5 November 2025, 17:13 PM WIB

Pemkab Sidoarjo Kebut Normalisasi Sungai untuk Antisipasi Banjir Musim Hujan

METROTODAY, SIDOARJO – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo bekerja keras untuk mencegah banjir. Apalagi, beberapa waktu terakhir hujan semakin sering turun mengguyur Kota Delta. Setiap musim hujan, sejumlah kawasan di Sidoarjo kerap tergenang air.

Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), wilayah Kabupaten Sidoarjo bakal mulai mengalami musim hujan sekitar November. Puncak musim hujan diprediksi terjadi pada awal 2026 atau sekitar bulan Januari hingga Februari.

Pemkab Sidoarjo pun bergerak lebih awal untuk melakukan antisipasi banjir. Selain itu, dampak dari terjadinya genangan juga berupaya diminimalkan. Melalui Dinas PU Bina Marga dan Sumber Daya  Air (BM SDA), pemkab melakukan beragam langkah. Salah satunya, normalisasi sungai.

Kepala Dinas PU Bina Marga dan Sumber Daya Air (BM SDA) Sidoarjo Dwi Eko Saptono mengatakan bahwa normalisasi sungai-sungai sudah dilakukan. Bahkan, pelaksanaan di beberapa titik dikebut sehingga cepat rampung.

Normalisasi sungai menjangkau semua titik yang berpotensi meluap saat debit air tinggi, baik di wilayah selatan, timur, maupun utara Kabupaten Sidoarjo. Di antaranya, normalisasi sungai-sungai di kawasan Kecamatan Krembung, Prambon, Candi, serta Waru.

Normalisasi sungai dilakukan oleh Pemkab Sidoarjo, Pemprov Jatim, maupun Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS). ”Kami juga menyiagakan 34 pompa air untuk membantu mengatasi banjir,” ungkap Dwi Eko Saptono.

Saluran pelimpah atau afvour juga tidak lepas dari perhatian pemkab. Dinas PU Bina Marga dan Sumber Daya Air (BM SDA) Sidoarjo menormalisasi afvour di Desa Candi sampai Desa Klurak, di Kecamatan Candi. Kemudian, afvour Trengguli di Desa Kedungkembar, Kecamatan Prambon; afvour Kedungkampul di Desa Tanjekwagir, Kecamatan Krembung; serta afvour Kedungpeluk di Kecamatan Candi.

Bupati Sidoarjo Subandi memberi perhatian pada upaya pencegahan banjir tersebut. Pekerjaan normalisasi sungai dipantau langsung. Hampir semua lokasi pengerukan sungai didatangi. Di antaranya, pengerukan Sungai Porong Kanal di Desa Tanjekwagir, Kecamatan Krembung. Normalisasi sungai tersebut sudah digarap pada Agustus 2025. Panjang pengerjaan pengerukan mencapai sekitar 5 kilometer dengan lebar sungai sekitar 22 meter.

Bupati Sidoarjo Subandi menyusuri Sungai Mbah Gepuk dengan perahu untuk mengecek pengerjaan normalisasi sungai pada 20 Oktober 2025. (MT)

Bupati Subandi juga menginspeksi langsung normalisasi Sungai Mbah Gepuk di Kecamatan Candi pada Rabu (20/10/2025). Bersama Kepala Dinas PU Bina Marga dan Sumber Daya Air (BM SDA) Dwi Eko Saptono serta perangkat desa dan kecamatan, pengecekan pengerjaan normalisasi sungai dengan naik perahu nelayan setempat.

Rombongan Bupati Subandi menyusuri Sungai Mbah Gepuk sekitar 40 menit. Perjalanan dimulai dari Desa Balongdowo hingga Kali Pecabean, Kecamatan Candi. Rute penyusuran sungai pada hari itu sepanjang sekitar 4 kilometer. Kondisi Sungai Mbah Gepuk banyak ditumbuhi tanaman liar.

”Kita terus gerak cepat untuk bisa mengatasi banjir. Hari ini sudah 1,8 kilometer selesai dinormalisasi,” ungkap Bupati Subandi.

Alat-alat berat dikerahkan untuk pengerjaan normalisasi sungai. Eskavator mengeruk endapan dari dasar sungai, mengangkat, lalu meletakkannya di daratan. Lumpur ditumpuk di tepi sungai hingga menyerupai tanggul.

Pengerukan Sungai Mbah Gepuk dipandang sangat perlu. Sebab, Sungai Mbah Gepuk diharapkan mampu mencegah banjir di rute yang sangat panjang. Meliputi wilayah Kecamatan Porong, Tanggulangin, hingga Candi. Salah satu titik yang kerap mengalami banjir parah adalah Desa Kedungbanteng, Kecamatan Tanggulangin. Desa tersebut mengalami penurunan permukaan tanah (subsidence).

Dari penyusuran di Sungai Mbah Gepuk, diketahui bahwa memang perlu segera ada penanganan. Kondisinya mengkhawatirkan sehingga upaya normalisasi sangat dibutuhkan.

Di tepian sungai, misalnya. Tidak banyak terlihat tanggul sungai yang mampu melindungi perkampungan di sekitarnya. Memang ada beberapa bekas plengsengan semen, tapi posisinya sudah rusak. Sebagian di antaranya bahkan ambruk.

Kondisi tersebut sangat tidak ideal. Sebab, posisi permukiman hampir sejajar dengan permukaan sungai. Sebagian malah lebih rendah dari tepi sungai.

Tanaman enceng gondok yang tumbuh liar membuat Sungai Mbah Gepuk menyempit dan menyulitkan laju perahu nelayan. (MT)

Persoalan juga ada di sisi dalam sungai. Badan sungai menyempit. Aliran air di Sungai Mbah Gepuk terhalang banyak hambatan. Pendangkalan terjadi di banyak titik karena sedimentasi dan tumpukan tanah.

Ada juga tumbuhan liar di sepanjang sungai. Misalnya, pohon kersen, pisang, lamtoro, kangkung, enceng gondok, semak belukar, dan sebagainya yang menutup di sisi kanan dan kiri badan sungai. Perahu nelayan harus melewati sungai yang menyempit.

Siap Tambah Alat Berat

Dalam satu bulan ini, kata Bupati Subandi, pengerjaan normalisasi sungai diharapkan dapat rampung. Hujan sudah mulai sering turun. Sehingga, pengerukan harus dipercepat.

Dinas PU Bina Marga dan Sumber Daya Air Sidoarjo mengerahkan sedikitnya sembilan alat berat untuk mengeruk sungai. Jika dibutuhkan, Pemkab Sidoarjo akan mendatangkan tambahan eskavator agar hasilnya lebih maksimal dan lebih cepat.

Satu alat berat eskavator hanya mampu menormalisasi sungai sekitar 150 meter per hari di medan yang berat. ”Waktunya sudah mepet. Kalau kurang alat berat, mau tidak mau, kita harus sewa,” ungkap dia.

Alat berat dikerahkan untuk mengangkat endapan dari dasar Sungai Mbah Gepuk. (Kominfo Sidoarjo)

Bupati Subandi juga meminta camat-camat serta Dinas PU Bina Marga dan Sumber Daya Air untuk terus berkoordinasi. Setiap ada kendala harus segera dibicarakan untuk didapatkan jalan keluarnya. ”Kalau ada persoalan seperti banjir kita bisa langsung sikapi dan cari solusinya,” tegas bupati.

Setiap minggu perkembangan dari pekerjaan normalisasi sungai-sungai itu akan dicek. Bupati Subandi menegaskan akan selalu memantau. Normalisasi jadi langkah penting untuk meminimalkan dampak banjir. Bupati tidak ingin banyak warga lagi menjadi korban dan menderita karena banjir.

”Nanti biar dinas memantau langsung perkembangan normalisasi. Saya tidak ingin warga menderita karena kebanjiran,” tandas Bupati Subandi.

Kehadiran Bupati Sidoarjo Subandi mendapat sambutan hangat warga Desa Balongdowo, Kecamatan Candi. Warga yang berkumpul di warung berdatangan mendekat begitu bupati tiba di Jembatan Balongdowo. Mereka antre untuk bisa bersalaman.

Warga berharap banjir tidak terjadi lagi di desa mereka. Kalau pun terjadi banjir, air diharapkan bisa cepat surut.

Menurut Alung, warga Balongdowo, Sungai Mbah Gepuk selalu meluap setiap musim hujan. Lebih-lebih bila hujan deras bersamaan dengan air laut pasang. Pompa air yang dibangun Pemkab Sidoarjo di dekat jembatan tidak mampu memecahkan masalah.

”Tingginya bisa sampai perut orang dewasa,” kata Alung saat sedang bersih-bersih di dekat Sungai Mbah Gepuk pada Rabu (29 Oktober 2025). Dia mengaku senang sungai di desanya itu dikeruk. Ada harapan banjir bisa dicegah.

Warga yang lain mengungkapkan, lahan persawahan di sekitar desa yang terus berkurang dari tahun ke tahun mengakibatkan luapan Sungai Mbah Gepuk semakin sering terjadi. Di wilayah Candi banyak perumahan baru. Air tidak lagi meresap ke tanah. Banjir lebih lama surut. ”Lahan resapannya terus berkurang,” ungkap Sholeh.

Ketua RT 2 RW 1, Balongdowo, Khoiruman, tidak menampik kondisi tersebut. Ketika Sungai Mbah Gepuk meluap, airnya masuk sampai ke kampung-kampung. Genangan air lama sekali surut. Tidak jarang hingga waktu seminggu. ”Posisi sungai hampir rata, bahkan lebih tinggi daripada kampung,” tutur Khoiruman.

Karena itu, normalisasi sungai yang dilakukan oleh Pemkab Sidoarjo saat ini begitu diapresiasi warga. Mereka berharap tidak terjadi banjir lagi. (*)

METROTODAY, SIDOARJO – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo bekerja keras untuk mencegah banjir. Apalagi, beberapa waktu terakhir hujan semakin sering turun mengguyur Kota Delta. Setiap musim hujan, sejumlah kawasan di Sidoarjo kerap tergenang air.

Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), wilayah Kabupaten Sidoarjo bakal mulai mengalami musim hujan sekitar November. Puncak musim hujan diprediksi terjadi pada awal 2026 atau sekitar bulan Januari hingga Februari.

Pemkab Sidoarjo pun bergerak lebih awal untuk melakukan antisipasi banjir. Selain itu, dampak dari terjadinya genangan juga berupaya diminimalkan. Melalui Dinas PU Bina Marga dan Sumber Daya  Air (BM SDA), pemkab melakukan beragam langkah. Salah satunya, normalisasi sungai.

Kepala Dinas PU Bina Marga dan Sumber Daya Air (BM SDA) Sidoarjo Dwi Eko Saptono mengatakan bahwa normalisasi sungai-sungai sudah dilakukan. Bahkan, pelaksanaan di beberapa titik dikebut sehingga cepat rampung.

Normalisasi sungai menjangkau semua titik yang berpotensi meluap saat debit air tinggi, baik di wilayah selatan, timur, maupun utara Kabupaten Sidoarjo. Di antaranya, normalisasi sungai-sungai di kawasan Kecamatan Krembung, Prambon, Candi, serta Waru.

Normalisasi sungai dilakukan oleh Pemkab Sidoarjo, Pemprov Jatim, maupun Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS). ”Kami juga menyiagakan 34 pompa air untuk membantu mengatasi banjir,” ungkap Dwi Eko Saptono.

Saluran pelimpah atau afvour juga tidak lepas dari perhatian pemkab. Dinas PU Bina Marga dan Sumber Daya Air (BM SDA) Sidoarjo menormalisasi afvour di Desa Candi sampai Desa Klurak, di Kecamatan Candi. Kemudian, afvour Trengguli di Desa Kedungkembar, Kecamatan Prambon; afvour Kedungkampul di Desa Tanjekwagir, Kecamatan Krembung; serta afvour Kedungpeluk di Kecamatan Candi.

Bupati Sidoarjo Subandi memberi perhatian pada upaya pencegahan banjir tersebut. Pekerjaan normalisasi sungai dipantau langsung. Hampir semua lokasi pengerukan sungai didatangi. Di antaranya, pengerukan Sungai Porong Kanal di Desa Tanjekwagir, Kecamatan Krembung. Normalisasi sungai tersebut sudah digarap pada Agustus 2025. Panjang pengerjaan pengerukan mencapai sekitar 5 kilometer dengan lebar sungai sekitar 22 meter.

Bupati Sidoarjo Subandi menyusuri Sungai Mbah Gepuk dengan perahu untuk mengecek pengerjaan normalisasi sungai pada 20 Oktober 2025. (MT)

Bupati Subandi juga menginspeksi langsung normalisasi Sungai Mbah Gepuk di Kecamatan Candi pada Rabu (20/10/2025). Bersama Kepala Dinas PU Bina Marga dan Sumber Daya Air (BM SDA) Dwi Eko Saptono serta perangkat desa dan kecamatan, pengecekan pengerjaan normalisasi sungai dengan naik perahu nelayan setempat.

Rombongan Bupati Subandi menyusuri Sungai Mbah Gepuk sekitar 40 menit. Perjalanan dimulai dari Desa Balongdowo hingga Kali Pecabean, Kecamatan Candi. Rute penyusuran sungai pada hari itu sepanjang sekitar 4 kilometer. Kondisi Sungai Mbah Gepuk banyak ditumbuhi tanaman liar.

”Kita terus gerak cepat untuk bisa mengatasi banjir. Hari ini sudah 1,8 kilometer selesai dinormalisasi,” ungkap Bupati Subandi.

Alat-alat berat dikerahkan untuk pengerjaan normalisasi sungai. Eskavator mengeruk endapan dari dasar sungai, mengangkat, lalu meletakkannya di daratan. Lumpur ditumpuk di tepi sungai hingga menyerupai tanggul.

Pengerukan Sungai Mbah Gepuk dipandang sangat perlu. Sebab, Sungai Mbah Gepuk diharapkan mampu mencegah banjir di rute yang sangat panjang. Meliputi wilayah Kecamatan Porong, Tanggulangin, hingga Candi. Salah satu titik yang kerap mengalami banjir parah adalah Desa Kedungbanteng, Kecamatan Tanggulangin. Desa tersebut mengalami penurunan permukaan tanah (subsidence).

Dari penyusuran di Sungai Mbah Gepuk, diketahui bahwa memang perlu segera ada penanganan. Kondisinya mengkhawatirkan sehingga upaya normalisasi sangat dibutuhkan.

Di tepian sungai, misalnya. Tidak banyak terlihat tanggul sungai yang mampu melindungi perkampungan di sekitarnya. Memang ada beberapa bekas plengsengan semen, tapi posisinya sudah rusak. Sebagian di antaranya bahkan ambruk.

Kondisi tersebut sangat tidak ideal. Sebab, posisi permukiman hampir sejajar dengan permukaan sungai. Sebagian malah lebih rendah dari tepi sungai.

Tanaman enceng gondok yang tumbuh liar membuat Sungai Mbah Gepuk menyempit dan menyulitkan laju perahu nelayan. (MT)

Persoalan juga ada di sisi dalam sungai. Badan sungai menyempit. Aliran air di Sungai Mbah Gepuk terhalang banyak hambatan. Pendangkalan terjadi di banyak titik karena sedimentasi dan tumpukan tanah.

Ada juga tumbuhan liar di sepanjang sungai. Misalnya, pohon kersen, pisang, lamtoro, kangkung, enceng gondok, semak belukar, dan sebagainya yang menutup di sisi kanan dan kiri badan sungai. Perahu nelayan harus melewati sungai yang menyempit.

Siap Tambah Alat Berat

Dalam satu bulan ini, kata Bupati Subandi, pengerjaan normalisasi sungai diharapkan dapat rampung. Hujan sudah mulai sering turun. Sehingga, pengerukan harus dipercepat.

Dinas PU Bina Marga dan Sumber Daya Air Sidoarjo mengerahkan sedikitnya sembilan alat berat untuk mengeruk sungai. Jika dibutuhkan, Pemkab Sidoarjo akan mendatangkan tambahan eskavator agar hasilnya lebih maksimal dan lebih cepat.

Satu alat berat eskavator hanya mampu menormalisasi sungai sekitar 150 meter per hari di medan yang berat. ”Waktunya sudah mepet. Kalau kurang alat berat, mau tidak mau, kita harus sewa,” ungkap dia.

Alat berat dikerahkan untuk mengangkat endapan dari dasar Sungai Mbah Gepuk. (Kominfo Sidoarjo)

Bupati Subandi juga meminta camat-camat serta Dinas PU Bina Marga dan Sumber Daya Air untuk terus berkoordinasi. Setiap ada kendala harus segera dibicarakan untuk didapatkan jalan keluarnya. ”Kalau ada persoalan seperti banjir kita bisa langsung sikapi dan cari solusinya,” tegas bupati.

Setiap minggu perkembangan dari pekerjaan normalisasi sungai-sungai itu akan dicek. Bupati Subandi menegaskan akan selalu memantau. Normalisasi jadi langkah penting untuk meminimalkan dampak banjir. Bupati tidak ingin banyak warga lagi menjadi korban dan menderita karena banjir.

”Nanti biar dinas memantau langsung perkembangan normalisasi. Saya tidak ingin warga menderita karena kebanjiran,” tandas Bupati Subandi.

Kehadiran Bupati Sidoarjo Subandi mendapat sambutan hangat warga Desa Balongdowo, Kecamatan Candi. Warga yang berkumpul di warung berdatangan mendekat begitu bupati tiba di Jembatan Balongdowo. Mereka antre untuk bisa bersalaman.

Warga berharap banjir tidak terjadi lagi di desa mereka. Kalau pun terjadi banjir, air diharapkan bisa cepat surut.

Menurut Alung, warga Balongdowo, Sungai Mbah Gepuk selalu meluap setiap musim hujan. Lebih-lebih bila hujan deras bersamaan dengan air laut pasang. Pompa air yang dibangun Pemkab Sidoarjo di dekat jembatan tidak mampu memecahkan masalah.

”Tingginya bisa sampai perut orang dewasa,” kata Alung saat sedang bersih-bersih di dekat Sungai Mbah Gepuk pada Rabu (29 Oktober 2025). Dia mengaku senang sungai di desanya itu dikeruk. Ada harapan banjir bisa dicegah.

Warga yang lain mengungkapkan, lahan persawahan di sekitar desa yang terus berkurang dari tahun ke tahun mengakibatkan luapan Sungai Mbah Gepuk semakin sering terjadi. Di wilayah Candi banyak perumahan baru. Air tidak lagi meresap ke tanah. Banjir lebih lama surut. ”Lahan resapannya terus berkurang,” ungkap Sholeh.

Ketua RT 2 RW 1, Balongdowo, Khoiruman, tidak menampik kondisi tersebut. Ketika Sungai Mbah Gepuk meluap, airnya masuk sampai ke kampung-kampung. Genangan air lama sekali surut. Tidak jarang hingga waktu seminggu. ”Posisi sungai hampir rata, bahkan lebih tinggi daripada kampung,” tutur Khoiruman.

Karena itu, normalisasi sungai yang dilakukan oleh Pemkab Sidoarjo saat ini begitu diapresiasi warga. Mereka berharap tidak terjadi banjir lagi. (*)

Artikel Terkait

Pilihan Editor

Pilihan Editor

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait

/