4 November 2025, 15:19 PM WIB

Tim DVI Polda Jatim Akui Kesulitan Identifikasi Korban Ponpes Al Khoziny Sidoarjo

METROTODAY, SURABAYA – Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jatim mengalami kesulitan dalam mengenali identitas 8 jenazah korban robohnya pondok pesantren Al Khoziny, yang tiba di Posko Post Mortem Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim, Surabaya.

Kondisi jenazah yang sudah rusak dan minimnya ciri-ciri khusus menjadi kendala utama dalam proses identifikasi para korban yang ditemukan di bawah reruntuhan beton.

Kabid DVI Kapusdokkes Mabes Polri, Kombes Pol Wahyu Hidajati, menjelaskan bahwa kesulitan utama disebabkan oleh kondisi jenazah yang rata-rata berusia 12 sampai 15 tahun.

“Kondisi jenazah yang masih muda menjadi tantangan tersendiri bagi kami,” ujarnya, Jumat (3/10).

Wahyu juga merinci kendala yang dihadapi tim DVI dalam mengidentifikasi jenazah melalui berbagai metode. Identifikasi sidik jari menggunakan alat MAMBIS tidak bisa dilakukan karena kondisi sidik jari yang sudah mulai rusak akibat pembusukan.

Selain itu, sebagian besar korban belum memiliki KTP, sehingga tidak ada data yang bisa terintegrasi dengan alat Automated Multi-Biometric Identification System (MAMBIS) yang dimiliki oleh tim DVI.

“Sidik jari sulit diidentifikasi karena kondisinya sudah rusak, dan banyak korban belum memiliki KTP,” jelasnya.

Sementara itu, identifikasi dental atau gigi juga tidak bisa dilakukan mengingat pertumbuhan gigi anak-anak usia 12 sampai 15 tahun cenderung seragam, sehingga sulit menemukan ciri-ciri khusus yang dapat membedakan satu jenazah dengan lainnya.

Untuk pakaian dan ciri khusus seperti tanda lahir juga tidak bisa dijadikan acuan, mengingat banyak dari keluarga korban tidak mengingat secara rinci tanda lahir anak-anaknya, ataupun pakaian yang dipakai saat kejadian juga cenderung sama, yaitu baju koko putih.

Hingga Jumat malam, tim DVI telah menerima 8 jenazah, namun belum ada satupun yang berhasil diidentifikasi. Proses pengumpulan DNA dan data-data pembanding terus dilakukan. (ahm)

METROTODAY, SURABAYA – Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jatim mengalami kesulitan dalam mengenali identitas 8 jenazah korban robohnya pondok pesantren Al Khoziny, yang tiba di Posko Post Mortem Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim, Surabaya.

Kondisi jenazah yang sudah rusak dan minimnya ciri-ciri khusus menjadi kendala utama dalam proses identifikasi para korban yang ditemukan di bawah reruntuhan beton.

Kabid DVI Kapusdokkes Mabes Polri, Kombes Pol Wahyu Hidajati, menjelaskan bahwa kesulitan utama disebabkan oleh kondisi jenazah yang rata-rata berusia 12 sampai 15 tahun.

“Kondisi jenazah yang masih muda menjadi tantangan tersendiri bagi kami,” ujarnya, Jumat (3/10).

Wahyu juga merinci kendala yang dihadapi tim DVI dalam mengidentifikasi jenazah melalui berbagai metode. Identifikasi sidik jari menggunakan alat MAMBIS tidak bisa dilakukan karena kondisi sidik jari yang sudah mulai rusak akibat pembusukan.

Selain itu, sebagian besar korban belum memiliki KTP, sehingga tidak ada data yang bisa terintegrasi dengan alat Automated Multi-Biometric Identification System (MAMBIS) yang dimiliki oleh tim DVI.

“Sidik jari sulit diidentifikasi karena kondisinya sudah rusak, dan banyak korban belum memiliki KTP,” jelasnya.

Sementara itu, identifikasi dental atau gigi juga tidak bisa dilakukan mengingat pertumbuhan gigi anak-anak usia 12 sampai 15 tahun cenderung seragam, sehingga sulit menemukan ciri-ciri khusus yang dapat membedakan satu jenazah dengan lainnya.

Untuk pakaian dan ciri khusus seperti tanda lahir juga tidak bisa dijadikan acuan, mengingat banyak dari keluarga korban tidak mengingat secara rinci tanda lahir anak-anaknya, ataupun pakaian yang dipakai saat kejadian juga cenderung sama, yaitu baju koko putih.

Hingga Jumat malam, tim DVI telah menerima 8 jenazah, namun belum ada satupun yang berhasil diidentifikasi. Proses pengumpulan DNA dan data-data pembanding terus dilakukan. (ahm)

Artikel Terkait

Pilihan Editor

Pilihan Editor

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait

/