METROTODAY, SURABAYA – Aksi demonstrasi lanjutan digelar di depan Gedung Negara Grahadi pada Sabtu (30/8) malam, sebagai buntut dari kericuhan dan penangkapan sejumlah demonstran pada Jumat (29/8).
Aksi ini bertujuan untuk menuntut pembebasan rekan-rekan mereka yang masih ditahan.
Aksi solidaritas ini terkait dengan meninggalnya Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek online (ojol) yang terlindas mobil rantis Brimob di Jakarta.
Ratusan massa aksi berpakaian serba hitam bertahan di depan Grahadi, yang dijaga ketat oleh petugas gabungan TNI dan Polri.
Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Rudy Saladin menemui langsung massa aksi. Ia bahkan duduk bersama massa di tengah jalan dan berdialog untuk mencari solusi.
Sementara itu Sekretaris Jenderal (Sekjen) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ITS, Marcel Pasaribu, mengungkapkan bahwa sekitar 40 orang ditangkap oleh pihak Polrestabes Surabaya dalam aksi sebelumnya. Sebagian besar dari mereka adalah mahasiswa.
“Dari teman-teman, kebanyakan di Polrestabes dan jumlahnya 40 plus. Masih ada massa lainnya di Unair dan beberapa kampus lain. Sementara kami bersama,” kata Marcel.
Marcel menjelaskan bahwa dua mahasiswa ITS sempat ditangkap, namun telah dibebaskan pada siang hari. Meski demikian, mereka tetap menuntut pembebasan rekan-rekan lainnya yang masih ditahan.
“Aksi yang kami lakukan adalah aksi damai, tidak ada tendensi apapun selain menunggu dan menjemput teman kami yang ada di dalam,” ujarnya.
Aksi solidaritas terus berlanjut sejak Jumat. Pada hari Jumat, massa melakukan aksi dengan tindakan anarkis, merusak fasilitas umum mulai sore di Gedung Negara Grahadi hingga sepanjang jalan protokol Surabaya hingga dini hari. Sementara Sabtu sore, aksi mahasiswa pecah saat berada di depan Mapolrestabes Surabaya. (ahm)