4 November 2025, 19:33 PM WIB

Ponpes Al-Khoziny Ambruk, Pakar Struktur Bangunan Soroti Dugaan Kegagalan Struktur

METROTODAY, SURABAYA – Ambruknya musala di Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny Buduran, Sidoarjo, yang menyebabkan ratusan santri terjebak dan beberapa di antaranya meninggal dunia, menjadi perhatian serius berbagai pihak.

Diduga kuat, penyebab ambruknya bangunan adalah struktur atap kayu yang tidak mampu menahan beban saat proses pengecoran berlangsung.

Pakar Struktur Bangunan Tahan Gempa, Dr. Pamuda Pudjisuryadi, S.T., M.Eng., (Foto: Istimewa)

Pakar Struktur Bangunan Tahan Gempa, Dr. Pamuda Pudjisuryadi, S.T., M.Eng., menekankan perlunya investigasi mendalam untuk mengungkap penyebab pasti kejadian ini.

“Yang pasti terlihat kolom beton patah karena dari puingnya terlihat balok dan platnya tertumpuk. Jadi titik yang terserang pada kolomnya, tapi belum bisa disimpulkan karena faktor ada banyak,” ujarnya, Kamis (2/10).

Pamuda menyebutkan beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebab, di antaranya kualitas perencanaan, kualitas mutu baja, kualitas pelaksanaan, dan penggunaan bangunan.

“Saya kira empat faktor yang saya sebutkan itu, satu saja ada yang trouble, bisa ada kejadian yang tidak kita inginkan seperti ambruk. Bisa jadi semua ada yang trouble,” tuturnya.

Oleh karena itu, ia menekankan perlunya investigasi yang dilakukan oleh tim ahli di bidangnya yang memiliki sertifikasi khusus.

“Kompetensi SDM tim harus didukung dengan data yang valid. Dokumentasi baik dari data gedung menjadi vital. Data bangunan setelah kejadian kerusakan, bisa juga menjadi salah satu tantangan untuk menggali data,” ungkap dosen Teknik Sipil Petra Christian University (PCU) ini.

Untuk mempercepat proses evakuasi dan pencarian korban, BPBD Provinsi Jawa Timur telah mengerahkan alat berat berupa Excavator dan Crane ke lokasi kejadian.

Alat berat ini digunakan untuk mengangkat dan memindahkan puing-puing bangunan yang menutupi area.

Pamuda juga menyoroti pentingnya mempertimbangkan posisi korban yang terperangkap saat melakukan evakuasi.

“Saya melihat tergantung posisi mereka terperangkap. Kalau di antara dua plat beton, saat mengeruk dari bawah ketemu plat beton yang bawah juga sama saja menimbulkan bahaya,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menekankan aspek vital dalam evakuasi, yaitu ketersediaan oksigen dan air.

“Kalau waktunya sudah mepet dan molor saat evakuasi, perlu adanya oksigen dan air nomer satu. Jadi ventilasi perlu diperbanyak dan bagus karena untuk oksigen dan air untuk mengantisipasi dehidrasi korban yang masih hidup dan membutuhkan pertolongan,” pungkasnya. (ahm)

METROTODAY, SURABAYA – Ambruknya musala di Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny Buduran, Sidoarjo, yang menyebabkan ratusan santri terjebak dan beberapa di antaranya meninggal dunia, menjadi perhatian serius berbagai pihak.

Diduga kuat, penyebab ambruknya bangunan adalah struktur atap kayu yang tidak mampu menahan beban saat proses pengecoran berlangsung.

Pakar Struktur Bangunan Tahan Gempa, Dr. Pamuda Pudjisuryadi, S.T., M.Eng., (Foto: Istimewa)

Pakar Struktur Bangunan Tahan Gempa, Dr. Pamuda Pudjisuryadi, S.T., M.Eng., menekankan perlunya investigasi mendalam untuk mengungkap penyebab pasti kejadian ini.

“Yang pasti terlihat kolom beton patah karena dari puingnya terlihat balok dan platnya tertumpuk. Jadi titik yang terserang pada kolomnya, tapi belum bisa disimpulkan karena faktor ada banyak,” ujarnya, Kamis (2/10).

Pamuda menyebutkan beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebab, di antaranya kualitas perencanaan, kualitas mutu baja, kualitas pelaksanaan, dan penggunaan bangunan.

“Saya kira empat faktor yang saya sebutkan itu, satu saja ada yang trouble, bisa ada kejadian yang tidak kita inginkan seperti ambruk. Bisa jadi semua ada yang trouble,” tuturnya.

Oleh karena itu, ia menekankan perlunya investigasi yang dilakukan oleh tim ahli di bidangnya yang memiliki sertifikasi khusus.

“Kompetensi SDM tim harus didukung dengan data yang valid. Dokumentasi baik dari data gedung menjadi vital. Data bangunan setelah kejadian kerusakan, bisa juga menjadi salah satu tantangan untuk menggali data,” ungkap dosen Teknik Sipil Petra Christian University (PCU) ini.

Untuk mempercepat proses evakuasi dan pencarian korban, BPBD Provinsi Jawa Timur telah mengerahkan alat berat berupa Excavator dan Crane ke lokasi kejadian.

Alat berat ini digunakan untuk mengangkat dan memindahkan puing-puing bangunan yang menutupi area.

Pamuda juga menyoroti pentingnya mempertimbangkan posisi korban yang terperangkap saat melakukan evakuasi.

“Saya melihat tergantung posisi mereka terperangkap. Kalau di antara dua plat beton, saat mengeruk dari bawah ketemu plat beton yang bawah juga sama saja menimbulkan bahaya,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menekankan aspek vital dalam evakuasi, yaitu ketersediaan oksigen dan air.

“Kalau waktunya sudah mepet dan molor saat evakuasi, perlu adanya oksigen dan air nomer satu. Jadi ventilasi perlu diperbanyak dan bagus karena untuk oksigen dan air untuk mengantisipasi dehidrasi korban yang masih hidup dan membutuhkan pertolongan,” pungkasnya. (ahm)

Artikel Terkait

Pilihan Editor

Pilihan Editor

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait

/