17 August 2025, 23:02 PM WIB

Upacara HUT Kemerdekaan RI Diperingati di Makam WR Soepratman, Keluarga Soroti Tempat Sampah di Samping Makam

METROTODAY, SURABAYA – Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia digelar dengan upacara khidmat di makam Wage Rudolf (WR) Soepratman, Minggu (17/8).

Upacara ini diikuti oleh keluarga besar pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya tersebut bersama para pelajar serta masyarakat umum. Acara dilanjutkan dengan doa bersama, tabur bunga dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Budi Harry, cucu dari Gijem Soepratinah (adik WR Soepratman) menjelaskan bahwa upacara ini juga untuk memperingati 87 tahun wafatnya WR Soepratman yang bertepatan dengan Hari Kemerdekaan RI.

“Wafatnya WR Soepratman 17 Agustus 1938 atau saat ini sudah 87 tahun, tepat di hari kemerdekaan Indonesia. Makanya kami peringati bersama di makam WR Soepratman,” ujarnya.

Namun, ada hal yang disoroti oleh keluarga besar WR Soepratman, yaitu keberadaan tempat pembuangan sampah (TPS) yang berada persis di samping makam pahlawan nasional tersebut.

Mereka menilai hal ini tidak pantas dan meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk segera memindahkan TPS tersebut.

“Harapannya saya dan keluarga besar WR Soepratman, meminta tolong tempat pembuangan sampah yang di samping WR Soepratman tidak elok dan bau. Beliau kok disejajarkan dengan tempat pembuangan sampah. Pemkot harus segera memindahkan tempat pembuangan sampah ini,” tegas Budi Harry.

Ketua panitia, Siswanto, menambahkan bahwa kegiatan upacara di makam WR Soepratman sudah dilakukan tiga kali sebagai bentuk cinta tanah air dan penghormatan kepada para pahlawan.

“Kita sudah tiga kali melakukan kegiatan upacara di sini sebagai rasa cinta kita kepada tanah air dan menghormati para perjuangan yang telah gugur dan juga mengenalkan kepada masyarakat. Karena banyak pelajar maupun masyarakat yang tidak tahu makam WR Soepratman,” jelasnya.

Rudy Minarto, dari keluarga pejuang TRIP, menekankan pentingnya menghargai jasa WR Soepratman sebagai pencipta lagu Indonesia Raya.

“Sebetulnya generasi muda harus menghormati pencipta lagu Indonesia Raya. Pemerintah harus menghormati para pahlawan terutama yang berkaitan dengan kemerdekaan Republik Indonesia karena ini sudah menginjak generasi kedua dan ketiga, lama lama sudah hilang kalau gak digaungkan lagi sejarahnya,” ujarnya.

Ia mengaku memilih upacara di Makam WR Soepratman karena merasa lebih terhormat berada di tempat pencipta lagu kebangsaan.

“Di sini saya lebih terhormat daripada di tempat lain. Karena ini yang menciptakan lagu Indonesia Raya, kalau di tempat lain sekadar seremonial,” tuturnya.

WR Soepratman lahir di Jatinegara, 9 Maret 1903. Ia adalah anak dari Djoemeno Senen Sastrosoehardjo dan Siti Senen.

Semasa hidupnya, WR Soepratman tidak beristri dan tidak memiliki keturunan. Selain dikenal sebagai pencipta lagu Indonesia Raya, WR Soepratman juga merupakan seorang wartawan.

Lagu ciptaan terakhir WR Soepratman yang berjudul “Matahari Terbit” sempat dianggap membela Jepang, namun karena tidak ada bukti kuat, ia akhirnya dilepaskan.

WR Soepratman meninggal dunia pada 17 Agustus 1938 akibat paru-paru basah dan dimakamkan di Jalan Tambak Segaran Wetan Surabaya.

Pemerintah Republik Indonesia memberikan penghargaan Pahlawan Nasional kepada WR Soepratman pada 10 November 1971, Bintang Mahaputra Utama pada 19 Juni 1974, dan Anugerah Bidang Seni sampai 2015. (ahm)

METROTODAY, SURABAYA – Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia digelar dengan upacara khidmat di makam Wage Rudolf (WR) Soepratman, Minggu (17/8).

Upacara ini diikuti oleh keluarga besar pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya tersebut bersama para pelajar serta masyarakat umum. Acara dilanjutkan dengan doa bersama, tabur bunga dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Budi Harry, cucu dari Gijem Soepratinah (adik WR Soepratman) menjelaskan bahwa upacara ini juga untuk memperingati 87 tahun wafatnya WR Soepratman yang bertepatan dengan Hari Kemerdekaan RI.

“Wafatnya WR Soepratman 17 Agustus 1938 atau saat ini sudah 87 tahun, tepat di hari kemerdekaan Indonesia. Makanya kami peringati bersama di makam WR Soepratman,” ujarnya.

Namun, ada hal yang disoroti oleh keluarga besar WR Soepratman, yaitu keberadaan tempat pembuangan sampah (TPS) yang berada persis di samping makam pahlawan nasional tersebut.

Mereka menilai hal ini tidak pantas dan meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk segera memindahkan TPS tersebut.

“Harapannya saya dan keluarga besar WR Soepratman, meminta tolong tempat pembuangan sampah yang di samping WR Soepratman tidak elok dan bau. Beliau kok disejajarkan dengan tempat pembuangan sampah. Pemkot harus segera memindahkan tempat pembuangan sampah ini,” tegas Budi Harry.

Ketua panitia, Siswanto, menambahkan bahwa kegiatan upacara di makam WR Soepratman sudah dilakukan tiga kali sebagai bentuk cinta tanah air dan penghormatan kepada para pahlawan.

“Kita sudah tiga kali melakukan kegiatan upacara di sini sebagai rasa cinta kita kepada tanah air dan menghormati para perjuangan yang telah gugur dan juga mengenalkan kepada masyarakat. Karena banyak pelajar maupun masyarakat yang tidak tahu makam WR Soepratman,” jelasnya.

Rudy Minarto, dari keluarga pejuang TRIP, menekankan pentingnya menghargai jasa WR Soepratman sebagai pencipta lagu Indonesia Raya.

“Sebetulnya generasi muda harus menghormati pencipta lagu Indonesia Raya. Pemerintah harus menghormati para pahlawan terutama yang berkaitan dengan kemerdekaan Republik Indonesia karena ini sudah menginjak generasi kedua dan ketiga, lama lama sudah hilang kalau gak digaungkan lagi sejarahnya,” ujarnya.

Ia mengaku memilih upacara di Makam WR Soepratman karena merasa lebih terhormat berada di tempat pencipta lagu kebangsaan.

“Di sini saya lebih terhormat daripada di tempat lain. Karena ini yang menciptakan lagu Indonesia Raya, kalau di tempat lain sekadar seremonial,” tuturnya.

WR Soepratman lahir di Jatinegara, 9 Maret 1903. Ia adalah anak dari Djoemeno Senen Sastrosoehardjo dan Siti Senen.

Semasa hidupnya, WR Soepratman tidak beristri dan tidak memiliki keturunan. Selain dikenal sebagai pencipta lagu Indonesia Raya, WR Soepratman juga merupakan seorang wartawan.

Lagu ciptaan terakhir WR Soepratman yang berjudul “Matahari Terbit” sempat dianggap membela Jepang, namun karena tidak ada bukti kuat, ia akhirnya dilepaskan.

WR Soepratman meninggal dunia pada 17 Agustus 1938 akibat paru-paru basah dan dimakamkan di Jalan Tambak Segaran Wetan Surabaya.

Pemerintah Republik Indonesia memberikan penghargaan Pahlawan Nasional kepada WR Soepratman pada 10 November 1971, Bintang Mahaputra Utama pada 19 Juni 1974, dan Anugerah Bidang Seni sampai 2015. (ahm)

Artikel Terkait

Pilihan Editor

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait

/