METROTODAY, SURABAYA – Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Timur bersama Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur mempersiapkan proses identifikasi korban pasca-kejadian tragis di sebuah pondok pesantren.
Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim telah ditetapkan sebagai lokasi utama untuk proses identifikasi post-mortem.
Kepala Dinas Kesehatan Jatim, Prof. Dr. dr. Erwin Astha Triyono, Sp.PD-KPTI., FINASIM., MARS., menegaskan komitmen pihaknya untuk menyediakan fasilitas terbaik.
“Kami berusaha menyiapkan tempat terbaik untuk identifikasi. Rumah Sakit Bhayangkara adalah yang paling siap, dengan harapan proses identifikasi berjalan lancar, keluarga korban merasa nyaman, dan situasi tetap kondusif,” ujar, dr. Erwin, Jumat (3/10).
Sebanyak 150 tenaga kesehatan disiagakan untuk membantu kelancaran proses identifikasi, dengan perkiraan puncak Sabtu atau Minggu, menyesuaikan progres evakuasi dari lokasi kejadian. Proses evakuasi saat ini masih difokuskan pada area bangunan beton yang memerlukan penanganan khusus.

Sementara itu, Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Kabiddokkes) Polda Jatim, Kombes Pol M. Kusnan Marzuki, menjelaskan bahwa kepolisian telah menyiapkan fasilitas khusus, termasuk kontainer freezer berkapasitas lebih dari 100 jenazah.
Fasilitas ini disiapkan untuk mengantisipasi kondisi jenazah yang mungkin mengalami pembusukan akibat faktor waktu.
“Kami fokuskan di sini karena sudah lebih dari tiga hari. Kontainer freezer ini penting untuk menjaga kondisi jenazah,” jelas Kombes Kusnan.
Selain itu, tim forensik yang terdiri dari berbagai ahli juga disiagakan di lokasi. Kabiddokkes menambahkan, untuk setiap tim identifikasi, disiapkan minimal empat personel.
Langkah ini diambil untuk mencegah kelelahan mengingat intensitas pekerjaan yang mungkin tinggi. “Begitu ditemukan, jenazah akan langsung dibawa ke sini,” imbuhnya.
Terkait data korban, Kombes Kusnan menyebutkan bahwa data awal menunjukkan perkiraan sekitar 58 korban dari pondok pesantren.
Namun, angka ini bersifat dinamis dan dapat berubah sesuai perkembangan di lapangan. Hingga saat ini, tim telah menerima data dari 56 keluarga yang merasa kehilangan anggota keluarganya.
Polda Jatim mengimbau kepada keluarga yang merasa kehilangan anggota keluarganya untuk segera memberikan data-data yang relevan, seperti data gigi, ijazah, atau sidik jari, guna mempercepat proses identifikasi.
Data primer seperti sidik jari sangat membantu dalam proses identifikasi. Jika tidak ada, data sekunder seperti foto atau tanda lahir juga dapat digunakan.
Mengenai gempa yang terjadi di Sumenep, Kusnan yang saat itu berada di lokasi bersama pejabat lain merasakan guncangan tersebut. Namun, ia tidak mendengar adanya informasi terkait dampak gempa terhadap proses identifikasi.
Terkait lama waktu identifikasi, lanjut Kusnan menjelaskan bahwa hal itu sangat tergantung pada ketersediaan data pembanding. Jika data primer tersedia, proses identifikasi dapat berjalan lebih cepat.
Namun, jika tidak ada data sama sekali, proses identifikasi dapat memakan waktu lebih lama karena harus melalui proses pengumpulan data dan pencocokan yang lebih detail.
Kombes Kusnan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban dan berharap agar proses identifikasi dapat berjalan dengan baik. Ia juga mengimbau masyarakat untuk memberikan dukungan dan doa agar keluarga korban diberikan ketabahan dalam menghadapi musibah ini. (ahm)

