4 November 2025, 12:02 PM WIB

Wali Santri Ijinkan Alat Berat Masuk, Evakuasi Korban Ponpes Al-Khoziny Masuki Babak Baru

METROTODAY, SIDOARJO – Tangis dan doa masih terdengar di sekitar reruntuhan musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Kamis (2/10).

Memasuki hari keempat pasca musibah, keputusan besar akhirnya diambil. Orang tua dan wali santri sepakat alat berat diturunkan untuk mengevakuasi korban yang masih tertimbun di hari keempat proses evakuasi.

Keputusan itu lahir usai pertemuan emosional antara tim SAR gabungan dengan para wali santri, Kamis (2/10).

Pertemuan ini dihadiri Menko PMK Pratikno, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, serta jajaran Forkopimda.

“Sejak tadi malam kami tidak menemukan tanda-tanda kehidupan. Pencarian manual dengan deteksi suara juga nihil,” jelas Kepala Basarnas Surabaya, Nanang Sigit.

Menurutnya, opsi penggunaan alat berat disampaikan secara terbuka kepada keluarga.

“Kami tidak ingin gegabah. Semua langkah harus atas persetujuan wali santri. Dan akhirnya mereka setuju,” tegasnya.

Basarnas menyiapkan lima unit crane, 30 ambulans, 300 kantong jenazah, serta 30 dump truck.

“Proses akan dilakukan sangat hati-hati, karena kami sadar ini menyangkut nyawa santri dan perasaan keluarga,” tambah Nanang.

Hingga Kamis malam, tim SAR gabungan yang terdiri dari Basarnas, TNI, Polri, BPBD, dan ratusan relawan masih berupaya menyingkirkan puing secara manual. Suasana di posko gabungan pun penuh harapan bercampur haru.

Banyak keluarga korban memilih bertahan di lokasi, menggenggam tasbih dan Al-Qur’an, sembari menunggu kabar dari petugas.

“Ini berat, tapi kami ikhlas. Yang penting anak-anak kami bisa segera ditemukan,” ujar Ahmad, salah satu wali santri, dengan mata berkaca-kaca.

Dengan masuknya alat berat, proses evakuasi dipastikan akan lebih cepat. Namun, setiap gerakan excavator dan crane tetap dipandu penuh kehati-hatian.

“Yang utama adalah menghormati korban dan memberikan kepastian kepada keluarga,” tutup Nanang. (mt)

METROTODAY, SIDOARJO – Tangis dan doa masih terdengar di sekitar reruntuhan musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Kamis (2/10).

Memasuki hari keempat pasca musibah, keputusan besar akhirnya diambil. Orang tua dan wali santri sepakat alat berat diturunkan untuk mengevakuasi korban yang masih tertimbun di hari keempat proses evakuasi.

Keputusan itu lahir usai pertemuan emosional antara tim SAR gabungan dengan para wali santri, Kamis (2/10).

Pertemuan ini dihadiri Menko PMK Pratikno, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, serta jajaran Forkopimda.

“Sejak tadi malam kami tidak menemukan tanda-tanda kehidupan. Pencarian manual dengan deteksi suara juga nihil,” jelas Kepala Basarnas Surabaya, Nanang Sigit.

Menurutnya, opsi penggunaan alat berat disampaikan secara terbuka kepada keluarga.

“Kami tidak ingin gegabah. Semua langkah harus atas persetujuan wali santri. Dan akhirnya mereka setuju,” tegasnya.

Basarnas menyiapkan lima unit crane, 30 ambulans, 300 kantong jenazah, serta 30 dump truck.

“Proses akan dilakukan sangat hati-hati, karena kami sadar ini menyangkut nyawa santri dan perasaan keluarga,” tambah Nanang.

Hingga Kamis malam, tim SAR gabungan yang terdiri dari Basarnas, TNI, Polri, BPBD, dan ratusan relawan masih berupaya menyingkirkan puing secara manual. Suasana di posko gabungan pun penuh harapan bercampur haru.

Banyak keluarga korban memilih bertahan di lokasi, menggenggam tasbih dan Al-Qur’an, sembari menunggu kabar dari petugas.

“Ini berat, tapi kami ikhlas. Yang penting anak-anak kami bisa segera ditemukan,” ujar Ahmad, salah satu wali santri, dengan mata berkaca-kaca.

Dengan masuknya alat berat, proses evakuasi dipastikan akan lebih cepat. Namun, setiap gerakan excavator dan crane tetap dipandu penuh kehati-hatian.

“Yang utama adalah menghormati korban dan memberikan kepastian kepada keluarga,” tutup Nanang. (mt)

Artikel Terkait

Pilihan Editor

Pilihan Editor

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait

/