14 December 2025, 8:52 AM WIB

Surabaya Siagakan Satgas 24 Jam untuk Atasi Sampah Penyebab Banjir, Begini Langkahnya! 

METROTODAY, SURABAYA – Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Surabaya menyiagakan Satuan Tugas (Satgas) dan petugas di rumah pompa selama 24 jam nonstop untuk mengantisipasi genangan akibat sampah yang menyumbat aliran air.

Langkah ini diambil sebagai respons terhadap masalah utama dalam penanganan banjir di Kota Surabaya.

Kepala Dinas DSDABM Kota Surabaya, Syamsul Hariadi, menilai masalah sampah dalam penanganan banjir adalah masalah serius, terutama di beberapa titik krusial.

“Paling banyak itu, sampah di saluran Greges itu yang mau masuk ke bozem Morokrembangan. Itu banyak sampahnya di sana,” ujar Syamsul.

Petugas DSDABM saat mengeruk sampah di selokan. Selama musim hujan petugas disiagakan 24 jam untuk mengatasi sampah di saluran. (Foto: Istimewa)

Menurutnya, jenis sampah yang ditemukan sangat beragam, termasuk benda-benda besar yang dibuang ke saluran air. Hal ini menyebabkan penyumbatan yang mengakibatkan genangan saat hujan.

“Sampahnya variatif. Mulai helm, sofa, kasur, macam-macam pokoknya. Kalau ingin cari macam-macam sampah ada disana,” tuturnya.

Untuk memastikan kinerja rumah pompa maksimal, DSDABM menyiagakan penuh petugas pompa dan petugas penyaring sampah atau ‘penyarang sampah’. Petugas pompa siaga 24 jam dengan sistem tiga shift, setiap shift bertugas selama delapan jam.

“Kalau untuk petugas penyarang sampah bertugas menyisir saluran air saat tidak hujan. Namun, ketika hujan turun, mereka langsung fokus bekerja di screen (saringan) rumah pompa untuk membersihkan sampah,” terangnya.

Syamsul mengungkapkan bahwa menyaring sampah adalah pekerjaan berat. Ia bahkan pernah melakukannya sendiri dan merasakan pegal di tangan.

“Saya pernah mencoba. Sebentar saja sudah kemeng (pegal) tangan saya. Jadi pekerjaan itu berat karena sampahnya sudah bercampur dengan air,” ujarnya

Ia menambahkan, petugas akan meminta bantuan dari posko jika curah hujan tinggi dan sampah menumpuk.

Penanganan banjir di Surabaya terus dimaksimalkan dengan 76 rumah pompa, yang akan ditambah lima unit lagi pada tahun 2025 sehingga total menjadi 81 rumah pompa.

“Jumlah petugas di setiap rumah pompa bervariasi antara 4 hingga 8 orang, tergantung pada karakteristik dan ukuran pompa,” imbuhnya.

Syamsul menerangkan, rumah pompa besar seperti di Greges dan Kalisari memiliki hingga 8 petugas penyaring sampah karena memiliki pompa hingga tujuh unit dengan kapasitas besar.

Ia mencontohkan, jika satu pompa berkapasitas tiga meter kubik per detik, maka tujuh pompa mampu menyedot 21 meter kubik per detik.

“Dengan penanganan yang maksimal ini, kami juga meminta kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan ke saluran air,” pungkasnya. (ahm)

METROTODAY, SURABAYA – Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Surabaya menyiagakan Satuan Tugas (Satgas) dan petugas di rumah pompa selama 24 jam nonstop untuk mengantisipasi genangan akibat sampah yang menyumbat aliran air.

Langkah ini diambil sebagai respons terhadap masalah utama dalam penanganan banjir di Kota Surabaya.

Kepala Dinas DSDABM Kota Surabaya, Syamsul Hariadi, menilai masalah sampah dalam penanganan banjir adalah masalah serius, terutama di beberapa titik krusial.

“Paling banyak itu, sampah di saluran Greges itu yang mau masuk ke bozem Morokrembangan. Itu banyak sampahnya di sana,” ujar Syamsul.

Petugas DSDABM saat mengeruk sampah di selokan. Selama musim hujan petugas disiagakan 24 jam untuk mengatasi sampah di saluran. (Foto: Istimewa)

Menurutnya, jenis sampah yang ditemukan sangat beragam, termasuk benda-benda besar yang dibuang ke saluran air. Hal ini menyebabkan penyumbatan yang mengakibatkan genangan saat hujan.

“Sampahnya variatif. Mulai helm, sofa, kasur, macam-macam pokoknya. Kalau ingin cari macam-macam sampah ada disana,” tuturnya.

Untuk memastikan kinerja rumah pompa maksimal, DSDABM menyiagakan penuh petugas pompa dan petugas penyaring sampah atau ‘penyarang sampah’. Petugas pompa siaga 24 jam dengan sistem tiga shift, setiap shift bertugas selama delapan jam.

“Kalau untuk petugas penyarang sampah bertugas menyisir saluran air saat tidak hujan. Namun, ketika hujan turun, mereka langsung fokus bekerja di screen (saringan) rumah pompa untuk membersihkan sampah,” terangnya.

Syamsul mengungkapkan bahwa menyaring sampah adalah pekerjaan berat. Ia bahkan pernah melakukannya sendiri dan merasakan pegal di tangan.

“Saya pernah mencoba. Sebentar saja sudah kemeng (pegal) tangan saya. Jadi pekerjaan itu berat karena sampahnya sudah bercampur dengan air,” ujarnya

Ia menambahkan, petugas akan meminta bantuan dari posko jika curah hujan tinggi dan sampah menumpuk.

Penanganan banjir di Surabaya terus dimaksimalkan dengan 76 rumah pompa, yang akan ditambah lima unit lagi pada tahun 2025 sehingga total menjadi 81 rumah pompa.

“Jumlah petugas di setiap rumah pompa bervariasi antara 4 hingga 8 orang, tergantung pada karakteristik dan ukuran pompa,” imbuhnya.

Syamsul menerangkan, rumah pompa besar seperti di Greges dan Kalisari memiliki hingga 8 petugas penyaring sampah karena memiliki pompa hingga tujuh unit dengan kapasitas besar.

Ia mencontohkan, jika satu pompa berkapasitas tiga meter kubik per detik, maka tujuh pompa mampu menyedot 21 meter kubik per detik.

“Dengan penanganan yang maksimal ini, kami juga meminta kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan ke saluran air,” pungkasnya. (ahm)

Artikel Terkait

Pilihan Editor

Pilihan Editor

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait