14 December 2025, 8:51 AM WIB

Wamendiktisaintek Dorong Perguruan Tinggi Buat Kurikulum dan Lahirkan Lulusan Spesifik yang Dibutuhkan Industri

METROTODAY, SURABAYA – Transformasi pendidikan tinggi menuju kampus adaptif, kolaboratif, dan berdampak menjadi diskusi para akademisi dan stakeholder di Konferensi Puncak Perguruan Tinggi Indonesia (KPPTI) di Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Kamis (20/11).

Wamendiktisaintek Prof. Fauzan saat diwawancara awak media di Konferensi Puncak Perguruan Tinggi Indonesia (KPPTI) di Universitas Negeri Surabaya (Unesa). (Foto: Ahmad/METROTODAY)

Perguruan tinggi diminta harus adaptasi dalam mengikuti perubahan terutama dalam membuat kurikulum.

Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Prof. Fauzan mengatakan bahwa kerangka berpikir Perguruan Tinggi menjadi pilar utama untuk membangun peradaban yang lebih baik.

“Karena menjadi pilar strategis dalam membangun peradaban maka perguruan tinggi harus adaptif, artinya tata kelola dalam menjalankan kehidupan ini harus selalu berorientasi pada perubahan tuntutan perubahan atau dinamika masyarakat,” kata Prof. Fauzan.

Ia juga menjelaskan bahwa pembelajaran yang adaptif harus didukung dengan kurikulum yang adaptif pula. Desain kurikulum harus menjawab persoalan dan memiliki sensitivitas terhadap dinamika kehidupan sosial.

“Ini kan dinamika kehidupan sosial telah mengalami perubahan karena dinamika dulu ketika lapangan pekerjaan mencari SDM hal yang bersifat generik bisa dimaklumi. Sekarang SDM mencari lapangan pekerjaan, SDM yang memerlukan lapangan pekerjaan. Karena SDM yang mencari satu sisi tuntutan dunia industri spesifikasi,” jelasnya.

Dengan demikian menurutnya tidak mustahil lulusan perguruan tinggi hanya siap di training bukan siap bekerja. Siap di training untuk bisa kerja.

“Kalau melihat fenomena ini Perguruan tinggi harus mendesain menyiapkan kompetensi spesifikasi dengan berbagai cara inovasi,” imbuhnya.

Prof. Fauzan mencontohkan, jurusan perikanan harus didesain agar lulusannya memiliki spesifikasi keahlian yang dibutuhkan industri.

“Sehingga disitu ada peminatan atau class profesional. Ini dalam rangka mengantarkan spesifikasi. Sehingga mahasiswa lulusan dari kuliah punya alat yang efektif mengatasi obyek diperlukan oleh industri,” pungkasnya. (ahm)

METROTODAY, SURABAYA – Transformasi pendidikan tinggi menuju kampus adaptif, kolaboratif, dan berdampak menjadi diskusi para akademisi dan stakeholder di Konferensi Puncak Perguruan Tinggi Indonesia (KPPTI) di Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Kamis (20/11).

Wamendiktisaintek Prof. Fauzan saat diwawancara awak media di Konferensi Puncak Perguruan Tinggi Indonesia (KPPTI) di Universitas Negeri Surabaya (Unesa). (Foto: Ahmad/METROTODAY)

Perguruan tinggi diminta harus adaptasi dalam mengikuti perubahan terutama dalam membuat kurikulum.

Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Prof. Fauzan mengatakan bahwa kerangka berpikir Perguruan Tinggi menjadi pilar utama untuk membangun peradaban yang lebih baik.

“Karena menjadi pilar strategis dalam membangun peradaban maka perguruan tinggi harus adaptif, artinya tata kelola dalam menjalankan kehidupan ini harus selalu berorientasi pada perubahan tuntutan perubahan atau dinamika masyarakat,” kata Prof. Fauzan.

Ia juga menjelaskan bahwa pembelajaran yang adaptif harus didukung dengan kurikulum yang adaptif pula. Desain kurikulum harus menjawab persoalan dan memiliki sensitivitas terhadap dinamika kehidupan sosial.

“Ini kan dinamika kehidupan sosial telah mengalami perubahan karena dinamika dulu ketika lapangan pekerjaan mencari SDM hal yang bersifat generik bisa dimaklumi. Sekarang SDM mencari lapangan pekerjaan, SDM yang memerlukan lapangan pekerjaan. Karena SDM yang mencari satu sisi tuntutan dunia industri spesifikasi,” jelasnya.

Dengan demikian menurutnya tidak mustahil lulusan perguruan tinggi hanya siap di training bukan siap bekerja. Siap di training untuk bisa kerja.

“Kalau melihat fenomena ini Perguruan tinggi harus mendesain menyiapkan kompetensi spesifikasi dengan berbagai cara inovasi,” imbuhnya.

Prof. Fauzan mencontohkan, jurusan perikanan harus didesain agar lulusannya memiliki spesifikasi keahlian yang dibutuhkan industri.

“Sehingga disitu ada peminatan atau class profesional. Ini dalam rangka mengantarkan spesifikasi. Sehingga mahasiswa lulusan dari kuliah punya alat yang efektif mengatasi obyek diperlukan oleh industri,” pungkasnya. (ahm)

Artikel Terkait

Pilihan Editor

Pilihan Editor

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait