebagai inti peran perguruan tinggi.

“Jika indikator kinerja seperti publikasi, akreditasi, atau IKU ibarat speedometer yang menunjukkan kecepatan, maka COMMITS berfungsi sebagai kompas yang memastikan perguruan tinggi bergerak ke arah yang tepat,” kata Prof. Moh. Nuh DEA dari tim COMMITS MWA-ITS, dalam rilisnya yang diterima, Rabu (19/11).

Lebih lanjut Nuh yang mantan Mendiknas ini mengatakan bahwa COMMITS menetapkan lima klaster dampak, yaitu:

  1. Penguatan ekonomi yang meliputi sosial komunitas sekitar.
  2. Akses dan mobilitas sosial.
  3. Pemanfaatan inovasi untuk pemecahan masalah.
  4. Kontribusi terhadap keberlanjutan lingkungan.
  5. Keterlibatan kampus dalam bencana dan krisis nasional.

Kerangka ini juga menilai kesiapan institusional yang meliputi kepemimpinan, tata kelola, alokasi sumber daya, kolaborasi lintas pemangku kepentingan, hingga kesiapan digital, karena dampak besar hanya lahir dari institusi yang kuat.

Lebih dari sekadar instrumen evaluasi, COMMITS ialah ajakan moral untuk kembali ke hakikat Tri Dharma Pendidikan Tinggi. Yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

“Kampus tidak cukup menjadi menara gading, tetapi harus menjadi menara cahaya. Keberhasilan perguruan tinggi diukur bukan hanya dari jumlah lulusan, tetapi dari kehidupan yang berubah menjadi lebih baik,” tutur Nuh.

Peluncuran COMMITS dalam Konferensi Puncak Pendidikan Tinggi Indonesia (KPPTI) 2025 menegaskan bahwa transformasi pendidikan tinggi adalah kerja bersama.

Inisiatif ini menjadi milik seluruh ekosistem yakni PTN, PTS, pakar, industri, pemerintah, asosiasi profesi, hingga alumni, untuk membangun standar baru yang relevan dengan kebutuhan zaman.

Menjelang Indonesia Emas 2045, bangsa membutuhkan perguruan tinggi yang unggul tidak hanya dalam angka, tetapi dalam manfaat nyata. Perguruan tinggi yang kehadirannya dirasakan masyarakat, yang menjembatani harapan dan kenyataan.

“COMMITS adalah langkah menuju masa depan itu. Langkah yang memadukan ketepatan teknokrasi dengan nilai kemanusiaan. Langkah yang lahir dari keyakinan bahwa ilmu pengetahuan harus menjadi cahaya bagi kehidupan.”

Tim COMMITS MWA–ITS:

1. Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, DEA.

2. Prof. Dr. Ir. Tri Yogi Yuwono, DEA, IPU, AEng.

3. Dr. Dra. Agnes Tuti Rumiati, M.Sc.

4. Dr. Ir. Lily Pudjiastuti, M.Sc.

5. Prof. Ir. Maria Anityasari, S.T., ME, Ph.D., IPU, ASEAN Eng.

6. Prof. Lalu Muhamad Jaelani, ST, M.Sc., Ph.D.

7. Yudha Andrian Saputra, ST, MBA. (red)

METROTODAY, SURABAYA – Delapan dekade perjalanan pendidikan tinggi di Indonesia menunjukkan banyak capaian. Antara lain publikasi ilmiah meningkat, jejaring global menguat, dan peringkat dunia yang terus membaik.

Namun pertanyaan lanjutan semakin penting. Apa yang telah diubah dan siapa yang merasakan manfaatnya? Apakah inovasi kampus berdampak pada UMKM, masyarakat sekitar, atau penyelesaian persoalan bangsa?

Pertanyaan-pertanyaan itu yang akhirnya melatari kelahiran Commitment to Impactful Transformation in Society (COMMITS). Sebuah kerangka penilaian baru yang menempatkan dampak sosial sebagai inti peran perguruan tinggi.

“Jika indikator kinerja seperti publikasi, akreditasi, atau IKU ibarat speedometer yang menunjukkan kecepatan, maka COMMITS berfungsi sebagai kompas yang memastikan perguruan tinggi bergerak ke arah yang tepat,” kata Prof. Moh. Nuh DEA dari tim COMMITS MWA-ITS, dalam rilisnya yang diterima, Rabu (19/11).

Lebih lanjut Nuh yang mantan Mendiknas ini mengatakan bahwa COMMITS menetapkan lima klaster dampak, yaitu:

  1. Penguatan ekonomi yang meliputi sosial komunitas sekitar.
  2. Akses dan mobilitas sosial.
  3. Pemanfaatan inovasi untuk pemecahan masalah.
  4. Kontribusi terhadap keberlanjutan lingkungan.
  5. Keterlibatan kampus dalam bencana dan krisis nasional.

Kerangka ini juga menilai kesiapan institusional yang meliputi kepemimpinan, tata kelola, alokasi sumber daya, kolaborasi lintas pemangku kepentingan, hingga kesiapan digital, karena dampak besar hanya lahir dari institusi yang kuat.

Lebih dari sekadar instrumen evaluasi, COMMITS ialah ajakan moral untuk kembali ke hakikat Tri Dharma Pendidikan Tinggi. Yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

“Kampus tidak cukup menjadi menara gading, tetapi harus menjadi menara cahaya. Keberhasilan perguruan tinggi diukur bukan hanya dari jumlah lulusan, tetapi dari kehidupan yang berubah menjadi lebih baik,” tutur Nuh.

Peluncuran COMMITS dalam Konferensi Puncak Pendidikan Tinggi Indonesia (KPPTI) 2025 menegaskan bahwa transformasi pendidikan tinggi adalah kerja bersama.

Inisiatif ini menjadi milik seluruh ekosistem yakni PTN, PTS, pakar, industri, pemerintah, asosiasi profesi, hingga alumni, untuk membangun standar baru yang relevan dengan kebutuhan zaman.

Menjelang Indonesia Emas 2045, bangsa membutuhkan perguruan tinggi yang unggul tidak hanya dalam angka, tetapi dalam manfaat nyata. Perguruan tinggi yang kehadirannya dirasakan masyarakat, yang menjembatani harapan dan kenyataan.

“COMMITS adalah langkah menuju masa depan itu. Langkah yang memadukan ketepatan teknokrasi dengan nilai kemanusiaan. Langkah yang lahir dari keyakinan bahwa ilmu pengetahuan harus menjadi cahaya bagi kehidupan.”

Tim COMMITS MWA–ITS:

1. Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, DEA.

2. Prof. Dr. Ir. Tri Yogi Yuwono, DEA, IPU, AEng.

3. Dr. Dra. Agnes Tuti Rumiati, M.Sc.

4. Dr. Ir. Lily Pudjiastuti, M.Sc.

5. Prof. Ir. Maria Anityasari, S.T., ME, Ph.D., IPU, ASEAN Eng.

6. Prof. Lalu Muhamad Jaelani, ST, M.Sc., Ph.D.

7. Yudha Andrian Saputra, ST, MBA. (red)

Artikel Terkait

Pilihan Editor

Pilihan Editor

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait