Categories: Surabaya

ITS Gagas Pemanfaatan Teknologi Digital Twin untuk Tata Kota di Jawa Timur

METROTODAY, SURABAYA – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggagas pemanfaatan teknologi digital twin untuk menjawab tantangan tata kota di Jawa Timur.

Gagasan ini dibahas dalam diskusi di Gedung Rektorat ITS, Kamis (10/7), yang dihadiri wakil gubernur Jawa Timur, perwakilan Pemprov DKI Jakarta, dan Ikatan Ahli Planologi Indonesia.

Wakil Rektor IV ITS, Prof. Agus Muhamad Hatta, menyatakan diskusi ini sebagai komitmen ITS dalam mendorong transformasi digital.

“ITS perlu terus berinovasi untuk menjawab tantangan zaman, terutama dalam pemanfaatan digital twin untuk tata kota dan infrastruktur di Jawa Timur. Pertemuan ini membuka wawasan dan kemungkinan kolaborasi di masa depan,” ujarnya.

Prof. Hatta menjelaskan digital twin sebagai replika virtual kota yang dibuat secara real-time, memungkinkan pemantauan dan analisis akurat berbagai aspek perkotaan.

Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak, menyambut positif gagasan tersebut. Ia melihat potensi besar teknologi LIDAR untuk pemetaan perkotaan dan pembuatan digital twin Kota Surabaya.

“Dengan digital twin, kita bisa lebih mudah melakukan analisis kebijakan pembangunan perkotaan,” kata Emil.

Ia menilai teknologi ini sangat potensial untuk kawasan aglomerasi Gerbang Kertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan) dan wilayah konurbasi Malang, Kediri, dan Madiun.

Sebagai langkah awal, Emil menyarankan fokus pada pemetaan drainase terpadu. “Yang terpenting bukan kecanggihan teknologi, tapi sejauh mana teknologi mendukung pengambilan keputusan,” tegasnya.

Asisten Deputi Gubernur Bidang Tata Ruang DKI Jakarta, Benni Agus Candra, membagikan pengalaman Jakarta dalam memanfaatkan digital twin.

“Lebih dari sekadar visualisasi, teknologi ini bisa digunakan untuk menghitung nilai ruang dan potensi pendapatan kawasan. Jakarta memanfaatkannya untuk melihat potensi pendapatan ruang, sehingga pembangunan tak hanya bertumpu pada anggaran daerah,” jelasnya.

Benni mendorong optimalisasi teknologi ini dalam studi kelayakan dan kolaborasi lintas disiplin ilmu. “Kolaborasi adalah kunci menghadapi kompleksitas penataan perkotaan,” ujarnya.

Diskusi ini selaras dengan SDGs poin 11 (Kota dan Permukiman Berkelanjutan) dan poin 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan), menekankan pentingnya teknologi sebagai alat bantu pengambilan keputusan yang efisien dan kolaborasi antar lembaga. (ahm)

Jay Wijayanto

Recent Posts

Gubernur Aceh Mualem Terima Tim Relawan Unesa: Bantuan Kesehatan, Psikososial, dan Beasiswa Korban Banjir

Tim relawan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang terdiri dari dokter, perawat, psikolog, konselor, dan ahli…

6 hours ago

Kebakaran di Belakang Aspol Pawiyatan Surabaya, 3 Warung dan 13 Motor Terbakar

Tiga stand warung semi permanen di Jalan Pawiyatan, Surabaya tepatnya belakang Aspol, terbakar, Sabtu (13/12)…

1 day ago

Profesor Tanpa Gelar

DALAM sebuah momen yang berlangsung sederhana namun sarat makna, di ruang yang hangat dan penuh kekeluargaan,…

1 day ago

Raperda Hunian Layak di Surabaya Masih Banyak Miss Persepsi, Aturan Rumah Kos Jadi Fokus

Raperda tentang hunian yang layak, yang mencakup kebijakan perencanaan, pengelolaan, tata ruang, dan keberlanjutan hunian…

1 day ago

PWI Pusat Terbitkan Edaran Soal Rangkap Jabatan, Perpanjangan KTA dan Donasi Kemanusiaan Bencana Sumatera

PWI Pusat menerbitkan tiga Surat Edaran (SE) untuk seluruh anggota se-Indonesia, yakni SE tentang Rangkap…

1 day ago

Copet Beraksi di Stasiun Surabaya Gubeng Lama, KAI Daop 8 Tingkatkan Keamanan Jelang Nataru

Masyarakat dihebohkan dengan video viral aksi pencopetan di Stasiun Surabaya Gubeng Lama, beberapa waktu lalu.…

2 days ago

This website uses cookies.