14 December 2025, 15:30 PM WIB

Varian Baru Mpox Clade 1b Merebak di 42 Negara, WHO Keluarkan Peringatan Global

METROTODAY, SIDOARJO – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan peringatan global setelah varian baru virus Mpox Clade 1b atau cacar monyet dilaporkan menyebar cepat di 42 negara di dunia.

Varian ini disebut lebih menular dan berpotensi menyebabkan gejala lebih berat dibandingkan dengan varian sebelumnya, Clade 2.

WHO pun mengimbau seluruh negara untuk memperketat pengawasan epidemiologis dan mempercepat distribusi vaksin pencegahan.

Dalam konferensi pers, Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan bahwa situasi Mpox saat ini tidak bisa dianggap remeh.

“Kami mencatat peningkatan signifikan kasus Mpox di berbagai wilayah, terutama di Afrika, Eropa, dan Amerika Selatan. Varian Clade 1b menunjukkan kemampuan penularan yang lebih cepat dan tingkat keparahan lebih tinggi dibandingkan Clade 2,” ujarnya.

Varian Baru Lebih Cepat Menular dan Sebabkan Gejala Berat

Menurut laporan WHO, hingga pertengahan Oktober 2025 telah tercatat lebih dari 12.000 kasus aktif Mpox Clade 1b di seluruh dunia. Sebagian besar kasus ditemukan di negara-negara Afrika Tengah seperti Kongo dan Nigeria, namun penularan lintas negara telah terdeteksi hingga ke wilayah Amerika Utara, Eropa, dan Asia Tenggara.

Varian Clade 1b merupakan hasil mutasi dari Clade 1, yang sebelumnya hanya terbatas di wilayah Afrika. Namun, peningkatan mobilitas global dan lemahnya pengawasan kesehatan di beberapa negara menyebabkan penyebarannya meluas secara cepat.

Gejala yang ditimbulkan oleh varian Clade 1b relatif lebih berat dibandingkan varian sebelumnya. Pasien mengalami demam tinggi, nyeri sendi ekstrem, pembengkakan kelenjar getah bening, dan ruam kulit yang lebih menyebar serta lama mengeringnya.

Dalam beberapa kasus, pasien juga dilaporkan mengalami komplikasi infeksi sekunder dan dehidrasi berat.

Para ahli epidemiologi menilai, tingkat kematian akibat Clade 1b berada pada kisaran 3–6 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan varian Mpox yang merebak pada tahun 2022 lalu, yaitu sekitar 0,2 persen.

WHO Imbau Negara Perkuat Vaksinasi dan Deteksi Dini

WHO menegaskan bahwa upaya vaksinasi massal masih menjadi langkah paling efektif untuk menekan penyebaran varian baru ini.

Negara-negara yang memiliki stok vaksin Mpox diminta segera memperluas cakupan vaksinasi, terutama pada kelompok berisiko tinggi seperti tenaga kesehatan, pria yang berhubungan seks dengan pria (MSM), dan individu dengan sistem imun lemah.

Selain itu, WHO juga mendesak negara-negara anggota agar memperkuat sistem pelaporan dan pelacakan kontak kasus, mengingat banyak kasus ditemukan terlambat akibat kurangnya deteksi dini.

“Kita harus bertindak cepat. Keterlambatan respons akan membuka peluang bagi varian ini untuk semakin kuat dan menyebar lebih luas,” tambah Tedros.

Di Indonesia sendiri, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan telah memperketat pengawasan pintu masuk di bandara internasional.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Murti Utami menegaskan bahwa hingga saat ini belum ditemukan kasus Clade 1b di Indonesia, namun masyarakat tetap diminta waspada terhadap gejala mencurigakan.

“Mpox bukan penyakit yang bisa dianggap sepele. Masyarakat perlu segera memeriksakan diri jika mengalami ruam kulit tidak biasa disertai demam atau pembengkakan kelenjar,” ujarnya.

Dengan kondisi ini, WHO kembali menegaskan pentingnya kerja sama global antarnegara untuk memutus rantai penyebaran. Langkah-langkah pencegahan sederhana seperti menjaga kebersihan diri, menghindari kontak langsung dengan hewan liar, dan membatasi aktivitas seksual berisiko menjadi kunci utama untuk menekan angka infeksi. (elfira/red)

METROTODAY, SIDOARJO – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan peringatan global setelah varian baru virus Mpox Clade 1b atau cacar monyet dilaporkan menyebar cepat di 42 negara di dunia.

Varian ini disebut lebih menular dan berpotensi menyebabkan gejala lebih berat dibandingkan dengan varian sebelumnya, Clade 2.

WHO pun mengimbau seluruh negara untuk memperketat pengawasan epidemiologis dan mempercepat distribusi vaksin pencegahan.

Dalam konferensi pers, Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan bahwa situasi Mpox saat ini tidak bisa dianggap remeh.

“Kami mencatat peningkatan signifikan kasus Mpox di berbagai wilayah, terutama di Afrika, Eropa, dan Amerika Selatan. Varian Clade 1b menunjukkan kemampuan penularan yang lebih cepat dan tingkat keparahan lebih tinggi dibandingkan Clade 2,” ujarnya.

Varian Baru Lebih Cepat Menular dan Sebabkan Gejala Berat

Menurut laporan WHO, hingga pertengahan Oktober 2025 telah tercatat lebih dari 12.000 kasus aktif Mpox Clade 1b di seluruh dunia. Sebagian besar kasus ditemukan di negara-negara Afrika Tengah seperti Kongo dan Nigeria, namun penularan lintas negara telah terdeteksi hingga ke wilayah Amerika Utara, Eropa, dan Asia Tenggara.

Varian Clade 1b merupakan hasil mutasi dari Clade 1, yang sebelumnya hanya terbatas di wilayah Afrika. Namun, peningkatan mobilitas global dan lemahnya pengawasan kesehatan di beberapa negara menyebabkan penyebarannya meluas secara cepat.

Gejala yang ditimbulkan oleh varian Clade 1b relatif lebih berat dibandingkan varian sebelumnya. Pasien mengalami demam tinggi, nyeri sendi ekstrem, pembengkakan kelenjar getah bening, dan ruam kulit yang lebih menyebar serta lama mengeringnya.

Dalam beberapa kasus, pasien juga dilaporkan mengalami komplikasi infeksi sekunder dan dehidrasi berat.

Para ahli epidemiologi menilai, tingkat kematian akibat Clade 1b berada pada kisaran 3–6 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan varian Mpox yang merebak pada tahun 2022 lalu, yaitu sekitar 0,2 persen.

WHO Imbau Negara Perkuat Vaksinasi dan Deteksi Dini

WHO menegaskan bahwa upaya vaksinasi massal masih menjadi langkah paling efektif untuk menekan penyebaran varian baru ini.

Negara-negara yang memiliki stok vaksin Mpox diminta segera memperluas cakupan vaksinasi, terutama pada kelompok berisiko tinggi seperti tenaga kesehatan, pria yang berhubungan seks dengan pria (MSM), dan individu dengan sistem imun lemah.

Selain itu, WHO juga mendesak negara-negara anggota agar memperkuat sistem pelaporan dan pelacakan kontak kasus, mengingat banyak kasus ditemukan terlambat akibat kurangnya deteksi dini.

“Kita harus bertindak cepat. Keterlambatan respons akan membuka peluang bagi varian ini untuk semakin kuat dan menyebar lebih luas,” tambah Tedros.

Di Indonesia sendiri, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan telah memperketat pengawasan pintu masuk di bandara internasional.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Murti Utami menegaskan bahwa hingga saat ini belum ditemukan kasus Clade 1b di Indonesia, namun masyarakat tetap diminta waspada terhadap gejala mencurigakan.

“Mpox bukan penyakit yang bisa dianggap sepele. Masyarakat perlu segera memeriksakan diri jika mengalami ruam kulit tidak biasa disertai demam atau pembengkakan kelenjar,” ujarnya.

Dengan kondisi ini, WHO kembali menegaskan pentingnya kerja sama global antarnegara untuk memutus rantai penyebaran. Langkah-langkah pencegahan sederhana seperti menjaga kebersihan diri, menghindari kontak langsung dengan hewan liar, dan membatasi aktivitas seksual berisiko menjadi kunci utama untuk menekan angka infeksi. (elfira/red)

Artikel Terkait

Pilihan Editor

Pilihan Editor

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait