14 September 2025, 14:39 PM WIB

ITS Gandeng TNI AL Kembangkan Teknologi Bawah Laut Indonesia

METROTODAY, SURABAYA – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan komitmennya dalam mendukung kemandirian maritim Indonesia.

Bersama TNI Angkatan Laut, ITS siap terlibat aktif dalam riset, inovasi, dan penyiapan SDM unggul untuk memperkuat teknologi bawah air tanah air.

Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Muhammad Ali menegaskan bahwa kemajuan teknologi maritim merupakan kebutuhan mendesak bagi Indonesia.

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki posisi geografis strategis di persimpangan dua benua dan dua samudra.

Tak tanggung-tanggung, 40 persen perdagangan dunia melintasi perairan Nusantara.

Jajaran pimpinan TNI AL dan ITS bersama para peserta seminar nasional Teknologi Bawah Air Masa Depan dalam Pertahanan Maritim Indonesia di Auditorium Research Center ITS. (Foto: Istimewa)

“Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar, kemajuan di dunia industri maupun teknologi maritim sangat krusial untuk melindungi laut Indonesia,” ujar Ali, Minggu (14/9).

Mantan Komandan Kapal Selam Type-209 itu juga mengingatkan ancaman maritim di masa depan yang semakin kompleks.

Mulai dari ancaman militer seperti invasi dan sabotase bawah laut, ancaman non-militer seperti perompakan, penyelundupan, dan bencana alam, hingga ancaman hibrida berupa serangan siber dan perang informasi.

Saat ini, Indonesia hanya memiliki empat kapal selam aktif. Jumlah tersebut dianggap belum cukup.

Karena itu, TNI AL menargetkan pembangunan 12 kapal selam modern pada 2044 yang dilengkapi baterai lithium-ion, sistem persenjataan mutakhir, hingga kapal selam nirawak.

“Targetnya, Indonesia dapat memiliki 12 kapal selam pada 2044 demi menjangkau seluruh laut di setiap pulaunya,” tegas Ali.

Menanggapi hal tersebut, Rektor ITS Prof. Bambang Pramujati menyatakan kesiapan kampus teknologi itu untuk bersinergi. ITS akan berkontribusi melalui riset, pengembangan teknologi, hingga penyediaan SDM unggul di bidang kelautan.

“ITS siap berkontribusi tidak hanya melalui riset dan pengembangan teknologi, tetapi juga dengan menyiapkan sumber daya manusia unggul di bidang kelautan dan kemaritiman,” tutur Prof. Bambang yang akrab disapa Pak Bepe.

ITS bahkan sedang menyiapkan pusat klaster maritim yang menjadi wadah hilirisasi inovasi mahasiswa di bidang kemaritiman.

Sinergi dengan industri dan pemerintah, termasuk PT PAL dan TNI AL, juga akan diperkuat. Tujuannya: kemandirian Indonesia dalam teknologi bawah air menuju visi Indonesia Emas 2045.

Guru Besar Departemen Teknik Mesin ITS itu juga menegaskan bahwa seminar maritim ini bukan sekadar forum diskusi. Melainkan pijakan untuk kerja sama strategis jangka panjang.

“ITS siap berkontribusi kepada bangsa lewat mitra strategis bersama Angkatan Laut dalam mewujudkan kemandirian teknologi maritim,” pungkasnya. (ahm)

METROTODAY, SURABAYA – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menegaskan komitmennya dalam mendukung kemandirian maritim Indonesia.

Bersama TNI Angkatan Laut, ITS siap terlibat aktif dalam riset, inovasi, dan penyiapan SDM unggul untuk memperkuat teknologi bawah air tanah air.

Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Muhammad Ali menegaskan bahwa kemajuan teknologi maritim merupakan kebutuhan mendesak bagi Indonesia.

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki posisi geografis strategis di persimpangan dua benua dan dua samudra.

Tak tanggung-tanggung, 40 persen perdagangan dunia melintasi perairan Nusantara.

Jajaran pimpinan TNI AL dan ITS bersama para peserta seminar nasional Teknologi Bawah Air Masa Depan dalam Pertahanan Maritim Indonesia di Auditorium Research Center ITS. (Foto: Istimewa)

“Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar, kemajuan di dunia industri maupun teknologi maritim sangat krusial untuk melindungi laut Indonesia,” ujar Ali, Minggu (14/9).

Mantan Komandan Kapal Selam Type-209 itu juga mengingatkan ancaman maritim di masa depan yang semakin kompleks.

Mulai dari ancaman militer seperti invasi dan sabotase bawah laut, ancaman non-militer seperti perompakan, penyelundupan, dan bencana alam, hingga ancaman hibrida berupa serangan siber dan perang informasi.

Saat ini, Indonesia hanya memiliki empat kapal selam aktif. Jumlah tersebut dianggap belum cukup.

Karena itu, TNI AL menargetkan pembangunan 12 kapal selam modern pada 2044 yang dilengkapi baterai lithium-ion, sistem persenjataan mutakhir, hingga kapal selam nirawak.

“Targetnya, Indonesia dapat memiliki 12 kapal selam pada 2044 demi menjangkau seluruh laut di setiap pulaunya,” tegas Ali.

Menanggapi hal tersebut, Rektor ITS Prof. Bambang Pramujati menyatakan kesiapan kampus teknologi itu untuk bersinergi. ITS akan berkontribusi melalui riset, pengembangan teknologi, hingga penyediaan SDM unggul di bidang kelautan.

“ITS siap berkontribusi tidak hanya melalui riset dan pengembangan teknologi, tetapi juga dengan menyiapkan sumber daya manusia unggul di bidang kelautan dan kemaritiman,” tutur Prof. Bambang yang akrab disapa Pak Bepe.

ITS bahkan sedang menyiapkan pusat klaster maritim yang menjadi wadah hilirisasi inovasi mahasiswa di bidang kemaritiman.

Sinergi dengan industri dan pemerintah, termasuk PT PAL dan TNI AL, juga akan diperkuat. Tujuannya: kemandirian Indonesia dalam teknologi bawah air menuju visi Indonesia Emas 2045.

Guru Besar Departemen Teknik Mesin ITS itu juga menegaskan bahwa seminar maritim ini bukan sekadar forum diskusi. Melainkan pijakan untuk kerja sama strategis jangka panjang.

“ITS siap berkontribusi kepada bangsa lewat mitra strategis bersama Angkatan Laut dalam mewujudkan kemandirian teknologi maritim,” pungkasnya. (ahm)

Artikel Terkait

Pilihan Editor

Pilihan Editor

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait

/