METROTODAY, SURABAYA — Keresahan melanda pedagang dan pembeli di berbagai pasar tradisional Surabaya akibat beredarnya isu beras oplosan di tengah lonjakan harga beras premium yang kini menembus angka Rp 17 ribu per kilogram.
Temuan praktik curang berupa pencampuran beras kualitas rendah dengan premium serta pengurangan takaran kembali mencuat dan menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat.
Kekhawatiran ini muncul menyusul investigasi nasional oleh Satgas Pangan Mabes Polri yang mengidentifikasi lebih dari 200 merek beras kemasan yang diduga dioplos atau tidak sesuai takaran.
Dugaan ini semakin menguat dengan laporan pedagang di sejumlah pasar seperti Pasar Soponyono Rungkut dan Pasar Wonokromo.
Zainul, pedagang sembako di Pasar Soponyono, menyuarakan kekesalannya.

“Kebangetan. Harga sudah mahal, eh masih ada oknum yang curang. Ini bukan cuma soal uang, tapi kepercayaan pembeli juga jadi taruhannya,” ujarnya, Senin (21/7).
Meski begitu, ia menyebut bahwa produk dari merek-merek mencurigakan sudah tidak terlihat dalam satu bulan terakhir.
Hal serupa juga disampaikan Khoirun, pedagang lainnya, yang berharap ada tindakan tegas dari pemerintah.
“Kalau ada yang curang harus ditindak. Ini menyangkut kebutuhan pokok orang banyak,” tegasnya.
Keluhan serupa datang dari Maelani, pedagang beras di Pasar Wonokromo, yang sering mendapat komplain dari pembeli.
“Banyak yang merasa tertipu beli beras biasa tapi harga premium. Kami di pasar ikut jadi korban,” katanya.
Menanggapi situasi ini, Pemkot Surabaya bersama Satgas Pangan Polrestabes Surabaya langsung bergerak cepat dengan melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah pasar dan gudang distribusi beras.
Lokasi yang disasar antara lain Pasar Pucang Anom, Pasar Tambahrejo, dan sebuah distributor besar di Surabaya Barat.
Ketua Tim Kerja Pengendalian dan Distribusi BPSDA Surabaya, Agung Supriyo Wibowo menegaskan, hasil sidak menunjukkan bahwa tidak ditemukan indikasi beras oplosan di wilayah Kota Pahlawan.
“Kami pastikan stok aman dan beras yang beredar adalah beras premium. Sampai saat ini tidak ada temuan beras oplosan,” tegasnya.
Agung juga mengungkapkan bahwa stok beras Surabaya cukup untuk delapan bulan ke depan.
“Ketersediaan beras aman. Kita siaga delapan, jadi untuk delapan bulan ke depan tidak ada masalah,” jelasnya.
Meski demikian, Pemkot tidak akan tinggal diam jika praktik curang kembali ditemukan.
“Kami sudah siapkan langkah lanjutan dan bersinergi dengan Satgas Pangan Kepolisian. Arahan dari Mendagri dan Kementerian Pertanian sudah jelas,” ujarnya.
Sidak ini juga menjadi bagian dari respons terhadap kelangkaan beras medium yang saat ini jarang ditemukan di pasar. Diduga, distribusinya dibatasi atau belum banyaknya beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) yang masuk ke pasar tradisional. (ahm)