METROTODAY, SIDOARJO – Indah Sumariati dengan telaten mencetak satu per satu adonan rempeyek pada irus atau sodet. Bagian ujung irus yang menyerupai mangkok lebih dulu dipanaskan pada wajan berisi minyak. Setelah diangkat, irus dilap dengan tisu, kemudian dicelupkan pada adonan.
Adonan yang menempel pada ujung irus kemudian digoreng. Setelah beberapa saat, adonan akan matang dan lepas dari ujung irus. Rempeyek yang telah matang lalu diangkat dan ditiriskan.
Proses tersebut dilakukan berulang-ulang hingga adonan habis. ”Memang butuh ketelatenan untuk membuat rempeyek mangkok,” tutur Indah, Rabu 27/8/2025).
Untuk satu resep rempeyek mangkok (sekitar ¼ kg tepung), Indah bisa menghabiskan waktu sekitar satu jam di depan penggorengan. Satu resep tersebut bisa untuk mengisi dua toples berbentuk silinder.

Indah menceritakan, awal mula mengembangkan usaha rempeyek mangkok tersebut dari menonton video memasak chef Rudy Choirudin di YouTube. Perempuan asal Nganjuk itu kemudian menjajal untuk membuat rempeyek mangkok. Namun, dia sedikit memodifikasi pada pemberian toping dan cara membuatnya.
”Memang lama membuatnya, tapi hasilnya bagus,” kata Indah. Karena itu, apabila ada pesanan dalam jumlah banyak, dia akan menyiapkan beberapa kompor. ”Biar cepat,” imbuh perempuan 52 tahun itu.
Usaha rempeyek mangkok itu dilakoni Indah sejak 2023. Dia menceritakan, lantaran bentuknya yang khas (menyerupai mangkok), dia sempat kesulitan untuk pengemasan (packaging). Indah bahkan sampai harus mencari-cari toplesnya terlebih dulu, baru kemudian membeli irus yang memiliki ukuran atau diameter sama.
Indah memberikan label produknya itu dengan brand Nggole’i. Filosofinya, dia ingin produk dari usahanya menjadi yang dicari orang. Selain rempeyek mangkok, Indah memiliki beberapa produk lain seperti minuman kunir asem dan sambel pecel.
Pendampingan dari Umsida
Keinginan Indah untuk mengembangkan usaha menemukan jalannya saat bertemu dengan tim dari Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) dalam sebuah kesempatan pelatihan. Indah menanyakan apakah bisa dibantu untuk UMKM-nya. Gayung bersambut, Umsida merespons positif. Pihak kampus kemudian mengajukan proposal kegiatan pemberdayaan berbasis masyarakat ke Kemdiktisaintek.
”Awalnya produk minuman, tapi kemudian yang disetujui untuk diajukan produk rempeyek mangkok,” terang Indah. Dia menambahkan, proposal diajukan pada Januari 2025 dan disetujui sekitar April-Mei 2025.
Direktur DRPM Umsida Sigit Hermawan menjelaskan, ada beberapa kegiatan pendampingan yang dilakukan. Di antaranya, pendampingan terkait keuangan, digital marketing, dan produksi.
Pendampingan pada Rabu (27/8/2025) yang dihadiri sejumlah warga undangan, misalnya, pelaku UMKM diajarkan bagaimana memahami konsep dasar HPP (harga pokok penjualan), mengetahui komponen biaya produksi, menghitung HPP per unit produk, hingga menentukan harga jual yang wajar dan menguntungkan.

Kemampuan menghitung HPP penting. Sebab, dengan begitu pelaku usaha agar dapat menentukan harga jual yang tepat. Selain itu, bisa mengukur efisiensi produksi, dan mengetahui margin keuntungan.
”Jangan sampai murah tapi nggak untung atau mahal tapi nggak laku. Jadi biar tepat harga,” tegas Sigit.
Wiwit Hariyanto dari Umsida selaku ketua pengusul pada program tersebut menambahkan, kemampuan pelaku UMKM menghitung keuangan nanti akan berkaitan dengan laporan keuangan. Jika suatu saat usaha menjadi berkembang dan memiliki NIB (nomor induk berusaha), maka akan ada kewajiban laporan pajak. ”Untuk itu harus ada laporan keuangan. Setidaknya untuk standar UMKM dulu. Laporan keuangan ini juga untuk akuntabilitas,” paparnya.
Sigit mengatakan, program pendampingan akan dilanjutkan. Bahkan, saat ini sedang disiapkan spinner yang akan membantu meniriskan minyak sehingga rempeyek akan lebih renyah dan tahan lama.
Indah mengaku pendampingan dari Umsida membuat produk rempeyek mangkok bisa berkembang. Dia juga mendapatkan akses untuk pemasaran yang lebih luas. (red)