METROTODAY, SURABAYA – Dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda dan memeriahkan Bulan Batik, mahasiswa Petra Christian University (PCU) menggelar acara bertajuk “Sumpah Pemuda: Refleksi Cinta Tanah Air Melalui Batik AI Future Code” di Perpustakaan PCU, Selasa (28/10).
Acara ini memadukan semangat nasionalisme dengan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk menciptakan motif batik kontemporer yang inovatif.
Acara ini juga dimeriahkan dengan pameran memetik pucuk batik yang telah berlangsung sejak awal Oktober. Dosen desain komunikasi visual (DKV) PCU, Dr. Aniendya Christianna, mengajak generasi Z untuk menunjukkan aksi nyata dalam mencintai tanah air melalui teknologi.
“Pameran ini merupakan wujud nyata Tri Dharma Perguruan Tinggi melalui penelitian, pengabdian, dan pengajaran ilmu pengetahuan oleh dosen dan mahasiswa lintas disiplin di PCU,” ujarnya.
Mahasiswa berkesempatan menciptakan motif batik kontemporer dengan memanfaatkan AI. Mereka menggunakan template prompt yang disediakan untuk menangkap inspirasi dari kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan Sumpah Pemuda, seperti motif Pancasila, Bendera Merah Putih, hingga pahlawan nasional seperti W.R Supratman.
“Semoga dengan adanya kegiatan ini, generasi penerus tetap bisa mengenang jasa pahlawan sekaligus menghargai budaya dengan cara yang kreatif, imajinatif, dan menyenangkan. Menciptakan motif batik yang belum pernah ada sebelumnya, sesuai dengan kepribadian masing-masing,” kata Aniendya.
Pameran “Memetik Pucuk Batik” juga memamerkan kain-kain batik yang bercerita tentang hasil riset dua wajah batik yang berbeda namun saling melengkapi, yaitu Batik Dolly dan Batik Belanda.
“Batik Dolly menampilkan dominasi warna ungu berani dan motif urban yang ekspresif, sementara Batik Belanda menampilkan motif flora dan fauna serta figur-figur unik seperti tentara, kapal perang, hingga adaptasi dongeng Eropa,” jelasnya.
Kegiatan ini mengajak seluruh masyarakat untuk merayakan semangat Sumpah Pemuda dengan bangga mengenakan kreasi kain batik, sebagai wujud nyata persatuan budaya bangsa Indonesia.
Sementara itu, Kepala Perpustakaan PCU, Dian Wulandari, menjelaskan bahwa kegiatan batik AI future code menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan. Ia menyebut generasi muda menggunakan AI dalam menciptakan motif yang relevan.
“Ini selaras dengan filosofi pameran memetik pucuk batik yang melambangkan tindakan generasi muda dalam memanen warisan nenek moyang dan menumbuhkan tunas inovasi baru, termasuk di ranah digital, agar batik kita abadi dan relevan di masa depan,” ujarnya. (ahm)

