17 August 2025, 23:02 PM WIB

Alumnus FH Unair Taklukkan #NorthCape4000 Gowes 4.000 Km Lintas Eropa Sendirian

METROTODAY, SURABAYA – Mengayuh sepeda sejauh 4.000 kilometer melintasi berbagai negara Eropa bukanlah perkara mudah.

Namun, hal itu berhasil dilakukan oleh Arbelly Noor, alumnus Fakultas Hukum (FH) Universitas Airlangga (Unair) dan Magister Manajemen UI, yang berpartisipasi dalam ajang #NorthCape4000.

Perjalanan dari Italia hingga Norwegia ini menjadi bukti tekad, disiplin, dan semangat pantang menyerah.

Arbelly menceritakan bahwa kecintaannya pada olahraga telah tumbuh sejak kecil. Dari bola, voli, hingga basket digeluti secara intens sejak SMA. Peralihan ke sepeda terjadi saat pandemi tahun 2021.

“Awalnya lari, tapi bosan, lalu beralih ke sepeda. Dari situ saya mulai ikut berbagai trek pendek, hingga akhirnya menemukan tantangan di dunia ultra cycling,” ujarnya.

Ultra cycling yang diikuti Arbelly tergolong unsupported. Artinya seluruh kebutuhan teknis, kesehatan, dan logistik ia tangani sendiri tanpa tim pendukung.

Sebelum #NorthCape4000, ia telah menempuh berbagai event jarak jauh seperti Tur Surabaya-Mandalika (500-600 km) dan Bentang Jawa (1.500 km).

“Persiapannya butuh tujuh bulan. Latihan rutin 500-800 km per minggu, ditambah nutrisi dan istirahat cukup,” ungkapnya.

Perjalanan dari Italia menuju Norwegia membawanya melewati berbagai negara seperti Italia, Jerman, Ceko, Polandia, Swedia, Finlandia, dan Norwegia.

Cuaca menjadi tantangan terbesar angin kencang dan minimarket yang jarang ada.

“Meski musim panas, anginnya bisa 45 km/jam dengan suhu 12–20 derajat. Bagi orang tropis seperti saya, ini cukup menguras tenaga,” jelasnya.

Keterbatasan suplai makanan juga menjadi persoalan tersendiri. Sebagian besar jalur yang ia tempuh melewati hutan tanpa warung atau minimarket.

Strateginya adalah membeli persediaan makanan dalam jumlah cukup saat memasuki kota kecil. Selain itu, waktu istirahat terbatas, hanya 4-5 jam tidur per hari.

Meski demikian, Arbelly terkesan dengan sikap masyarakat setempat.

“Disiplin, menghormati pesepeda, ramah, dan penuh kepercayaan. Saya pernah menginap di hotel tanpa resepsionis, kunci kamar hanya ditaruh di pintu. Di desa, banyak yang menawarkan hasil kebun atau minuman kepada pesepeda yang lewat,” jelasnya.

Sebagai alumnus Unair, Arbelly ingin menginspirasi generasi muda agar berani mengambil tantangan.

“Latihan tidak akan mengkhianati hasil. Jaga kesehatan sejak dini, karena tanpa tubuh yang sehat, sehebat apa pun kemampuan atau setinggi apapun cita-cita akan sulit tercapai,” tegasnya.

Ia menargetkan finish pada 20 Agustus mendatang dengan rata-rata kayuhan 160 km per hari.

“Semakin dekat ke lingkar Arktik, tantangan medan dan cuaca makin berat. Tapi saya yakin, selama fisik terjaga dan mental kuat, semuanya bisa diselesaikan,” pungkasnya. (ahm)

METROTODAY, SURABAYA – Mengayuh sepeda sejauh 4.000 kilometer melintasi berbagai negara Eropa bukanlah perkara mudah.

Namun, hal itu berhasil dilakukan oleh Arbelly Noor, alumnus Fakultas Hukum (FH) Universitas Airlangga (Unair) dan Magister Manajemen UI, yang berpartisipasi dalam ajang #NorthCape4000.

Perjalanan dari Italia hingga Norwegia ini menjadi bukti tekad, disiplin, dan semangat pantang menyerah.

Arbelly menceritakan bahwa kecintaannya pada olahraga telah tumbuh sejak kecil. Dari bola, voli, hingga basket digeluti secara intens sejak SMA. Peralihan ke sepeda terjadi saat pandemi tahun 2021.

“Awalnya lari, tapi bosan, lalu beralih ke sepeda. Dari situ saya mulai ikut berbagai trek pendek, hingga akhirnya menemukan tantangan di dunia ultra cycling,” ujarnya.

Ultra cycling yang diikuti Arbelly tergolong unsupported. Artinya seluruh kebutuhan teknis, kesehatan, dan logistik ia tangani sendiri tanpa tim pendukung.

Sebelum #NorthCape4000, ia telah menempuh berbagai event jarak jauh seperti Tur Surabaya-Mandalika (500-600 km) dan Bentang Jawa (1.500 km).

“Persiapannya butuh tujuh bulan. Latihan rutin 500-800 km per minggu, ditambah nutrisi dan istirahat cukup,” ungkapnya.

Perjalanan dari Italia menuju Norwegia membawanya melewati berbagai negara seperti Italia, Jerman, Ceko, Polandia, Swedia, Finlandia, dan Norwegia.

Cuaca menjadi tantangan terbesar angin kencang dan minimarket yang jarang ada.

“Meski musim panas, anginnya bisa 45 km/jam dengan suhu 12–20 derajat. Bagi orang tropis seperti saya, ini cukup menguras tenaga,” jelasnya.

Keterbatasan suplai makanan juga menjadi persoalan tersendiri. Sebagian besar jalur yang ia tempuh melewati hutan tanpa warung atau minimarket.

Strateginya adalah membeli persediaan makanan dalam jumlah cukup saat memasuki kota kecil. Selain itu, waktu istirahat terbatas, hanya 4-5 jam tidur per hari.

Meski demikian, Arbelly terkesan dengan sikap masyarakat setempat.

“Disiplin, menghormati pesepeda, ramah, dan penuh kepercayaan. Saya pernah menginap di hotel tanpa resepsionis, kunci kamar hanya ditaruh di pintu. Di desa, banyak yang menawarkan hasil kebun atau minuman kepada pesepeda yang lewat,” jelasnya.

Sebagai alumnus Unair, Arbelly ingin menginspirasi generasi muda agar berani mengambil tantangan.

“Latihan tidak akan mengkhianati hasil. Jaga kesehatan sejak dini, karena tanpa tubuh yang sehat, sehebat apa pun kemampuan atau setinggi apapun cita-cita akan sulit tercapai,” tegasnya.

Ia menargetkan finish pada 20 Agustus mendatang dengan rata-rata kayuhan 160 km per hari.

“Semakin dekat ke lingkar Arktik, tantangan medan dan cuaca makin berat. Tapi saya yakin, selama fisik terjaga dan mental kuat, semuanya bisa diselesaikan,” pungkasnya. (ahm)

Artikel Terkait

Pilihan Editor

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait

/