METROTODAY, JAKARTA – Sejak dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia ke-8 pada 20 Oktober 2024, Prabowo Subianto kerap membawa serta kucing kesayangannya, Bobby Kertanegara, ke Istana Merdeka dan dalam sejumlah acara resmi kenegaraan.
Tak hanya itu, Bobby juga tampil dalam unggahan media sosial Presiden Prabowo, bahkan memiliki akun Instagram tersendiri @bobbykertanegara dengan lebih dari satu juta follower (pengikut).
Kehadiran Bobby menjadi pertanyaan tersendiri. Apakah kehadiran Bobby adalah bentuk ekspresi kasih sayang pribadi sang Presiden, atau strategi komunikasi politik dalam era politainment?
Bobby merupakan seekor kucing domestik yang diadopsi Prabowo sejak 2017 dari jalanan di sekitar Jalan Kertanegara IV, namun kini menjadi bagian tak terpisahkan dari citra kepemimpinan Prabowo.
Dalam setiap penampilannya, baik ketika menyambut tamu negara seperti Duta Besar China maupun sekadar berjalan di istana, Bobby tampil seolah menjadi simbol kepribadian Prabowo yang lembut, hangat, dan penuh empati.
Sisi yang mungkin ingin ditonjolkan dari sosok presiden yang sebelumnya dikenal dengan citra tegas dan militeristik yang melekat pada diri Prabowo sebelumnya, sebagai mantan Danjen Kopassus dan Menteri Pertahanan di era Presiden Joko Widodo.
Fenomena ini dapat dikaji melalui lensa politisasi kehidupan personal dan personal branding dalam politik.
Menurut Stanyer (2013) dalam “Intimate Politics: Publicity, Privacy and the Personal Lives of Politicians in the Media Age”, media modern mendorong politisi untuk mengekspos sisi pribadi mereka guna menjalin kedekatan emosional dengan pemilih.
Kehadiran hewan peliharaan menjadi salah satu cara untuk menampilkan sisi emosional dan relatable dari seorang pemimpin.
Gambar atau narasi yang melibatkan hewan peliharaan dalam kampanye politik dapat meningkatkan likability dan persepsi positif publik terhadap politisi. Maka tak heran jika adanya hewan peliharaan menjadi salah satu pemantik simpati publik.
Mengapa hewan peliharaan menjadi gimmick politik yang efektif?
1. Menciptakan Citra Humanis dan Akrab
Hewan peliharaan diasosiasikan dengan sifat penyayang dan empatik. Pejabat yang tampil bersama hewan tampak lebih membumi dan hangat, mengikis stereotip pejabat kaku dan berjarak.
2. Strategi Soft Power dan Storytelling
Hewan menjadi alat bercerita yang kuat. Seolah membangun narasi seperti “saya menyelamatkan kucing ini” atau “anjing ini menemani saya sejak belum menjabat” memperkuat kedekatan emosional dengan publik.
3. Konten Viral dan Engagement Tinggi
Di media sosial, unggahan dengan hewan peliharaan cenderung viral. Konten semacam ini dianggap lucu, ringan, dan relatable, serta menarik simpati dan perhatian dari berbagai kalangan. Dimana, dalam hal ini Bobby adalah kucing yang merupakan salah satu hewan populer.
4. Mengalihkan Isu atau Menenangkan Suasana
Di tengah kontroversi politik, konten tentang hewan bisa menjadi pengalih isu yang efektif dan menciptakan suasana yang lebih adem di ruang publik.
5. Konsistensi Personal Branding
Jika dilakukan secara konsisten, hewan peliharaan menjadi bagian dari identitas politik. Di luar negeri, Joe Biden kerap tampil dengan anjingnya. Di Indonesia, Jokowi dikenal dengan hobi burung kicau. Bobby bisa jadi alat identifikasi baru yang membedakan Prabowo dengan presiden sebelumnya.
Konsep ini selaras dengan istilah “politainment”, gabungan dari politik dan hiburan. Dalam konteks ini, Bobby bukan sekadar kucing, tetapi menjadi elemen komunikasi visual yang membungkus pesan politik dalam bentuk yang lebih ringan dan menghibur.
Sebagaimana dijelaskan dalam riset oleh van Zoonen (2005), politainment berperan dalam membentuk kesadaran politik melalui saluran yang lebih emosional daripada rasional.
Namun, tidak sedikit pula yang memandang bahwa penggunaan figur seperti Bobby dalam konteks kenegaraan bisa bersifat manipulatif.
Dalam logika ini, Bobby menjadi semacam gimmick politik, alat pengalihan yang digunakan untuk membangun narasi kepemimpinan yang simpatik di tengah kritik atau isu yang lebih substantif.
Meski demikian, strategi ini terbukti efektif. Tidak hanya meningkatkan interaksi di media sosial dan liputan media mainstream, Bobby juga berhasil menciptakan ikon baru dalam komunikasi politik Indonesia.
Dalam konteks ini, Bobby tidak hanya menjadi hewan peliharaan, tetapi telah menjelma menjadi bagian dari strategi personalisasi kepemimpinan Prabowo Subianto.
Dengan demikian, kehadiran Bobby Kertanegara merupakan perpaduan antara ekspresi afeksi personal dan strategi komunikasi politik.
Ia adalah simbol bagaimana citra presiden dapat dikonstruksi secara halus melalui elemen-elemen yang relatable dan menghibur, namun tetap menyimpan pesan politik tertentu. (*)