METROTODAY, SURABAYA – Kawasan Gunung Anyar di Surabaya selatan belakangan ini dipenuhi pemandangan tak biasa yang menyita perhatian banyak orang.
Ratusan anak-anak yang tengah menikmati liburan sekolah terlihat asyik bermain layangan yang mengubah langit menjadi kanvas penuh warna.
Aktivitas ini tak hanya menjadi hiburan, tetapi juga ajang adu ketangkasan yang penuh keceriaan.
Berbagai warna layangan menghiasi angkasa dan menciptakan panorama meriah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi anak-anak.
Lebih dari sekadar menerbangkan, adu ketangkasan antar layangan menjadi hiburan utama.
Layangan yang kalah dalam duel seringkali menjadi rebutan dan menambah gelak tawa serta semangat di antara mereka.
Rayyan, salah satu bocah yang antusias bermain layangan, mengungkapkan kegembiraannya.
“Seru banget main layangan di sini. Liburan jadi nggak bosan. Bosan juga kalau main handphone terus di rumah,” ujarnya, Minggu (13/7).
Rayyan mengaku membawa tujuh layangan yang dibelinya dari pedagang di sekitar lokasi sebagai antisipasi jika layangannya kalah dalam aduan.
“Bawa tujuh tadi karena jaga-jaga kalau ada yang tebal (kalah, Red) dengan layangan lainnya,” terangnya.
Athalla Fahri, bocah yang akan naik kelas 5 SD ini menambahkan bahwa mereka biasanya bermain dari siang hingga sore didampingi oleh orang tua atau saudara.
“Sama teman-teman dan orang tua teman ke sininya. Ya seru aja kalau main layangan di sini banyak teman dan bisa diadu juga,” kata Athalla.
Ia mengaku sudah memenangkan dua kali adu layangan. Baginya, mengadu layangan memiliki tantangan tersendiri. “Ya seru juga tadi sudah menang dua kali,” ungkapnya bangga.
Ramainya anak-anak yang bermain layangan ini juga membawa berkah tersendiri bagi para pedagang layangan dan benang di sekitar lokasi.
Misnadi, salah satu pedagang, mengaku menjual layangan dengan harga bervariasi antara Rp2 ribu hingga Rp3 ribu, serta benang seharga Rp10 ribu hingga Rp30 ribu.
“Alhamdulillah, Mas, sehari bisa dapat lima ratus ribu rupiah. Ramai banget anak-anak yang beli layangan sama benang,” kata Misnadi. Ia berjualan dari siang hingga menjelang magrib.
“Rata-rata saya bawa 50-100 layangan. Itu ramainya pas sore. Tapi siang begini juga mulai banyak apalagi ini kan pas liburan sekolah,” tambahnya.
Di tengah keseruan bermain, anak-anak juga tampak asyik mengejar layangan yang putus karena kalah dalam aduan.
Namun di balik kegembiraan ini, faktor keselamatan tetap menjadi perhatian utama. Benang layangan yang melintang seringkali berpotensi membahayakan.
Oleh karena itu, para orang tua diharapkan untuk senantiasa mengawasi anak-anak mereka saat bermain layangan demi mencegah hal yang tidak diinginkan. (ahm)