METROTODAY, SURABAYA – Pada era 1970-an, seni pertunjukan ludruk, ketoprak, dan wayang orang sangat populer di Surabaya. Hampir setiap kecamatan memiliki gedung pertunjukan yang selalu ramai penonton.
Salah satunya adalah Gedung Juwita di Jalan Girilaya, Banyu Urip Wetan, yang mampu menampung sekitar 200 penonton.
Kamis malam lalu, Gedung Juwita menggelar pementasan ludruk bertema horor berjudul “Arwah Penasaran”.
Tiketnya terjual habis. Awalnya, pertunjukan berjalan lancar, penonton terhibur dengan kelucuan para pemain.
Namun, suasana berubah saat memasuki adegan horor. Bau kemenyan yang menyengat dan kemunculan pocong yang tiba-tiba muncul di panggung membuat penonton terkesima.
Cak Sur, pimpinan sekaligus pengatur cerita ludruk, menyadari ada kejanggalan. Ia melihat ada pemain tambahan yang tidak sesuai skenario.

Saat mengecek di belakang panggung, ia menemukan Giman, pemain yang memerankan pocong, sudah siap tampil, padahal seharusnya belum waktunya.
Lebih mengejutkan lagi, Cak Sur menyadari ada lebih banyak pemain di belakang panggung daripada yang seharusnya tampil.
“Saya kaget bukan kepalang. Ternyata ada pemain tambahan yang tidak sesuai skenario. Saya langsung tegur mereka,” ujar Cak Sur.
Kejadian semakin menegangkan ketika Cak Sur berteriak melihat pocong asli muncul di panggung.
Sontak, pocong itu menghilang secara misterius, membuat para pemain dan penonton panik. Penonton berhamburan meninggalkan gedung.
Kejadian ini membuat Gedung Juwita menjadi heboh. Bahkan kabar munculnya pocong menyebar dengan cepat dan dimuat di surat kabar lokal. Ternyata, lokasi Gedung Juwita dulunya adalah pemakaman.
Kejadian ini menimbulkan spekulasi di masyarakat terkait hal-hal mistis yang mungkin terjadi. Saat ini, Gedung Juwita telah beralih fungsi menjadi lahan parkir. (ahm)