27.8 C
Surabaya
28 June 2025, 23:19 PM WIB

Tur Literasi Soekarno dan Surabaya: Mengenalkan Sosok Bung Karno dari Sisi yang Tak Banyak Diketahui

METROTODAY, SURABAYA – Pemkot Surabaya kembali menggaungkan semangat literasi sejarah melalui Tur Literasi “Soekarno dan Surabaya”, sebuah kegiatan inspiratif yang berlangsung pada 28-29 Juni.

Acara ini mengajak sekitar 100 pelajar SMA/SMK dari berbagai penjuru Jawa Timur untuk menyelami jejak sejarah Ir. Soekarno, Proklamator Republik Indonesia, dari sudut pandang yang sering terlewatkan.

Tur ini membawa peserta menyusuri lokasi-lokasi bersejarah di Surabaya dan Blitar yang menjadi saksi bisu perjalanan hidup sang tokoh bangsa.

Pemerhati sejarah dari komunitas Begandring Soerabaia, Kuncarsono Prasetyo, menyoroti pentingnya Kota Surabaya dalam narasi kehidupan Soekarno.

Ia menekankan bahwa selama ini, pemahaman publik tentang Soekarno cenderung berpusat di Blitar. Padahal Surabaya memiliki peran krusial dalam membentuk karakter dan pandangan hidupnya.

“Surabaya ini penting, karena selama ini dalam pemahaman umum tentang Soekarno, banyak cerita yang berpusat di Blitar, meskipun sebenarnya sudah banyak direvisi,” ujar Kuncar saat mendampingi peserta tur di Museum HOS Tjokroaminoto, Sabtu (28/6).

Kuncar sangat mengapresiasi upaya masif Pemkot Surabaya dalam tiga tahun terakhir untuk mengenalkan sosok Bung Karno kepada para pelajar, mulai dari tingkat SD hingga SMA. Langkah ini dinilai efektif untuk menanamkan nilai-nilai luhur dan semangat perjuangan sang proklamator kepada generasi muda.

Tur ini juga membuka mata para peserta tentang multi-dimensi Soekarno. Kuncarsono menyayangkan pandangan yang membatasi Soekarno hanya sebagai milik satu golongan. Di kawasan bersejarah Peneleh, para peserta diajak untuk melihat sisi lain dari Bung Karno.

“Kalau kemudian kita jalan-jalan di kawasan Peneleh, kita baru terbuka sadar, bahwa Soekarno ini banyak wajah. Di sisi lain dia memang seorang nasionalis tapi di lain pihak dia juga seorang agamis,” tuturnya.

Kawasan Peneleh menjadi saksi bisu dari kehidupan Soekarno yang ditempa dalam lingkungan sederhana. Di sinilah berdiri Rumah Kelahiran Bung Karno dan Rumah HOS Tjokroaminoto.

Lebih dari itu, Kuncar juga menyoroti keunikan nama-nama jalan di kawasan tersebut yang diabadikan untuk anak-anak Soekarno sejak tahun 1952.

“Dan itu di periode Soekarno, tahun 1952. Itu unik, karena hanya satu-satunya di Indonesia, karena mungkin begitu cintanya Soekarno terhadap anaknya waktu itu dibuatkan nama jalan,” ungkapnya.

Salah satu pelajaran terpenting dari tur ini adalah pesan bahwa tokoh besar dapat lahir dari lingkungan yang sederhana. Kuncarsono menekankan hal ini untuk menghilangkan rasa minder pada generasi muda.

“Yang harus menjadi pelajaran bersama bahwa orang besar itu lahirnya dari kampung kecil. Tidak perlu kita minder bahwa kita tidak dari keluarga besar, sehingga tidak mungkin menjadi orang besar,” pesannya.

Kisah hidup Soekarno, yang tumbuh dan ditempa di tengah rakyat kecil, menjadi inspirasi nyata bagi para pemuda. “Masa lalu itu kan untuk masa depan. Jadi seharusnya anak-anak muda belajar tentang masa lalu untuk dia ke masa depan,” pungkasnya.

Tur literasi ini benar-benar memberikan wawasan baru bagi para pelajar. Muhammad Akshaqian Alfaatih, seorang peserta dari SMA Negeri 20 Surabaya, mengungkapkan kekagumannya.

“Saya jadi lebih tahu sosok seorang bapak proklamator yang ternyata lahir di Surabaya. Karena fakta itu tidak banyak orang tahu,” ujar Alfaatih.

Ia mengaku tertarik dengan sisi personal Bung Karno dan terinspirasi oleh semangat perjuangannya.

Selama dua hari, para peserta mengunjungi sejumlah lokasi bersejarah, seperti Rumah Kelahiran Bung Karno, Rumah HOS Tjokroaminoto, dan SDN Sulung.

Perjalanan kemudian dilanjutkan ke Blitar untuk mengunjungi Makam Bung Karno dan Istana Gebang, melengkapi pemahaman mereka tentang perjalanan hidup sang proklamator. (ahm)

METROTODAY, SURABAYA – Pemkot Surabaya kembali menggaungkan semangat literasi sejarah melalui Tur Literasi “Soekarno dan Surabaya”, sebuah kegiatan inspiratif yang berlangsung pada 28-29 Juni.

Acara ini mengajak sekitar 100 pelajar SMA/SMK dari berbagai penjuru Jawa Timur untuk menyelami jejak sejarah Ir. Soekarno, Proklamator Republik Indonesia, dari sudut pandang yang sering terlewatkan.

Tur ini membawa peserta menyusuri lokasi-lokasi bersejarah di Surabaya dan Blitar yang menjadi saksi bisu perjalanan hidup sang tokoh bangsa.

Pemerhati sejarah dari komunitas Begandring Soerabaia, Kuncarsono Prasetyo, menyoroti pentingnya Kota Surabaya dalam narasi kehidupan Soekarno.

Ia menekankan bahwa selama ini, pemahaman publik tentang Soekarno cenderung berpusat di Blitar. Padahal Surabaya memiliki peran krusial dalam membentuk karakter dan pandangan hidupnya.

“Surabaya ini penting, karena selama ini dalam pemahaman umum tentang Soekarno, banyak cerita yang berpusat di Blitar, meskipun sebenarnya sudah banyak direvisi,” ujar Kuncar saat mendampingi peserta tur di Museum HOS Tjokroaminoto, Sabtu (28/6).

Kuncar sangat mengapresiasi upaya masif Pemkot Surabaya dalam tiga tahun terakhir untuk mengenalkan sosok Bung Karno kepada para pelajar, mulai dari tingkat SD hingga SMA. Langkah ini dinilai efektif untuk menanamkan nilai-nilai luhur dan semangat perjuangan sang proklamator kepada generasi muda.

Tur ini juga membuka mata para peserta tentang multi-dimensi Soekarno. Kuncarsono menyayangkan pandangan yang membatasi Soekarno hanya sebagai milik satu golongan. Di kawasan bersejarah Peneleh, para peserta diajak untuk melihat sisi lain dari Bung Karno.

“Kalau kemudian kita jalan-jalan di kawasan Peneleh, kita baru terbuka sadar, bahwa Soekarno ini banyak wajah. Di sisi lain dia memang seorang nasionalis tapi di lain pihak dia juga seorang agamis,” tuturnya.

Kawasan Peneleh menjadi saksi bisu dari kehidupan Soekarno yang ditempa dalam lingkungan sederhana. Di sinilah berdiri Rumah Kelahiran Bung Karno dan Rumah HOS Tjokroaminoto.

Lebih dari itu, Kuncar juga menyoroti keunikan nama-nama jalan di kawasan tersebut yang diabadikan untuk anak-anak Soekarno sejak tahun 1952.

“Dan itu di periode Soekarno, tahun 1952. Itu unik, karena hanya satu-satunya di Indonesia, karena mungkin begitu cintanya Soekarno terhadap anaknya waktu itu dibuatkan nama jalan,” ungkapnya.

Salah satu pelajaran terpenting dari tur ini adalah pesan bahwa tokoh besar dapat lahir dari lingkungan yang sederhana. Kuncarsono menekankan hal ini untuk menghilangkan rasa minder pada generasi muda.

“Yang harus menjadi pelajaran bersama bahwa orang besar itu lahirnya dari kampung kecil. Tidak perlu kita minder bahwa kita tidak dari keluarga besar, sehingga tidak mungkin menjadi orang besar,” pesannya.

Kisah hidup Soekarno, yang tumbuh dan ditempa di tengah rakyat kecil, menjadi inspirasi nyata bagi para pemuda. “Masa lalu itu kan untuk masa depan. Jadi seharusnya anak-anak muda belajar tentang masa lalu untuk dia ke masa depan,” pungkasnya.

Tur literasi ini benar-benar memberikan wawasan baru bagi para pelajar. Muhammad Akshaqian Alfaatih, seorang peserta dari SMA Negeri 20 Surabaya, mengungkapkan kekagumannya.

“Saya jadi lebih tahu sosok seorang bapak proklamator yang ternyata lahir di Surabaya. Karena fakta itu tidak banyak orang tahu,” ujar Alfaatih.

Ia mengaku tertarik dengan sisi personal Bung Karno dan terinspirasi oleh semangat perjuangannya.

Selama dua hari, para peserta mengunjungi sejumlah lokasi bersejarah, seperti Rumah Kelahiran Bung Karno, Rumah HOS Tjokroaminoto, dan SDN Sulung.

Perjalanan kemudian dilanjutkan ke Blitar untuk mengunjungi Makam Bung Karno dan Istana Gebang, melengkapi pemahaman mereka tentang perjalanan hidup sang proklamator. (ahm)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait

/