4 November 2025, 5:44 AM WIB

Peringatan 97 Tahun Indonesia Raya di Surabaya Jadi Momentum Melestarikan 3 Stanza Lagu Kebangsaan di Seluruh Indonesia

METROTODAY, SURABAYA – Peringatan 97 tahun lagu kebangsaan Indonesia Raya digelar di makam pencipta lagu tersebut, Wage Rudolf (WR) Soepratman di Surabaya Selasa (28/10) sore. Acara berlangsung khidmat di tengah rintik gerimis, dengan doa lintas agama dan tabur bunga di pusara WR. Soepratman.

Momentum ini menandai dimulainya kembali pengumandangan lagu Indonesia Raya secara penuh, dengan 3 stanza (bait), berbeda dari kebiasaan selama ini yang hanya menyanyikan 1 stanza.

Budi Harry, cucu dari Gijem Soepratinah adik WR. Soepratman, menyampaikan rasa terima kasih keluarga atas inisiatif untuk tidak melupakan lagu Indonesia Raya 3 stanza.

“Sebagai keluarga, tentunya kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah berinisiatif, terutama generasi penerus, untuk tidak melupakan lagu Indonesia Raya yang 3 stanza, yang memang diciptakan oleh WR. Soepratman. Karena lagu Indonesia Raya adalah doa terkait rakyat Indonesia untuk merdeka pada waktu itu,” ujarnya.

Ia juga berharap agar peringatan 97 tahun ini menjadi momentum untuk melestarikan pengumandangan 3 stanza di seluruh Indonesia, menyambut 100 tahun lagu Indonesia Raya.

Tabur bunga di makam WR Supratman di kompleks pemakaman Kenjeran Surabaya. (Foto: Istimewa)

“Harapannya, pada 97 tahun ini, kegiatan seperti ini bisa melestarikan 3 Stanza, bisa bergema di seluruh Indonesia, ikut serentak menuju 100 tahun bisa dikumandangkan lagu Indonesia Raya pertama kali. Saat waktunya saat ini dimulai,” tutur pria yang juga Ketua Yayasan WR Soepratman ini.

Budi Harry berharap pemerintah dapat mempertimbangkan penggunaan stanza 3 yang dianggap lebih relevan dengan zaman sekarang, dibandingkan stanza pertama yang mencerminkan semangat perjuangan kemerdekaan.

Ketua Panitia Peringatan 97 Tahun Indonesia Raya dan Sumpah Pemuda, Rudy Mintarto, menjelaskan bahwa peringatan ini bertujuan untuk mengingatkan generasi muda akan karya WR. Soepratman. Terutama pada lagu Indonesia Raya 3 Stanza.

“Peringatan 97 tahun lagu Indonesia Raya dan Sumpah Pemuda untuk mengingatkan kembali kepada generasi muda bahwa karya WR. Soepratman untuk Indonesia Raya 3 stanza, selama ini hanya satu stanza saja yang dinyanyikan,” tutur Rudy.

Ia mencontohkan jika menyanyikan lagu Indonesia Raya 1 stanza ibarat membacakan pancasila tapi tidak lengkap.

“Kita harusnya malu menyanyikan lagu satu stanza, sedangkan kedua dan ketiga sama dengan Pancasila kalau ada 5 sila, tapi kita  ngomong tiga kita mau gimana. Kan tidak lengkap. Itu yang membuat Indonesia tidak baik-baik saja hingga sekarang,” tegasnya.

Rudy juga menambahkan menyanyikan lagu Indonesia Raya 3 stanza saat ini harus dimulai apalagi menuju harapan 1 abad. Kalau tidak mulai sekarang kapan lagi. Semakin lupa generasi muda mendatang dengan adanya lagu Indonesia Raya 3 Stanza.

“Harapannya pemerintah bisa menyanyikan Indonesia Raya lengkap 3 stanza. Kalau dipotong tidak utama. Sayang kita punya karya begitu besar di seluruh dunia tapi cuma sepotong dinyanyikan,” harapnya.

Acara ini juga menampilkan teatrikal prosesi Sumpah Pemuda, yang mengingatkan bahwa lagu Indonesia Raya pertama kali dinyatakan dan tidak bisa dipisahkan dari peristiwa Sumpah Pemuda. “Tahun 1928 Indonesia belum merdeka kita seperti yakin Indonesia merdeka,” imbuhnya.

Sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mewajibkan upacara bendera di sekolah-sekolah untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya 3 stanza, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2018 tentang Pedoman Upacara Bendera di Sekolah. (ahm)

METROTODAY, SURABAYA – Peringatan 97 tahun lagu kebangsaan Indonesia Raya digelar di makam pencipta lagu tersebut, Wage Rudolf (WR) Soepratman di Surabaya Selasa (28/10) sore. Acara berlangsung khidmat di tengah rintik gerimis, dengan doa lintas agama dan tabur bunga di pusara WR. Soepratman.

Momentum ini menandai dimulainya kembali pengumandangan lagu Indonesia Raya secara penuh, dengan 3 stanza (bait), berbeda dari kebiasaan selama ini yang hanya menyanyikan 1 stanza.

Budi Harry, cucu dari Gijem Soepratinah adik WR. Soepratman, menyampaikan rasa terima kasih keluarga atas inisiatif untuk tidak melupakan lagu Indonesia Raya 3 stanza.

“Sebagai keluarga, tentunya kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah berinisiatif, terutama generasi penerus, untuk tidak melupakan lagu Indonesia Raya yang 3 stanza, yang memang diciptakan oleh WR. Soepratman. Karena lagu Indonesia Raya adalah doa terkait rakyat Indonesia untuk merdeka pada waktu itu,” ujarnya.

Ia juga berharap agar peringatan 97 tahun ini menjadi momentum untuk melestarikan pengumandangan 3 stanza di seluruh Indonesia, menyambut 100 tahun lagu Indonesia Raya.

Tabur bunga di makam WR Supratman di kompleks pemakaman Kenjeran Surabaya. (Foto: Istimewa)

“Harapannya, pada 97 tahun ini, kegiatan seperti ini bisa melestarikan 3 Stanza, bisa bergema di seluruh Indonesia, ikut serentak menuju 100 tahun bisa dikumandangkan lagu Indonesia Raya pertama kali. Saat waktunya saat ini dimulai,” tutur pria yang juga Ketua Yayasan WR Soepratman ini.

Budi Harry berharap pemerintah dapat mempertimbangkan penggunaan stanza 3 yang dianggap lebih relevan dengan zaman sekarang, dibandingkan stanza pertama yang mencerminkan semangat perjuangan kemerdekaan.

Ketua Panitia Peringatan 97 Tahun Indonesia Raya dan Sumpah Pemuda, Rudy Mintarto, menjelaskan bahwa peringatan ini bertujuan untuk mengingatkan generasi muda akan karya WR. Soepratman. Terutama pada lagu Indonesia Raya 3 Stanza.

“Peringatan 97 tahun lagu Indonesia Raya dan Sumpah Pemuda untuk mengingatkan kembali kepada generasi muda bahwa karya WR. Soepratman untuk Indonesia Raya 3 stanza, selama ini hanya satu stanza saja yang dinyanyikan,” tutur Rudy.

Ia mencontohkan jika menyanyikan lagu Indonesia Raya 1 stanza ibarat membacakan pancasila tapi tidak lengkap.

“Kita harusnya malu menyanyikan lagu satu stanza, sedangkan kedua dan ketiga sama dengan Pancasila kalau ada 5 sila, tapi kita  ngomong tiga kita mau gimana. Kan tidak lengkap. Itu yang membuat Indonesia tidak baik-baik saja hingga sekarang,” tegasnya.

Rudy juga menambahkan menyanyikan lagu Indonesia Raya 3 stanza saat ini harus dimulai apalagi menuju harapan 1 abad. Kalau tidak mulai sekarang kapan lagi. Semakin lupa generasi muda mendatang dengan adanya lagu Indonesia Raya 3 Stanza.

“Harapannya pemerintah bisa menyanyikan Indonesia Raya lengkap 3 stanza. Kalau dipotong tidak utama. Sayang kita punya karya begitu besar di seluruh dunia tapi cuma sepotong dinyanyikan,” harapnya.

Acara ini juga menampilkan teatrikal prosesi Sumpah Pemuda, yang mengingatkan bahwa lagu Indonesia Raya pertama kali dinyatakan dan tidak bisa dipisahkan dari peristiwa Sumpah Pemuda. “Tahun 1928 Indonesia belum merdeka kita seperti yakin Indonesia merdeka,” imbuhnya.

Sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mewajibkan upacara bendera di sekolah-sekolah untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya 3 stanza, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2018 tentang Pedoman Upacara Bendera di Sekolah. (ahm)

Artikel Terkait

Pilihan Editor

Pilihan Editor

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait

/