METROTODAY, SIDOARJO – Ketergantungan pada impor pangan di Indonesia diperparah oleh perubahan iklim dan keterbatasan lahan pertanian. Hal itu mendorong warga Desa Kemantren, Tulangan, Sidoarjo untuk mengembangkan taman desa lahan terbatas dengan sistem hidroponik.
Upaya warga Desa Kemantren mendapat dukungan dari mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) yang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Terpadu (KKN-T). Mereka mengusung program Ketahanan Pangan pada Lahan Terbatas.
Sistem hidroponik dipilih karena efisien, hemat lahan, dan dapat menghasilkan produk pangan yang berkualitas tinggi. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memanfaatkan taman desa secara produktif, ramah lingkungan, serta mampu memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.
Di antara beberapa program kerja yang dicanangkan di Desa Kemantren, program ketahanan pangan merupakan program unggulan yang dinamakan sebagai Desa Qoryah Toyyibah. ”Salah satu cara dalam menerapkan Desa Qoryah Toyyibah adalah kolaborasi mahasiswa KKN dengan program yang berkelanjutan. Misal kegiatan hidroponik untuk ketahanan pangan harus terus-menerus dikembangkan,” ujar Dr. Suning, S.E, M.T., Ketua Pengurus Ranting Aisyiyah 1 perwakilan warga Desa Kemantren.
Panen sayuran pakcoy hidroponik pada 3 Agustus 2025 merupakan salah satu rangkaian program ketahanan pangan. Panen dilakukan secara hati-hati agar tanaman tetap segar dan kualitasnya terjaga. Setelah dipanen, pakcoy dikemas dengan menarik dan modern.
Mahasiswa KKN berinovasi dengan memberikan sentuhan baru berupa label atau logo pada kemasan yang berfungsi sebagai identitas produk lokal Desa Kemantren. Dengan adanya logo, produk hasil taman desa tersebut tidak hanya tampil lebih menarik dan profesional, tetapi juga memiliki nilai tambah. Dengan begitu, siap bersaing dengan produk serupa di pasaran.
”Labeling yang tepat berperan penting untuk meningkatkan nilai tambah produk. Dengan desain yang jelas, informatif, dan menarik, label mampu membangun kepercayaan konsumen serta memberikan peluang untuk menaikkan harga jual,” ujar Nur Aini Shofiya, Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) KKN-T.
Inovasi pengemasan dan pemberian logo membuat masyarakat semakin yakin bahwa hasil panen hidroponik tidak hanya bisa dikonsumsi sendiri. Lebih dari itu, produk dapat dipasarkan sehingga memberikan tambahan nilai ekonomi bagi desa.
Agar terus produktif, sebelum panen telah dilakukan pembibitan sayur pakcoy baru. Dengan begitu, lahan hidroponik siap untuk digunakan kembali selepas panen. Dengan adanya pembibitan baru, masyarakat Desa Kemantren diharapkan mampu menjaga siklus produksi pakcoy tetap berjalan. Hal itu sekaligus memberikan pelajaran berharga kepada warga tentang pentingnya regenerasi tanaman agar hasil yang diperoleh lebih konsisten, baik dari segi jumlah maupun kualitas.
Sebagai bentuk perawatan sarana budi daya, mahasiswa KKN juga melakukan perbaikan rangka instalasi hidroponik. Rangka kayu diganti dengan rangka besi agar lebih kuat, tahan lama, serta mampu menopang beban tanaman dan instalasi dengan lebih baik. Pergantian itu merupakan bentuk evaluasi dari penggunaan rangka sebelumnya yang kurang awet apabila terkena air secara terus-menerus. Dengan rangka besi, budi daya hidroponik diharapkan lebih kokoh dan berkelanjutan sehingga mampu mendukung produksi tanaman dalam jangka panjang. (red)