25.6 C
Surabaya
24 May 2025, 5:56 AM WIB

Sidak ke Produsen Tahu di Krian yang Pakai Bahan Bakar Limbah B3, Bupati Subandi Tawarkan Solusi Alternatif

METROTODAY, SIDOARJO – Bupati Sidoarjo Subandi melakukan sidak ke lokasi pabrik tahu di Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo, Minggu (18/5).

Di sana, Bupati meminta agar para pelaku UMKM tahu tidak menggunakan bahan bakar dari limbah B3 karena melanggar peraturan.

Jika pemakaian limbah B3 diteruskan, aparat hukum akan bertindak tegas dan usaha mereka bisa ditutup.

”Kami akan melindungi pengusaha UMKM agar usaha tahu ini bisa terus berjalan. Namun, kami juga minta komitmen para produsen tahu untuk tidak lagi memakai bahan bakar yang berbahaya ini,” kata Bupati Subandi di lokasi pabrik tahu tersebut.

Dalam kunjungannya, Bupati Subandi didampingi oleh Dandim 0816/Sidoarjo Letkol Dedyk Wahyu Widodo, Sekda Sidoarjo Fenny Apridawati, Kepala DLHK Sidoarjo Bahrul Amiq, Kapolsek Krian Kompol I Gede Putu Atma Giri, Kades Tropodo Haris Iswandi, dan beberapa pejabat lain.

Mereka mengunjungi dua UMKM produsen tahu baik yang memakai bahan bakar limbah B3 maupun bahan bakar alami dari kayu atau gas.

Bupati tidak ingin gara-gara memakai bahan bakar limbah berbahaya dan beracun (B3) ini, UMKM produsen tahu ditutup. Karena itu, perlu dipilah-pilah mana bahan bakar yang boleh digunakan dan mana yang tidak boleh.

Selain itu, Pemkab Sidoarjo bersama Pemprov Jatim menyiap alternatif solusi. Antara lain menggunakan bahan bakar kayu dan gas.

Untuk penggunaan bahan bakar gas, Bupati Subandi menyatakan dirinya telah berkomunikasi dengan Pemprov Jatim tentang skema pengadaan.

Biaya penyiapannya masing-masing ditanggung 50 persen oleh Pemprov Jatim dan 50 persen Pemkab Sidoarjo.

Untuk pemasangan pipa gas, akan lebih mudah bila ada pihak lain yang membantu dengan dana corporate social responsibility (CSR).

Perusahaan Gas Negara (PGN) dan pihak-pihak lain akan dipanggil untuk rapat bersama termasuk dengan Pemprov Jatim.

”Kami ingin membantu UMKM di Sidoarjo, termasuk UMKM tahu yang berada di Desa Tropodo. Perintah Pak Presiden, UMKM harus dibantu agar tetap bisa hidup dan berkembang,” ungkap Bupati Subandi.

Namun, solusi alternatif itu juga harus diikuti komitmen. Yakni komitmen dari seluruh UMKM di Sidoarjo agar tidak lagi menggunakan bahan bakar dari limbah B3.

UMKM lebih baik pakai kayu bakar atau gas elpiji yang mudah didapat. “Yang penting tidak lagi membakar plastik, karet, dan limbah B3 lain untuk produksi tahu. Karena itu sangat berbahaya bagi kesehatan dan melanggar hukum,” katanya.

Bagaimana kalau masih ada yang nekat memakai limbah B3? Bupati Subandi mengatakan dirinya sulit, bahkan tidak akan bisa lagi, melindungi.

Selain melanggar aturan, penggunaan limbah B3 ini sudah menjadi perhatian internasional karena  berbahaya bagi masyarakat sekitar.

Mereka yang masih melanggar akan menjalani proses hukum di kepolisian. Polresta Sidoarjo sudah mengingatkan hal itu.

”Kami tidak ingin itu terjadi. Pengusaha UMKM sampai dibawa kepolisian. Sampai tidak bisa pulang,” tegasnya.

Karena itu, dirinya menyempatkan langsung melihat dari dekat kondisi pabrik tahu di Desa Tropodo. Ia menyampaikan sosialisasi aturan dan berkomunikasi dengan semua pihak agar persoalan limbah B3 ini bisa diselesaikan dengan semua pihak bersama-sama berkomitmen.

Hingga Minggu (18/5), komitmen itu dijalankan dengan memilah-milah bahan bakar di tempat produksi.

Kesepakatan antara pengusaha UMKM tahu dan Pemerintah Desa Tropodo harus tetap dijalankan. Tidak lagi menggunakan bahan bakar limbah B3.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo juga telah mengangkut bahan bakar limbah B3 dengan truk.

”Saya minta Pak Kades juga membantu warganya,” tambah Bupati Subandi.

Kepala DLHK Sidoarjo Bahrul Amiq menjelaskan, limbah B3 yang dilarang digunakan untuk bahan bakar itu antara lain, karet, ban, sol sepatu dan sandal, busa, dan stereofoam. Itu benar-benar dilarang.

Menurut Bahrul Amiq, sebagian pengusaha UMKM tahu sudah meminimalkan pemakaian plastik untuk bahan bakar. Plastik sudah dicacah dan dikombinasikan dengan kayu bakar. Itu untuk sementara.

Ada pula yang benar-benar sudah memakai kayu bakar. Untuk proses produksi tahu yang siap dimakan, tidak boleh sama sekali menggunakan karet, plastik, dan sejenisnya yang berbahaya. (*)

METROTODAY, SIDOARJO – Bupati Sidoarjo Subandi melakukan sidak ke lokasi pabrik tahu di Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo, Minggu (18/5).

Di sana, Bupati meminta agar para pelaku UMKM tahu tidak menggunakan bahan bakar dari limbah B3 karena melanggar peraturan.

Jika pemakaian limbah B3 diteruskan, aparat hukum akan bertindak tegas dan usaha mereka bisa ditutup.

”Kami akan melindungi pengusaha UMKM agar usaha tahu ini bisa terus berjalan. Namun, kami juga minta komitmen para produsen tahu untuk tidak lagi memakai bahan bakar yang berbahaya ini,” kata Bupati Subandi di lokasi pabrik tahu tersebut.

Dalam kunjungannya, Bupati Subandi didampingi oleh Dandim 0816/Sidoarjo Letkol Dedyk Wahyu Widodo, Sekda Sidoarjo Fenny Apridawati, Kepala DLHK Sidoarjo Bahrul Amiq, Kapolsek Krian Kompol I Gede Putu Atma Giri, Kades Tropodo Haris Iswandi, dan beberapa pejabat lain.

Mereka mengunjungi dua UMKM produsen tahu baik yang memakai bahan bakar limbah B3 maupun bahan bakar alami dari kayu atau gas.

Bupati tidak ingin gara-gara memakai bahan bakar limbah berbahaya dan beracun (B3) ini, UMKM produsen tahu ditutup. Karena itu, perlu dipilah-pilah mana bahan bakar yang boleh digunakan dan mana yang tidak boleh.

Selain itu, Pemkab Sidoarjo bersama Pemprov Jatim menyiap alternatif solusi. Antara lain menggunakan bahan bakar kayu dan gas.

Untuk penggunaan bahan bakar gas, Bupati Subandi menyatakan dirinya telah berkomunikasi dengan Pemprov Jatim tentang skema pengadaan.

Biaya penyiapannya masing-masing ditanggung 50 persen oleh Pemprov Jatim dan 50 persen Pemkab Sidoarjo.

Untuk pemasangan pipa gas, akan lebih mudah bila ada pihak lain yang membantu dengan dana corporate social responsibility (CSR).

Perusahaan Gas Negara (PGN) dan pihak-pihak lain akan dipanggil untuk rapat bersama termasuk dengan Pemprov Jatim.

”Kami ingin membantu UMKM di Sidoarjo, termasuk UMKM tahu yang berada di Desa Tropodo. Perintah Pak Presiden, UMKM harus dibantu agar tetap bisa hidup dan berkembang,” ungkap Bupati Subandi.

Namun, solusi alternatif itu juga harus diikuti komitmen. Yakni komitmen dari seluruh UMKM di Sidoarjo agar tidak lagi menggunakan bahan bakar dari limbah B3.

UMKM lebih baik pakai kayu bakar atau gas elpiji yang mudah didapat. “Yang penting tidak lagi membakar plastik, karet, dan limbah B3 lain untuk produksi tahu. Karena itu sangat berbahaya bagi kesehatan dan melanggar hukum,” katanya.

Bagaimana kalau masih ada yang nekat memakai limbah B3? Bupati Subandi mengatakan dirinya sulit, bahkan tidak akan bisa lagi, melindungi.

Selain melanggar aturan, penggunaan limbah B3 ini sudah menjadi perhatian internasional karena  berbahaya bagi masyarakat sekitar.

Mereka yang masih melanggar akan menjalani proses hukum di kepolisian. Polresta Sidoarjo sudah mengingatkan hal itu.

”Kami tidak ingin itu terjadi. Pengusaha UMKM sampai dibawa kepolisian. Sampai tidak bisa pulang,” tegasnya.

Karena itu, dirinya menyempatkan langsung melihat dari dekat kondisi pabrik tahu di Desa Tropodo. Ia menyampaikan sosialisasi aturan dan berkomunikasi dengan semua pihak agar persoalan limbah B3 ini bisa diselesaikan dengan semua pihak bersama-sama berkomitmen.

Hingga Minggu (18/5), komitmen itu dijalankan dengan memilah-milah bahan bakar di tempat produksi.

Kesepakatan antara pengusaha UMKM tahu dan Pemerintah Desa Tropodo harus tetap dijalankan. Tidak lagi menggunakan bahan bakar limbah B3.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo juga telah mengangkut bahan bakar limbah B3 dengan truk.

”Saya minta Pak Kades juga membantu warganya,” tambah Bupati Subandi.

Kepala DLHK Sidoarjo Bahrul Amiq menjelaskan, limbah B3 yang dilarang digunakan untuk bahan bakar itu antara lain, karet, ban, sol sepatu dan sandal, busa, dan stereofoam. Itu benar-benar dilarang.

Menurut Bahrul Amiq, sebagian pengusaha UMKM tahu sudah meminimalkan pemakaian plastik untuk bahan bakar. Plastik sudah dicacah dan dikombinasikan dengan kayu bakar. Itu untuk sementara.

Ada pula yang benar-benar sudah memakai kayu bakar. Untuk proses produksi tahu yang siap dimakan, tidak boleh sama sekali menggunakan karet, plastik, dan sejenisnya yang berbahaya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait

/