METROTODAY, SURABAYA – Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menggelar kegiatan Art Therapy di halaman rektorat kampus 2 Lidah Wetan, Surabaya.
Kegiatan ini merupakan bagian dari peringatan World Mental Health Day 2025, yang melibatkan anak-anak berkebutuhan khusus dan non-berkebutuhan khusus dalam kegiatan melukis dan bermain permainan tradisional.
Dekan Fakultas Psikologi Unesa, Diana Rahmasari, menjelaskan bahwa kegiatan ini tidak hanya mencakup Art Therapy, tetapi juga linedance, permainan tradisional untuk komunitas inklusi, serta pengenalan Pusat Studi Tumbuh Kembang Anak (PSTKA) Fakultas Psikologi Unesa.
“Kegiatan ini menjadi wadah bagi sivitas akademika dan masyarakat untuk merayakan pentingnya kesehatan mental melalui kegiatan kreatif dan inklusif,” ujarnya.
Diana menambahkan, Unesa berkomitmen untuk terus mengadakan kegiatan serupa sebagai agenda berkelanjutan.

“Upaya peningkatan kualitas tidak hanya diukur dari publikasi ilmiah, tetapi juga dari kontribusi nyata terhadap masyarakat. Kegiatan seperti Art Therapy ini menjadi bukti bahwa Unesa tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga berperan dalam memperkuat ketahanan sosial dan kesehatan mental bangsa,” terangnya.
Wakil Rektor 3 Unesa, Bambang Sigit Widodo, menuturkan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari upaya universitas untuk memperkuat reputasi akademik sekaligus memberikan kontribusi sosial.
“Seluruh kegiatan, baik penelitian, pengabdian, maupun aktivitas akademik, kami arahkan untuk mendukung peningkatan kualitas institusi dan kesejahteraan masyarakat,” ungkapnya.
Bambang juga menekankan pentingnya kegiatan yang melibatkan anak-anak dari komunitas inklusi.
“Psikologi memiliki peran penting dalam membangun well-being masyarakat. Melalui kegiatan seperti ini, kami ingin memberikan ruang bagi setiap individu untuk tumbuh dan berekspresi,” tegasnya.
Unesa juga menjadikan kegiatan ini sebagai bagian dari upaya mencapai target pemeringkatan global.
Saat ini, Unesa berada pada posisi 601+ dalam daftar Times Higher Education (THE) dan menargetkan masuk ke peringkat 401 dunia pada 2026 mendatang.
Sementara itu, Khusnainin, guru pendamping khusus siswa inklusi dari SDN Sambikerep 1 Surabaya, mendampingi 11 siswa inklusi dalam kegiatan ini.
“Ini ada yang menggambarkan roket sebagai imajinasi dan cita-cita mereka juga,” ujarnya.
Khusnainin juga menambahkan bahwa ia mendampingi 50 siswa inklusi di antara 620 siswa SDN Sambikerep 1 Surabaya.
“Kami juga ajarkan siswa inklusi ini dengan entrepreneur. Bahkan, beberapa prestasi diraih dari siswa inklusi ini mulai dari bidang seni maupun olahraga. Kami terus gali prestasi masing-masing siswa inklusi ini,” pungkasnya. (ahm)

