14 December 2025, 5:27 AM WIB

Di Tengah Bencana Banjir, Mahasiswi Aceh di Surabaya Khawatir Keluarga dan Takut Gagal Ujian

METROTODAY, SURABAYA – Bukan hanya banjir yang melanda kampung halamannya di Bireuen Aceh, Nayla Firzatullah Azmi juga menghadapi badai dalam diri saat menjalani ujian semester kali ini.

Mahasiswi ITS jurusan Biologi semester 3 ini harus berjuang menyeimbangkan perasaan cemas akan keluarga yang terjebak banjir 3 meter dan hilang kontak 10 hari, dengan kebutuhan untuk fokus agar tidak gagal ujian.

Saat teman-temannya sibuk mengerjakan soal, Nayla seringkali merasa pikiran terbang ke kejadian di Aceh. Kesedihan dan kekhawatiran itu tak hanya dirasakannya, tapi juga banyak mahasiswa perantauan di Surabaya yang keluarga mereka terdampak bencana di Sumatra dan Aceh.

“Saat itu ayah saya sedang menginap di mess tempatnya bekerja, yang lokasinya cukup jauh dari rumah kita di Bireuen. Dia bekerja sebagai petani di situ,” ujarnya, Selasa (9/12).

Tanpa peringatan, banjir melanda dan membuat Nayla kehilangan kontak selama lebih dari seminggu.

“10 hari saya nggak ada kabar sama sekali. Pikiran saya cuma putus asa, nggak tahu harus bertanya kemana, tapi di saat yang sama, ujian udah dekat dan saya belum sempat belajar banyak,” tuturnya.

Kabar selamat ayahnya yang tiba melalui WhatsApp kemarin sempat membuat hatinya lega, tapi kebahagiaannya segera pudar karena ayahnya tidak bisa dihubungi lagi.

“Hati saya langsung lega ketika melihat pesan ayah yang bilang dia selamat. Ayah bilang awalnya banjir cuma 2 meter, tapi pas dia naik ke atap, udah jadi 3 meter. Sekarang dia udah dievakuasi ke pengungsian. Setelah itu, ayah saya lagi-lagi tak terhubungi. Keluarga lain selamat tapi rumah kena banjir saya balik lagi khawatir dan sulit fokus,” jelasnya.

Beruntung, kampus turut berperan menjadi penyangga. ITS memberikan fasilitas khusus bagi mahasiswa korban bencana, mulai dari pendampingan psikolog hingga pembebasan UKT sementara. Hal ini menjadi motivasi bagi Nayla yang takut gagal ujian karena kurang fokus.

“Jujur, selama ujian saya bingung banget karena khawatir ayah. Tapi setelah dapat kabar selamat dan fasilitas psikolog dari kampus, saya mulai bisa fokus lagi. Kalau nggak ada bantuannya, mungkin saya udah putus asa dan takut nggak lulus,” pungkasnya. (ahm)

METROTODAY, SURABAYA – Bukan hanya banjir yang melanda kampung halamannya di Bireuen Aceh, Nayla Firzatullah Azmi juga menghadapi badai dalam diri saat menjalani ujian semester kali ini.

Mahasiswi ITS jurusan Biologi semester 3 ini harus berjuang menyeimbangkan perasaan cemas akan keluarga yang terjebak banjir 3 meter dan hilang kontak 10 hari, dengan kebutuhan untuk fokus agar tidak gagal ujian.

Saat teman-temannya sibuk mengerjakan soal, Nayla seringkali merasa pikiran terbang ke kejadian di Aceh. Kesedihan dan kekhawatiran itu tak hanya dirasakannya, tapi juga banyak mahasiswa perantauan di Surabaya yang keluarga mereka terdampak bencana di Sumatra dan Aceh.

“Saat itu ayah saya sedang menginap di mess tempatnya bekerja, yang lokasinya cukup jauh dari rumah kita di Bireuen. Dia bekerja sebagai petani di situ,” ujarnya, Selasa (9/12).

Tanpa peringatan, banjir melanda dan membuat Nayla kehilangan kontak selama lebih dari seminggu.

“10 hari saya nggak ada kabar sama sekali. Pikiran saya cuma putus asa, nggak tahu harus bertanya kemana, tapi di saat yang sama, ujian udah dekat dan saya belum sempat belajar banyak,” tuturnya.

Kabar selamat ayahnya yang tiba melalui WhatsApp kemarin sempat membuat hatinya lega, tapi kebahagiaannya segera pudar karena ayahnya tidak bisa dihubungi lagi.

“Hati saya langsung lega ketika melihat pesan ayah yang bilang dia selamat. Ayah bilang awalnya banjir cuma 2 meter, tapi pas dia naik ke atap, udah jadi 3 meter. Sekarang dia udah dievakuasi ke pengungsian. Setelah itu, ayah saya lagi-lagi tak terhubungi. Keluarga lain selamat tapi rumah kena banjir saya balik lagi khawatir dan sulit fokus,” jelasnya.

Beruntung, kampus turut berperan menjadi penyangga. ITS memberikan fasilitas khusus bagi mahasiswa korban bencana, mulai dari pendampingan psikolog hingga pembebasan UKT sementara. Hal ini menjadi motivasi bagi Nayla yang takut gagal ujian karena kurang fokus.

“Jujur, selama ujian saya bingung banget karena khawatir ayah. Tapi setelah dapat kabar selamat dan fasilitas psikolog dari kampus, saya mulai bisa fokus lagi. Kalau nggak ada bantuannya, mungkin saya udah putus asa dan takut nggak lulus,” pungkasnya. (ahm)

Artikel Terkait

Pilihan Editor

Pilihan Editor

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait