METROTODAY, SIDOARJO – Kondisi jalan berlubang di kawasan Sepande, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo, kini menjadi sorotan dan keluhan banyak pengguna jalan.
Setiap hari, pengendara roda dua maupun roda empat harus berjibaku melewati jalan yang bergelombang, berlubang, bahkan tergenang air.
Fenomena ini bukan sekadar soal kenyamanan berkendara, tetapi juga menyangkut keselamatan dan bukti lemahnya penanganan infrastruktur di daerah yang dikenal sebagai salah satu kawasan penyangga industri terbesar di Jawa Timur.
Jalan di wilayah Sepande kini lebih mirip lintasan offroad ketimbang jalur transportasi umum. Lubang-lubang besar menghiasi sepanjang ruas jalan, sementara aspal yang mengelupas memperlihatkan lapisan tanah di bawahnya.
Ketika hujan turun, air menggenang menutupi permukaan jalan sehingga lubang-lubang tersebut sulit terlihat. Kondisi ini tentu meningkatkan risiko kecelakaan, terutama bagi pengendara sepeda motor.
Tak jarang pengguna jalan harus melambat drastis atau berpindah ke sisi lain jalan, yang justru menimbulkan kemacetan.
Ironisnya, kawasan ini merupakan salah satu jalur vital penghubung antar kecamatan yang menghubungkan kawasan Candi, Sidodadi, dan Sidoarjo kota.
Lalu lintas kendaraan pribadi, angkutan barang, hingga truk industri kerap padat di waktu tertentu.
Namun, meski sudah lama dikeluhkan masyarakat, penanganan dari pemerintah daerah tampak lambat dan tidak menyeluruh.
Tambal sulam yang dilakukan di beberapa titik hanya bertahan beberapa minggu sebelum kembali rusak. Ini menunjukkan bahwa solusi sementara tanpa perbaikan struktur jalan tidak menyelesaikan masalah.
Kondisi ini menggambarkan masalah klasik dalam tata kelola infrastruktur di tingkat daerah. Jalan rusak dibiarkan menahun, perbaikan dilakukan tanpa perencanaan jangka panjang, dan pengawasan terhadap kualitas proyek masih lemah.
Dalam konteks ini, masyarakat berhak mempertanyakan efektivitas anggaran pemeliharaan jalan yang seharusnya dialokasikan setiap tahun.
Apalagi, Kabupaten Sidoarjo termasuk wilayah dengan pendapatan daerah yang cukup tinggi dari sektor industri, perikanan, dan transportasi.
Selain persoalan teknis, adanya saluran air yang tersumbat atau tidak berfungsi optimal, menyebabkan genangan air setiap kali hujan deras turun.
Air yang mengendap lama di permukaan jalan mempercepat kerusakan aspal dan memperbesar lubang yang sudah ada.
Perbaikan jalan tanpa memperhatikan sistem drainase hanyalah upaya sementara yang akan kembali gagal dalam waktu singkat.
Dalam konteks keselamatan publik, kondisi jalan berlubang bukan lagi sekadar ketidaknyamanan, tetapi ancaman nyata. Setiap lubang di jalan adalah potensi kecelakaan.
Pemerintah daerah perlu memahami bahwa keselamatan pengguna jalan adalah tanggung jawab utama negara. Ketika masyarakat harus membayar pajak kendaraan dan bahan bakar setiap tahun, sudah sepatutnya mereka mendapatkan hak atas infrastruktur jalan yang layak dan aman.
Sudah saatnya Pemerintah Kabupaten Sidoarjo tidak lagi menunggu laporan viral di media sosial baru bertindak.
Perencanaan pembangunan infrastruktur harus berbasis pada kebutuhan riil masyarakat, bukan sekadar proyek seremonial tahunan. Jalan di Sepande Candi adalah cermin nyata dari lemahnya tanggap pemerintah terhadap pelayanan publik. (ana/elfira/red)

